Batinku penasaran. Tapi aku sedikit sungkan, aku takut salah bicara dan malah menimbulkan masalah.
Zea Tasya Florentina
Nanti aja deh
Hatiku mengalah.
Aku tak ingin hanya gara-gara sebuah boneka, hubungan persahabatan yang sudah terjalin bakal berantakan.
Arini
Hikssss, Hmmm selesai 😭😭
Gina
Sad ending ya?
Arini
Happy ending sih, cuma gue gak rela cowonya nikah sama orang lain *menyeka air mata
Zea Tasya Florentina
Lah terus?🙄
Arini
Ya gua pengennya si cowonya sama gua, hehe 😬
Dasar fanatik gila
.
🕢20:20
Gina
Eh ngapain kek yuk, Suntuk banget.
Ucap gina sambil melipat Novel yang berjudul Falther Queenter karya Farea Kinara.
Arini
Eh iya gua ada film horor recommended nih *mengotak-atik laptop
Aku dan Gina pun serentak menyalip badan Arini dari sebelah kanan & kiri. Posisiku berada di tepi ranjang, sementara Gina berada disamping dinding kamar ini.
Zea Tasya Florentina
Serem gak nih?
Arini
Namanya horor pasti serem Tasyaaaa b*goo *menyikut tasya
Zea Tasya Florentina
Maksudnya tingkat seremnya tuh easy, medium atau hard hahaha🤣 *meledek arini
Arini
Liat aja nantii 😤
Arini
Nah ini
Tak lama film yang dia maksud pun terputar, dengan judul BEHIND YOU. Aku dan Gina pun segera mencari posisi yang pas untuk menonton.
🎬
Selama beberapa menit, kami bertiga menikmati film ini dengan serius.
Kesan seram dan menegangkan begitu terasa, apalagi kami menontonnya malam hari.
Terkadang Gina si penakut tampak menutup sebelah matanya menggunakan bantal, begitu juga denganku hehe.
Sementara Arini, dia sepertinya tidak gentar sedikit pun, atau mungkin dia sok berani haha.
Ditengah jalannya film, keanehan mulai terjadi. Mulai dari merasakan kehadiran orang keempat, dan tangan-tangan usil yang tak mau diam.
Zea Tasya Florentina
Lu jail banget sii 😠 *memukul bokong gina
Gina
Lu kenapa? 😳
Zea Tasya Florentina
Lu narik rambut gua kan? 😒
Gina
Sumpah, kaga ✌️
Gina
Si Arini kali *lanjut menonton
Arini
Suuuttttt, gak kedenger nih *fokus nonton
Zea Tasya Florentina
😲
Kalo bukan bereka berdua, lalu siapa yang menarik rambutku begitu keras? Ah sudahlah, mungkin memang diantara mereka.
Aku pun berusaha kembali tenang dan mengembalikan pandangan ke arah film horor itu diputar.
Namun, keanehan kembali terjadi.
Tak sengaja mataku melihat rambut yang terurai dibawah ranjang yang kami bertiga tiduri.
Tidak sampai disitu saja, karena tak lama gorden kamar ku terbuka begitu saja. Seperti dihempas angin, yang padahal saat ini cuaca sedang bersahabat.
Bulu kudukku mulai berdiri, badanku bergidik tak terkontrol.
Tapi tidak dengan Arini dan Gina, mereka tidak menyadari kejanggalan ini karena saking fokusnya pada film yang di tonton.
Zea Tasya Florentina
Eh udahan yuk nontonnya, Gua ngantuk *sambil bangkit
Gina
Loh tumben
Arini
Iya, baru juga jam sembilan
Arini
Dasar penakut 😏
Zea Tasya Florentina
Bukan gitu, gua agak gak enak badan
Arini
Yaudah deh *memberhentikan film
Arini
Gua tidur disini ya *sambil menyimpan laptop
Gina
Dih apaan, sono di kamar yang kedua *menarik selimut
Zea Tasya Florentina
Lu takut yaaaaa?😆
Arini
Hehe sedikit sih. Soalnya filmnya serem bangettt tadi
Arini
Bawain selimut gua dong syaa. Pliss 🥺
Zea Tasya Florentina
😒iyaaa
Aku pun menurut dan segera pergi ke kamar kedua untuk mengambil selimut Arini.
Bukan karena rajin atau berani, tapi agar aku lebih cepat tidur. Karena tak mungkin aku terlelap dengan keadaan Arini yang masih merengek.
Kreekkk, ku buka pintu kamar kedua ini.
Tak lupa ku nyalakan terlebih dulu lampunya, agar lebih terang tentunya. Tanpa berlama-lama aku mengambil benda yang ku maksud yang di atas ranjang.
Namun, sedetik sebelum melangkah keluar aku mencium sesuatu yang tak biasa.
Aroma melati yang menyengat mampir tanpa pamit melewati ku. Dari indra penciuman ku, sepertinya jarak sumber bau ini tidak jauh dari tempat ku berdiri.
Dan benar saja, aku kembali merasakan kehadiran seseorang dibelakangku. Tubuhku kembali merinding hebat, pikiranku kalut tak tertolong. Tanpa pikir panjang aku pun segera melangkahkan kaki menuju kamar Arini dan Gina. Saking paniknya, aku lupa mematikan saklar lampu dan menutup pintu.
Zea Tasya Florentina
Nih *sambil lompat ke ranjang
Gina
Argghhhh pelan-pelan Tasyaaaa. Rambut gueeee😤
Ternyata rambutnya sedikit terjepit oleh badanku
Arini
Iyaa kaya abis dikejar setan aja lu *menarik selimut
Aku pun menghiraukan mereka berdua dan segera membaringkan badanku.
Dan alhasil, kini terdapat 3 gadis dalam satu ranjang ini. Sumpek, itulah yang aku rasakan. Tapi mau bagaimana lagi, tak ada yang mau mengalah tidur dikamar kedua itu. Karena efek menonton film horor tadi.
.
Mata memang tak bisa berbohong, karena sampai beberapa menit aku belum terpejam sedikit pun. Walau sudah memaksa, tapi aku tak kunjung tidur seperti Gina dan Arini.
Zea Tasya Florentina
Rin lu udah tidur?
Arini
Hhhhhh *membuka mata
Ternyata dia juga belum bisa tidur nyenyak sepertiku.
Seakan diingatkan, tiba-tiba terlintas di pikiranku.
Zea Tasya Florentina
Oh iya rin. lu masih inget Anfal gak?
Arini
Oh Anfal si tengil
Tak seperti ku, Arini begitu cepat mengingat Anfal. Karena tak bisa di pungkiri, Arini dan Anfal adalah rival abadi ketika kecil.
Bahkan ketika bermain pun Arini yang terkenal tomboy ketika kecil selalu mengajak Anfal berkelahi. Namun dibalik itu semua, Aku, Arini dan Anfal adalah sahabat kecil yang akrab.
Zea Tasya Florentina
Iyaa, tadi gua ketemu di supermarket
Arini
Hah serius? Kenapa gak ngasih tau gua. Udah lama banget gak ketemu
Zea Tasya Florentina
Tadi dia buru-buru. Tapi udah save nomor gua kok, buat kabar-kabaran aja
Arini
Oh yaudah kapan-kapan kita ketemu dia yuk
Zea Tasya Florentina
Boleh
Begitu asik membahas seorang Anfal, tanpa sadar akhirnya mulutku mulai menguap. Mataku berembun tanda kantuk mulai datang.
Aku pun perlahan memejamkan mata dan tertidur pulas.
Comments