Setelah perkenalan tiga hari yang lalu, Aska mendapat teman lain yang notabennya teman Sya juga. Bu Nufa senang karena cucu nya punya kawan, Aska bersyukur karena liburnya tidak hanya dihabiskan sendirian.
Kemarin, Aska , Sya dan Kenzie bermain sepeda hingga ke pusat desa untuk mengunjungi pasar yang hanya ada di hari Kamis. Kalau di Jakarta Aska harus menyiapkan uang lebih dari seratus ribu untuk sekali jajan, di Bandung membawa uang dua puluh ribu saja Aska sudah begah.
Tidak, bukan makanan berkelas ini makanan lima ratusan yang dijual oleh pedagang keliling dan minyak yang cukup hitam.
Orang Indonesia kebal, makan begitu tidak akan mati.
Alasya Zahera
"Biasanya kalau beli basreng sama cireng di sini, sepaket sama teh sisri gula batu. Saya sih suka nya yang melati, tapi berhubung gak ada, ya udah gak papa," kata Sya
Aska yang di pinggirnya merasa aneh karena baru pertama kali memakan basreng, diam-diam menaruh kagum.
Hanya kagum, kok.
Sya itu kelewat santai menurut Aska , cenderung gak punya rasa canggung dengan orang baru.
Aska kagum karena Sya bisa dengan mudah berteman dengannya. Padahal, selama ini Aska tidak tahu kalau dia ini pantas untuk mendapat teman atau sekedar orang untuk mendengarnya berbicara.
Hari ini, hari ke lima Aska di Bandung, Sya mengajaknya ke sebuah tempat yang cukup jauh dari daerah Desa.
Lumayan dekat jika dijangkau dengan sepeda dibanding harus jalan kaki. Tapi kata Sya , dia gak mau capek sendiri. Jadi akhirnya mereka tetap jalan kaki.
Alasya Zahera
"Kayaknya di sana kita harus beres-beres deh, udah dua minggu gak didatangi soalnya," ujar Sya
Alasya Zahera
"Tau gak kenapa? Soalnya baru beres ujian, kita gak boleh main jauh-jauh kalau lagi UKK."
Aska Cameron
"Sya berhenti sebentar ya."
Wanita dengan baju berwarna biru langit itu berhenti sesuai dengan ucapan Aska . Memperhatikan bagaimana teman barunya memotret burung kenari yang hinggap di tangkai kayu tipis di sekitar rerumputan liar.
Alasya Zahera
"Foto saya juga dong," ucap Sya
Aska Cameron
Aska menoleh, tergelak. Tapi tetap setuju. "Boleh."
Alasya Zahera
'Sya memposisikan diri, menyatukan kedua telapak tangan berbentuk kelopak bunga menyimpannya di dagu sembari nyengir menunjukkan seluruh gigi nya.'
Alasya Zahera
"Bagus ya, anggota baru Cherrybelle."
Aska Cameron
Aska tertawa. "Iya."
Alasya Zahera
"Kamu tau Cherrybelle sama Smash gak? Kalau sekarang ada Black Pink, dulu saya nge-fans nya sama Blink. Bias saya mbak mawar " ujar Sya
Aska Cameron
"Tau, cuman enggak ngikutin." jawabnya
Alasya Zahera
"Padahal seru, itu zaman saya SD deh kalau enggak salah," ucap Sya.
Alasya Zahera
"Dulu saya bodo, boro-boro dapet juara kelas, lomba ngegambar aja saya malah ngobrol sama temen."
Mereka melanjutkan perjalanan sambil bercengkrama, kebanyakan Sya yang bicara. Tapi, Aska juga turut berceloteh kadang-kadang.
Alasya Zahera
Sya menggaruk tengkuknya. "Sebenernya saya bodoh sampai sekarang sih."
Aska Cameron
"Gak ada manusia bodoh Sya, yang ada manusia malas," ujar Aska
Alasya Zahera
"Nah masalahnya saya ini malas." Sya tersenyum.
