Ingkar Janji

"Jadi, sampai di sini dulu pembelajaran hari ini. Ingat untuk menyelesaikan esai kalian. Ibu tunggu sampai Jumat depan ya!" Tutur Bu Lilis, guru IPS di kelas Hani.

"Iya, Bu!" Koor Hani bersama semua teman satu kelas nya.

Setelah itu, Bu Lilis pun berlalu pergi keluar kelas. Sementara Hani dan kawan sekelasnya masih sibuk membereskan perlengkapan belajar mereka. Hampir semuanya bergegas untuk segera pulang ke rumah masing-masing.

"Besok latihan Pramuka katanya libur dulu, Han. Kamu mau main ke rumah ku?" Tanya Nuri, sahabat, sekaligus juga teman sebangkunya Hani.

"Aku tanya Mama dulu ya, Nur. Tapi kayaknya sih boleh. Nanti aku kabarin deh ya!" Jawab Hani sambil tersenyum tipis.

"Iya. Nanti kabarin aja. Kamu jadi dijemput sama Papa kamu, Han?" Tanya Nuri kembali.

Kini keduanya sedang berjalan menuju gerbang sekolah.

"Gak tahu juga deh, Nur. Papa sih bilangnya mau jemput. Tapi yang udah-udah kan seringnya.. hh.." Hani menghela napas kesal.

Remaja putri itu teringat dengan pengalamannya yang cukup sering diberi janji palsu oleh Papa dan juga Mama nya. Dan siang ini, Hani pun tak cukup yakin kalau Papa nya itu akan ingat dengan janji nya lagi untuk menjemputnya.

"Eh! Itu bukannya mobil Papa kamu kan, Han?" Tunjuk Nuri ke depan jalan.

Pandangan Hani pun langsung mengikuti arah telunjuk Nuri. Dan ia dibuat gembira saat melihat penampakan mobil volvo hitam milik Erik, Papa nya.

"Iya!" Jawab Hani dengan gembira.

Kedua remaja itu lalu mempercepat langkah mereka menuju mobil volvo hitam yang terparkir di depan gerbang sekolah.

Tak lama kemudian, kaca jendela mobil pun perlahan terbuka. Dan tampaklah wajah Erik yang tersenyum hangat pada putri semata wayangnya itu.

"Hay, Sayang! Papa datang jemput kamu!" Sapa Erik sambil tetap duduk di depan kemudi mobil.

"Papa!" Seru Hani begitu gembira.

Bagaimana tak gembira. Karena kedatangan Erik ke sekolah untuk menjemputnya bisa dihitung oleh jari. Yang artinya, sangat jarang terjadi.

"Ayo kita pulang sekarang! Perut Papa sudah lapar nih, Han!" Ajak Papa sambil memasang wajah nelangsa kelaparan.

Hani pun terkekeh lepas. Sebelum masuk ke dalam mobil. Ia sempat berpamitan kepada Nuri.

"Nur, aku gak apa-apa duluan pulang?" Pamit Hani.

"Iya. Gak apa-apa. Sebentar lagi juga Ayah ku jemput kok!" Sahut Nuri sambil tersenyum manis.

"Gak pulang sekalian sama Hani, temannya Hani?" Tanya Erik, menyapa Nuri.

"Makasih, Om. Tapi rumah Nuri ngelawan arah dari rumah Hani.." jawab Nuri dengan sopan.

"Ooh.."

"Nur! Nanti aku kabarin via WA ya soal besok!" Pamit Hani, sebelum mobil yang ia naiki melaju pergi.

Dan Nuri menjawab dengan anggukan singkat, sambil melambaikan tangan.

***

Malam harinya, Hani, Lea dan juga Erik akhirnya duduk bersama di meja makan. Ketiganya menikmati makan malam bersama setelah lama tak melakukannya. Ini menghangatkan hati Hani. Ia berharap, ia bisa sering makan bersama seperti ini bersama Mama dan Papa nya lagi nanti.

"Ma, Hani besok ijin main ke rumah Nuri, boleh?" Tanya Hani tiba-tiba.

"Yah.. padahal besok Mama Papa mau ajak kamu ke Dufan. Tapi terserah kamu juga sih, Sayang.." jawab Mama Lea.

"Dufan?!! Hani mau! Hani mau Ma! Serius ke Dufan kan? Sama Mama Papa?!" Seru Hani yang langsung melonjak berdiri dan memeluk leher sang Mama.

