• Bunga Bagi Alasya

NovelToon
Aska Camaron Alasya Zahera
" = berbicara ' = yg dilakukan * = batin (karakter)
Baca baik baik ya ... dalam membaca ASIDE nya..
©©©
Hari ke-5 di Bandung.
Sya dan Aska memutuskan bermalam di rumah pohon. Sembari menunggu ketika teman lain yang akan datang selepas Shalat Isya. Mereka khususnya Sya menyiapkan lampu serta makanan ringan yang masih tersedia di kardus.
Alasya Zahera
Alasya Zahera
"Kenzie tuh Ibu nya punya warung, makanya makanan di sini gak pernah kosong," celoteh Sya
Alasya Zahera
Alasya Zahera
"Nih buktinya liat, dia suka minta Srengseng."
Aska tertawa, ia membuka pintu lebih lebar sembari memperhatikan ke bawah.
Aska Cameron
Aska Cameron
"Sya , bunga itu kamu yang tanam?" tanya Aska.
Alasya Zahera
Alasya Zahera
Sya bangun, lalu menunjuk dengan telunjuk. "Yang mana? Bunga nya banyak."
Aska Cameron
Aska Cameron
"Bunga matahari."
Alasya Zahera
Alasya Zahera
"Oh iya saya yang tanam, soalnya kalau udah kering lumayan jadi kuaci nantinya."
Aska Cameron
Aska Cameron
"Kalau bunga yang lain?"
Alasya Zahera
Alasya Zahera
" Fanan yang tanam." sembari mengunyah kacang panggang Sya coba mengingat, kenapa ya Rendi menanam bunga di situ?
Alasya Zahera
Alasya Zahera
"Kalau gak salah itu gara-gara tugas sekolah deh, di sekolah bunga nya gak berkembang makanya ditanam di sini," ujar Sya .
Alasya Zahera
Alasya Zahera
"Bunga yang ada di sebelah kanan itu bunga yang ditanam sendiri, kalau yang di sebelah kiri itu bunga yang tumbuh sendiri." Sya menunjuk satu persatu.
Alasya Zahera
Alasya Zahera
"Yang itu bunga kertas, yang itu Dandelion, yang itu gak tau bunga apa."
Aska lumayan paham dengan tanaman, Kakek dan Nenek nya memiliki kebun di belakang rumah. Gak tau deh kalau bunga, dia juga gak begitu tertarik sebenarnya.
Alasya Zahera
Alasya Zahera
"Selain gara-gara kuaci, tau gak kenapa saya suka Bunga Matahari?" tanya Sya.
Aska Cameron
Aska Cameron
"Kenapa?"
Alasya Zahera
Alasya Zahera
"Bunga Matahari itu gak bisa hidup tanpa sinar matahari sendiri, dia setia. Setiap terbitnya fajar pagi, sampai menjelang pulang nya senja, dia pasti ikut kemana arah matahari berada." Sya menyodorkan kacang, agar Aska ikut makan.
Aska Cameron
Aska Cameron
"Kamu mengibaratkan bunga matahari sebagai kesetiaan manusia terhadap pasangannya?" tanya Aska , yang cenderung seperti pernyataan.
Alasya Zahera
Alasya Zahera
"Bukan,"
Aska Cameron
Aska Cameron
"Terus?"
Alasya Zahera
Alasya Zahera
"Kesetiaan manusia terhadap Tuhan," jawab Sya .
Aska Cameron
Aska Cameron
'Aska memiringkan kepala. Mau tau kelanjutan dari ucapan Sya.'
Aska Cameron
Aska Cameron
"Kenapa harus Tuhan?"
Alasya Zahera
Alasya Zahera
"Karena tanpa Tuhan kita gak bisa hidup. Meski manusia ditakdirkan sebagai makhluk sosial, akhirnya ya hidup emang cuman sendirian. Tapi Tuhan, Tuhan gak pernah pergi. Sekalipun dunia ninggalin kamu, Tuhan bakal ada sama kamu."
Alasya Zahera
Alasya Zahera
