Hani terkejut setengah mati. Karena sedetik sebelumnya ia yakin masih duduk santai di atas kasurnya yang empuk. Sementara detik berikutnya ia tahu-tahu sudah terduduk di tengah jalanan yang kosong dan sepi orang.
Yang paling kontras terjadi adalah langit di atas nya saat ini yang berwarna kuning keemasan, dengan matahari yang hampir tenggelam di ufuk barat sana. Padahal seharusnya kan hari masih pagi.
"Di mana aku? Kenapa aku ada di sini?? Mama! Papa! Apa kalian di sini?!" Teriak Hani yang langsung saja berdiri dan mencari keberadaan Mama Papa nya.
Gadis itu masih sangat kebingungan dengan apa yang baru saja ia alami. Sambil kebingungan, Hani terus melangkah melewati jalanan yang kosong dan sepi orang.
Jalanan itu tampaknya berada di area perbukitan. Karena ke manapun Hani melayangkan pandangan, hanya barisan pepohonan saja yang dilihatnya.
"Ma..! Pa..!" Teriak Hani lagi yang mulai ketakutan.
Digerakkan oleh rasa takut bercampur bingung, Hani terus saja melangkahkan kakinya untuk maju. Hingga langit mulai berubah menjadi gelap setelah gadis itu melewati setengah jam perjalanannya seorang diri.
Jalanan yang dilalui Hani mulai menyempit. Dan ia kini semakin masuk ke dalam wilayah yang ia sangka adalah hutan.
Hani pun tiba-tiba teringat pada gambar hutan gang dibuatnya tak lama sebelum ia berada di sini. Sebuah pemikiran pun terlintas di benaknya.
"Apa ini adalah hutan tempat ku camping dulu bersama Mama dan Papa?? Tapi.. bagaimana bisa aku tiba-tiba berada di sini?!" Gumam Hani di tengah gulita nya malam.
Swiishh..
Angin malam bersayup pelan. Membuat Hani merasakan hawa dingin pada tengkuk dan juga lengannya yang terbuka.
Gadis itu memang hanya mengenakan dress sepanjang lutut. Jadi jelas saja jika ia merasa kedinginan usia diterjang hembusan angin malam hutan.
Akan tetapi, ada yang lebih membuatnya tak nyaman saat ini. Yakni kondisi kedua kakinya yang harus bertelan jang tanpa alas kaki. Ya. Hani memang sudah berjalan menyeker selama hampir satu jam ini.
Kaki nya yang mulus itu pun mulai merasa lecet usai bergesekan dengan batu-batu kerikil di jalanan yang tadi ia lewati.
Usai satu jam berjalan tanpa alas kaki, Hani akhirnya menyerah pada rasa letih yang menderanya. Gadis itu lalu memilih duduk selonjoran di pinggir jalan. Tepat di atas alas rumput yang tumbuh tak terlalu tinggi di pedalaman hutan tersebut.
Hani lalu mengangkat kedua lutut nya dan memeluknya erat-erat. Ia berusaha mengusir hawa dingin yang mulai membekukan lengan dan kakinya saat ini.
"Sebenarnya aku ada di mana sekarang? Apa aku sedang bermimpi ya?" Gumam Hani seorang diri.
"Hiks.. Mama.. Papa.." isak tangis Hani terdengar menyesakkan di pedalaman huta yang gelap itu.
Penerangan satu-satunya hanya berasal dari bulan yang bersinar separuh di atas langit sana. Cahaya nya hanya meninggalkan jejak remang-remnag saja di pedalaman hutan tempat Hani berada saat ini.
"Ma.. Pa.. Hani mau pulang.. kalian ada di mana..?" Lirih Hani kembali sambil terisak sedih.
Hampir setengah jam lamanya Hani menangis sendirian di pinggir jalan dalam hutan tersebut. Ia terus saja menunduk sedih dan menyembunyikan wajah nya di antara dada serta kedua lututnya yang terangkat menekuk.
Tak lama kemudian, Hani berhenti menangis. Ia kini ganti merasa haus. Ditengoknya area di sekitarnya saat ini. Dan ia merasa patah arang.
"Di mana aku bisa menemukan air? Aku haus.." gumam Hani kembali.
Didorong oleh rasa haus dan juga takut sendirian, Hani pun melanjutkan perjalanannya lagi. Ia terus berjalan menyeker, meski kakinya kini mulai merasakan perih usai mendapatkan lecet di sana sini.