"Hahaha.. iya, Sayang. Mama kan udah janji sama kamu untuk ngajak ke Dufan kalau Mama libur. Kebetulan besok Mama bisa libur. Papa juga. Iya, kan, Pa?" Tanya Mama Lea melirik Papa Erik.

"Mm.. Papa kabari besok ya, Ma. Soalnya Papa belum bisa mastiin bisa gak nya. Takutnya klien ngajak meeting besok, jadi.."

Erik menghentikan ucapannya saat ia menerima isyarat mata dari sang istri. Ia lalu melihat ke arah Hani yang tampak murung usai mendengar ucapannya tadi. Dan itu membuatnya merasa bersalah.

Dengan terburu-buru, Erik pun menambahkan.

"Tapi Papa akan usahakan untuk bisa ikut ke Dufan besok, oke Sayang?" Tutur Erik membujuk Hani.

Hani akhirnya bisa kembali tersenyum. Meski tak se ceria seperti sebelumnya. Lea yang tahu kalau mood putri nya itu menurun pun ikut menyemangati Hani.

"Yang semangat dong, Sayang! Walaupun semisal Papa besok gak bisa datang kan, yang penting Mama bisa. Kita nanti have fun bareng-bareng ya, Sayang! Besok, kamu mau naik wahana apa aja?" Tanya Lea mengalihkan perhatian Hani.

Dan akhirnya, acara makan malam itu bisa diakhiri dengan kondisi damai. Karena Hani sibuk berceloteh tentang berbagai wahana yang ingin dinaikinya besok.

***

Keesokan harinya...

Tok. Tok. Tok!

"Masuk, Ma! Hani lagi siapin ransel sama barang yang mau Hani bawa ke Dufan, Ma!" Teriak Hani dari dalam kamar.

Cklek..

Lea masuk ke kamar Hani. Langkahnya terasa berat saat ia mendekati putrinya itu.

Hani saat ini sedang memasukkan minyak kayu putih dan juga hand sanitizer ke dalam tas nya. Melihat itu, Lea jadi urung untuk melangkah lebih dekat lagi. Akan tetapi, ada yang harus ia katakan saat ini juga ke putrinya itu.

"Sayang.."

"Ya, Ma?"

"Bisa duduk sebentar? Ada yang mau Mama omongin.." ucap Lea dengan raut sungkan.

Hani menurut perintah Lea. Ia lalu duduk di samping Mama nya itu.

"Ada apa, Ma? Kayaknya serius banget?" Hani berkomentar.

"Jadi begini, Han.. Tadi Bos Mama telepon.. katanya Mama harus cek barang di gudang sekarang juga. Soalnya ada laporan kalau.."

Hani langsung memotong ucapan Lea.

"Jadi maksud Mama, Mama gak bisa ke Dufan sama Hani hari ini?! Terus.. Papa gimana?" Cecar Hani yang mulai dikuasai rasa kesal di hati nya.

"Papa.. sayangnya, barusan Papa juga harus pergi ke kantor nya, Sayang.. tapi, kami janji, kami bakal ajak kamu ke Dufan lain kali!" Imbuh Lea terburu-buru. Mencoba bernegosiasi dengan putrinya itu.

"Bohong! Janji! Janji! Janji! Mama Papa selalu aja ingkari janji kalian! Kalian sering ninggalin Hani sendiri di rumah! Kalian terlalu sibuk sama pekerjaan kalian! Hani benci Papa Mama! Hani minta Mama keluar! Keluar!" Amuk Hani sambil mendorong Mama nya keluar kamar.

"Sayang.. Maafin Mama, Han.. Mama juga gak mau ingkar janji. Tapi.."

"Hani gak mau dengar omongan Mama lagi! Hani mau tidur aja di kamar! Mama pergi aja sana! Kerja! Kerja! Kerja terus sana! Hiks..hiks.. huuuu..."

Hani pun terisak-isak di belakang pintu, yang tadi berhasil dibantingnya hingga menutup rapat. Hatinya sungguh merasa sedih. Liburan bersama Mama Papa yang sudah ia nanti-nantikan sejak lama, pada akhirnya harus tertunda lagi.

***

Terpopuler

Comments

Minhyungmork 99

Minhyungmork 99

kasihan Hani 😢😢😢

2023-04-11

0

mom mimu

mom mimu

di bab ini, Hani kembali di kecewakan sama kedua orangtuanya ya kak 😞 kasian Hani...

2023-04-06

0

Senajudifa

Senajudifa

sdh ku fav mel

2023-03-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!