"Ibarat kata kamu itu bunga dan Tuhan adalah matahari nya, manusia harus sadar bahwa gak semua hal bisa dikendalikan sendirian. Ada beberapa hal yang memang lepas dari kendali kita sendiri, dan Tuhan yang megang kendali itu."
Aska Cameron
Aska Cameron
"Sya , kamu percaya Tuhan?" Tanya Aska
Sya yang tadinya menunduk diam langsung mendongak dan menatap Aska bingung. Jujur saja, ini pertanyaan yang tak pernah terbayangkan oleh Sya.
Alasya Zahera
Alasya Zahera
"Ya? Percaya," jawab Sya kelewat lugas.
Alasya Zahera
Alasya Zahera
"Aska, kamu percaya?"
Aska Cameron
Aska Cameron
Aska mengangguk. "Percaya. Tapi saya gak tau, bingung."
Alasya Zahera
Alasya Zahera
"Bingung kenapa?" Tanya Sya
Aska Cameron
Aska Cameron
"Wujud Tuhan itu seperti apa?" Malah balik tanya
Alasya Zahera
Alasya Zahera
Sya tersenyum simpul. "Kalau kamu tanya kayak gitu, siapapun gak akan bisa jawab bagaimana wujud Tuhan. Kamu gak bisa mencampurkan logika dengan Agama, hanya butuh hati dan percaya kalau Tuhan itu ada dan nyata." Jelas sya
Alasya Zahera
Alasya Zahera
"Tuhan dengar semua cerita kamu, semua doa kamu. Kamu cuman butuh itu," ujar Sya
Aska Cameron
Aska Cameron
*Sya , jika Tuhan mendengar , kenapa Tuhan ciptakan saya seperti ini * batin Aska
Alasya Zahera
Alasya Zahera
"Aska ."
Aska Cameron
Aska Cameron
"Ya?"
Alasya Zahera
Alasya Zahera
"Kamu punya ketakutan gak? Sama apa aja gitu, benda, hewan atau apapun." Tanya sya
Aska Cameron
Aska Cameron
"Ketinggian," jawab Aska.
Alasya Zahera
Alasya Zahera
"Kalau saya takutnya sama kegelapan. Sebenarnya gak sama gelap, tapi sama orang jahat atau setan yang kemungkinan ada dalam kegelapan. Kamu juga kayak gitu, kamu gak benar-benar takut sama ketinggian. Kamu takut sama kemungkinan kalau kamu bakal jatuh ke bawah," ucap Sya.
Alasya Zahera
Alasya Zahera
Sya menunjuk bunga matahari di bawah. "Nah, hal-hal semacam itu yang gak bisa kita kendalikan. Semacam kalau kamu ngelakuin sesuatu, dan kamu takut sama resikonya. Tapi dengan percaya adanya Tuhan, kita jadi lebih pasrah dan yakin kalau rencana Tuhan itu jauh lebih baik daripada yang ada di dalam kepala."
Alasya Zahera
Alasya Zahera
"Aing loba bacot pisan nya," gumam Sya . (Gue banyak ngomong banget ya.)
Aska tidak menjawab, ia justru duduk di teras kemudian menepuk tempat kosong di pinggir mengajak Sya ikut duduk.
Aska Cameron
Aska Cameron
"Kalau gitu, kamu tau Dandelion? Bunga itu mengibaratkan kebebasan dan juga harapan yang dibuat sendirian, meski bentuknya gak seindah bunga lain, Dandelion itu kuat," jelas Aska pada Sya.
Aska Cameron
Aska Cameron
"Saya mau punya jalan sendiri, punya harapan dan takdir sendiri. Saya gak mau dipaksa untuk ikut satu keputusan, biar bebas dan lepas lara nya."
Kalau harus diibaratkan, Sya itu Bunga Matahari. Terpaku pada norma dan aturan dunia. Patuh terhadap Tuhan dan Agama, langkah hidupnya ya diatur sebagaimana mestinya.