Meksi letih dan kesakitan, Hani terus saja melangkah. Sampai puluhan menit kemudian jauhnya.
Hani baru berhenti berjalan saat pandangannya menangkap sebuah titik cahaya di kejauhan. Titik cahaya tersebut tampaknya berasal dari sebuah gubuk yang berada di ujung jalan sana.
Bak seperti menemukan oase kala berada di Padang pasir, langkah Hani pun kembali terayun dengan semangat penuh. Gadis itu yakin kalau ia akan bisa mendapatkan pertolongan di gubuk itu nantinya.
"Pasti ada orang yang tinggal di sana kan? Mereka mungkin mau membagi sedikit air dan makanan untukku?" Gumam Hani sambil menggegaskan langkah nya.
Tap. Tap. Tap.
Hani mempercepat langkah nya sambil menahan perih pads telapak kaki nya yang sudah lecet-lecet. Ia abaikan rasa sakit dan letih nya itu demi bisa mendapatkan seteguk air dari gubuk di hadapannya itu.
Begitu sampai di depan gubuk, Hani pun langsung mengetuk pintu nya terburu-buru.
Tok. Tok. Tok.
"Permisi.. selamat malam..!" Sapa Hani dengan hati yang harap-harap cemas.
Tak ada sahutan dari dalam gubuk tersebut. Sehingga ini membuat Hani jadi merasa kian cemas saja.
Tok. Tok. Tok.
"Permisi.. apa ada orang di dalam? Saya mau minta sedikit air nya, Bu.. saya haus.." teriak Hani dengan suara yang lebih dikencangkan.
Lagi-lagi tak ada sahutan dari dalam gubuk.
Hani pun dilanda kebimbangan. Tangannya kini sudha terjulur ke depan. Ia siap untuk membuka pintu gubuk berukuran enam kali enam meter tersebut. Namun sebuah suara menghentikan aksinya.
"Berhenti! Siapa kamu?! Kenapa kamu mau masuk ke rumah ku?!" Tanya suara anak lelaki dari arah belakang Hani.
Sontak saja, Hani langsung berbalik. Dan ia langsung bersitatap dengan sepasang mata jernih milik anak lelaki yang umurnya sebaya dengan dirinya.
Penampilan anak lelaki itu cukup lusuh. Dilihat dari kaos yang dikenakan oleh anak lelaki itu saat ini. Hani menebak, kalau warna asal kaos tersebut tadinya pastilah merah. Dan entah sudha berapa lamanya usia kaos tersebut, sehingga kini warna nya sudah memudar menjadi pink pucat. Lengkap dengan beberapa lubang dan noda yang menempel di sana.
"Aku.. aku Hani.. aku tersesat. Boleh aku meminta minum? Aku haus sekali.." ungkap Hani terbata-bata.
Gadis itu merasa malu karena telah meminta pada anak yang penampilannya lebih terlihat miskin dibanding dengannya itu. Karena nya kini, wajah gadis itu pun tertunduk malu.
Lama tak ada jawaban. Hani pun mengangkat pandangannya ke depan. Ternyata anak lelaki tadi masih juga menatap was-was ke arah Hani.
Jengah karena ditatap lama-lama, Hani pun kembali berseloroh.
"Aku sungguh tersesat! Kau lihat sendiri kan, aku bahkan tak memakai alas kaki! Lihat ini! Kaki ku sudah kesakitan karena lecet di sana sini!" Tutur Hani sambil menunjukkan telapak kaki nya.
Anak lelaki itu lalu melihat ke kaki Hani. Dan sesuatu berkilat di mata bening nya. Entah apa yang ada di pikirna anak lelaki tersebut. Namun sesaat kemudian, ia tiba-tiba saja berkata.
"Ikuti aku!" Ajak anak lelaki itu kepada Hani.
Dan Hani pun langsung merasa lega. Karena akhirnya ia diperbolehkan juga masuk ke dalam gubuk milik anak tersebut. Ia sudah hampir beku menahan gempuran hawa dinginnya malam di pedalaman hutan itu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
mom mimu
semoga anak laki-laki nya baik sama Hani...
2023-04-09
0
mom mimu
sudha/sudah ✌🏻
2023-04-09
0
mom mimu
pads/pada ✌🏻
2023-04-09
0