...
Alasya Zahera
"Akhirnya sampai."
Aska termenung, saking takjub. Bukan tempat yang indah luar biasa yang punya sunset besar di tengah kota atau bintang-bintang beserta aurora.
Aska takjub karena ia sangat jarang menemukan tempat dengan pepohonan pinus, danau dan rumah pohon sederhana. Tanah basah yang penuh dengan daun-daun kering serta lampu bohlam kuning yang menggantung di atas papan kayu.
Alasya Zahera
"Tuh kan kata saya juga apa, berantakan banget," ucap Sya .
Aska Cameron
"Mau saya bantuin beres-beres gak?" tanya Aska.
Alasya Zahera
Sya mengangguk. "Boleh. Saya beresin rumahnya , kamu nyapu di sini ya. Atau mau kamu yang beresin rumah?"
Aska Cameron
"Nyapu halaman aja." jawabannya
Alasya Zahera
'Sya menyetujui sembari mengangguk.'
Aska Cameron
'Aska mulai membungkuk menyapu bersih daun-daun lalu memasukannya ke dalam karung.'
Alasya Zahera
'Lalu Sya turun setelah membereskon rumah dan ikut andil membantu Aska.'
Aska Cameron
"Rumah pohon ini punya kamu?" tanya Aska.
Alasya Zahera
"Punya saya sama Thiara . Dulu saya suka main di sini karena ada danau nya, sampai gak mau pulang. Makannya Bapak bikinin rumah pohon di sini, kenapa punya saya sama Thiara Karena ladang ini setengah punya Bapak saya setengah punya Bapak Thiara," jelas Sya .
Alasya Zahera
"Tapi karena Kenzie sama Fanan juga temen saya, tempat ini punya kita bareng-bareng. Buat belajar, main, atau tidur nginep sampai besok." lanjut sya
Aska mencermati kata-kata dalam kepala. la terlalu banyak berpikir ketika ingin bicara. Tapi bersama dengan Sya membuatnya ingin mengutarakan segala yang ada di kepala.
Aska Cameron
"Kenapa keliatannya hidup kamu itu cuman sekedar main-main?" tanyanya
Alasya Zahera
Sya tergelak. "Kan keliatannya, enggak tau dalamnya."
Alasya Zahera
"Tapi Enggak sih, saya emang enjoy luar dalem. Hidup itu bawa enjoy aja tapi bukan berarti gak dipikirin. Kalau kamu terlalu berpikir banyak sampai maksa diri kamu dan berujung sakit, itu namanya dzalim," jelas Sya.
Aska Cameron
"Dzalim?" ulang Aska.
Alasya Zahera
"Tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya. Kayak nyakitin diri sendiri itu bentuk dari perbuatan dzalim." Jelas sya
Aska Cameron
"Oh gitu." Aska diam sebentar, sebelum kembali berucap.
Aska Cameron
"Kalau melakukan sesuatu yang gak sesuai sama aturan, itu namanya dzalim bukan?"
Alasya Zahera
"Sebenarnya sih dzalim, tapi saya juga dulu suka langgar aturan berujung di ruang BK. Jadi ya udahlah," kata Sya .
Aska Cameron
Aska menggeleng. "Aturannya bukan sekedar aturan tata tertib buat masuk sekolah tepat waktu Sya , lebih besar dan kompleks dari itu."
Alasya Zahera
'Sya melepas sebelah tangan dari sapu yang ia pegang.'
Alasya Zahera
"Aturan apa?" Tanya sya
Aska Cameron
"Aturan dunia," jawab Aska.
Aska Cameron
'Aska menunggu jawaban, Sya termenung dalam diam.
Senyum teduhnya cukup menjadi jawaban tanpa kata. Sebagai bukti dan validasi, bahwa aturan dunia tak bisa dilanggar.
Comments
Kang Random
cmiww
2023-03-22
0
Bylue🎀
soft gitu yh ceritanya, lanjut✨
2023-03-17
3