Sedangkan Aska , dia lebih memiliki Dandelion yang bebas dan lepas. Tak terikat oleh satu hembusan angin, bisa pergi dan berhenti di manapun. Punya harapan sendiri dan tak mau diatur.
Alasya Zahera
Alasya Zahera
"Percaya apa yang mau kamu percaya Aska . Tapi satu hal yang harus kamu yakin, kalau alam semesta ini punya pemilik. Punya pencipta, di manapun kamu berada wujud Tuhan itu nyata." Aska hanya tersenyum.
Aska Cameron
Aska Cameron
"Should i believe that anything in this world hears my prayer?"("Haruskah saya percaya bahwa ada sesuatu di dunia ini yang mendengar doa saya?") Tanya Aska
Sya diam, bukan sok pintar justru dia lagi berusaha menerjemahkan ucapan Sya
Alasya Zahera
Alasya Zahera
"Saya bukan anak yang tumbuh di lingkungan luas dan juga bebas. Sejak kecil, Ibu dan Bapak kasih pelajaran agama yang kuat, mendominasi sampai sekarang. Jadi kalau kamu tanya sesuatu kayak gini, jujur saya gak tau harus jawab apa." Sya memangku dagu.
Alasya Zahera
Alasya Zahera
"percaya itu bukan cuman sekedar menyembah. Menyembah tanpa ada niat dan keyakinan hati, buat apa?"
Alasya Zahera
Alasya Zahera
"Ketika kamu mau percaya tentang satu hal, kamu gak bisa melibatkan logika. Meski kata ribuan manusia itu gak masuk akal, tapi hati kamu menerima. Itu namanya percaya,"
Aska Cameron
Aska Cameron
"Saya ngerasa saya bisa kontrol hidup saya sendiri," jawab Aska.
Alasya Zahera
Alasya Zahera
Sya menyetujui. "Emang, tapi kata saya tadi ada beberapa hal yang di luar dari kendali kita sendiri. Waktu kita percaya adanya Tuhan, kita jadi sadar kalau kita ini gak lebih dari makhluk kecil yang gak punya apa-apa. Semuanya sama, manusia diajarkan rendah hati dan gak usah merasa superior."
Sya dan Aska berbaring di depan pintu, menatap langit gelap yang sedikit lebih cerah. Adanya sinar bulan dan bintang.
Alasya Zahera
Alasya Zahera
"Coba sekarang merem terus berdoa, apa aja."
Aska Cameron
Aska Cameron
'Aska memejamkan mata, mau mencoba berdoa.'
Tuhan, Aska mau mencoba.
Kalau tidak bisa, tolong dirangkul ya.
Aska hanya goyah, dia merasa lemah. Manusia, manusia itu apa? Rasanya aneh sekali jika makhluk hidup harus bersombong diri.
Alasya Zahera
Alasya Zahera
"Aska udah berdoa nya?"tanya Sya
Aska Cameron
Aska Cameron
"Udah." Jawab Aska
Alasya Zahera
Alasya Zahera
"Berdoa apa?" Tanya Sya.
Aska Cameron
Aska Cameron
*Berdoa agar datangnya Aska ke Bumi Pasundan ini bukan lagi menciptakan dosa atau goresan luka. Aska ingin hidup seperti biasa, seperti manusia yang digariskan hidup oleh Agama*Jawab Aska dalam batin
Katanya.
TBC
Nah kan ribet, soalnya kisahnya ya ribet. terlepas dari kalian percaya Tuhan itu ada atau enggak, manusia tetap makhluk kecil yang gak punya kendali besar. berdoa itu butuh, biar kita gak merasa superior dan sombong baik terhadap diri sendiri atau pun orang lain.
Terpopuler

Comments

𓆩Huang_Fox°𓆪 Rest for--

𓆩Huang_Fox°𓆪 Rest for--

kata-kata yang bagus Sya👏🏻

2023-03-17

6

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!