Mengikuti.
Itulah yang seorang Vianna lakukan sekarang. Mengikuti mobil pujaan hatinya.
Hingga sekarang mobilnya sudah terparkir indah di depan sebuah cafe yang cukup terkenal di kota itu.
Ia tidak mau kehilangan kesempatan lagi seperti tahun kemarin. Hal itu membuatnya tidak baik baik saja.
Ketakutan Rendra di miliki oleh wanita lain dan untung nya sampai sekarang Rendra masih sendiri.
Marah dan kesal jika ada wanita yang dekat dekat dengan Rendra. Bahkan sahabatnya sekalipun, Liana ia tidak suka.
Vianna sangat antusias ingin mengungkapkan perasaan nya. Dia tidak berpikir dia akan di tolak oleh Rendra atau Rendra sudah memiliki kekasih hatinya.
Bagi Vianna, menyatakan perasaan nya sekarang adalah waktu yang tepat.
Karna selama ini, Vianna berpikir.
Bagaimana jika kedekatan mereka hancur karna sikap egoisnya. Bagaimana jika Rendra membencinya dan tidak mau bertemu lagi. Bagaimana juga, jika Rendra menjauhi Liana dan Kendrick karna kebodohan nya.
Pikiran pikiran seperti itu terus terlintas di kepalanya. Karna itu selama ini ia memendamnya dan enggan untuk mengungkapkan nya. Ia takut, kehilangan Rendra.
Tapi... Melihat akhir akhir ini. Wanita rubah itu sangat centil bersikap manja ke Rendra. Ia tidak bisa membiarkan ini terus berlarut. Ia akan mengatakannya dan konsekuensinya. Ia akan memikirkan nya nanti.
Seperti satu kata pernah ia dengar.
'Mengungkapkan akan lebih baik, daripada penyesalan datang.'
Itu yang membuatnya semakin ingin menyatakan nya dan ia sudah siap dengan jawaban Rendra.
Namun, itu hanya lah kata dari seorang wanita untuk menghindari dari kesakitan di hatinya. Nyatanya sekarang,
Dang...
Seperti di sambar petir di siang bolong dan di tengah terik matahari. Itulah deskripsi dan kondisi Vianna sekarang. Ketika kedua matanya melebar melihat ke depan dan di sertai tubuhnya yang terdiam mematung.
Dia sangat berharap, ini adalah mimpi dan ia akan segera terbangun.
Pemandangan di depannya. Pemandangan yang tidak mau ia lihat dalam hidup nya dan juga. Pemandangan yang sama sekali tidak pernah terbayang kan dan terpikirkan olehnya.
Vianna berdiri diam mematung di sana. Tepat di tengah keramaian. Di mana kanan kiri nya para pengunjung kafe itu dan sedang menikmati kopi dan makanan mereka. Lalu di sudut sisi kafe dekat jendela.
Seorang wanita yang sangat dikenali Vianna. Sedang bergelayut manja di sebelah pria, yang selama ini mengisi ruang hati Vianna.
Siapapun yang melihat, tentu akan langsung mengetahui. Mereka sepasang kekasih, yang sedang menikmati hari valentine.
Rendra, pria yang selama ini selalu menjadi tujuan hidupnya. Bertahun tahun mengaguminya, hingga datang ke negara ini. Berharap, suatu hari mereka bisa menjadi sepasang kekasih dan bersama selamanya dalam ikatan pernikahan.
Ternyata, itu hanya mimpi dan angan angannya belaka.
Kenyataannya... Pria idamannya telah memiliki kekasih. Melihat kedekatan mereka. Vianna bisa menebak. Mereka sudah berhubungan sudah sejak lama.
Vianna menunduk memejamkan kedua matanya. Berharap sedikit bisa menyembuhkan perih dan sesak di hatinya.
Dia kembali diam diam melihat pasangan di depannya dan tanpa Vianna sadari. Setitik air mata jatuh di kulit pipi nya yang lembut.
Vianna menyekanya sembari membuang pandangan nya ke samping. Dia memejamkan kedua matanya, sehingga semakin banyak air mata jatuh di sana.
Vianna cepat cepat menyekanya menggunakan kedua telapak tangannya. Dia harus kembali sekarang, sebelum Rendra dan Calia melihat nya.
Ya, dia adalah Calia.
Musuh bebuyutan sekaligus saingannya di kantor dan kehidupan. Lebih tepatnya, wanita itu selalu suka mencari masalah dengannya.
"Vianna?!"
Suara panggilan itu menyentak Vianna. Dia segera menaikkan pandangan nya melihat wanita yang begitu cantik dan seksi di depannya, Calia.
Calia memiliki tubuh yang indah, juga seksi. Kecantikan nya patut aku, apalagi keindahan tubuhnya. Sungguh itu idaman setiap wanita, terutama Vianna. Siapapun pria yang melihat dia. Tentu memiliki rasa ingin memiliki.
Calia tidak tinggi, ketinggian nya normal untuk ukuran seorang wanita. Akan tetapi, tubuhnya yang indah di sertai wajahnya yang cantik. Itulah daya tariknya. Siapa pun pria itu, pasti bergetar dan menegang ketika melihat wanita ini. Jadi tidak aneh jika Rendra jatuh cinta pada wanita ini.
Dia wanita yang di idam idamkan dan di sanjung sanjung kan oleh setiap pria di perusahaan mereka.
Dia... Kylie *** versi di sini.
Kedua matanya membulat menyadari siapa yang memanggil nya.
'Sejak kapan_dia sudah di depanku?' Vianna masih menunduk melihat ke bawah.
Vianna diam diam mencengkram buku tangannya dan perlahan dengan wajah senyum yang dibuat buat. Vianna menaikkan pandangan nya melihat wanita di depannya.
Calia, dia adalah Calia. Musuh bebuyutan ku sekaligus sainganku di kehidupan dan juga, kantor.
"Oh_hai!... Calia." balas Vianna dengan tersenyum di buat buat, menyapa Calia.
Vianna dalam waktu itu, segera memutar otak mencari cara untuk keluar dari sana. Kedua matanya yang jeli, menangkap sosok pria yang sangat sangat dia kenali.
Dan itu, tepat di sebelah kirinya.
Seorang pria dengan jas mahalnya. Yang memiliki warna biru navy dan sedang duduk sendirian menikmati kopinya.
Pria itu tidak melihat Vianna. Itu melegakan bagi Vianna. Atau... Dia salah.
Dalam waktu itu, Vianna bisa merasakan virasat buruk tentang dirinya sendiri.
Entah kenapa, ia bisa merasakan. Hari ini akan menjadi hari yang sial dan hari memalukan untuk nya.
Dua hal sekaligus, menghantam nya.
Calia melihat meneliti penampilan Vianna di depannya. Lalu pandangan nya berhenti tepat di paper bag.
"Kamu... Apa itu? Apa hadiah untuk kekasih mu? Siapa dia? Apa dia sudah di sini?" Kepala Calia celingak-celinguk saat bertanya itu ke Vianna.
Calia bukan tidak tahu. Kalau Vianna sangat menyukai Rendra. Dia sangat tahu betul.
"Calia!... Ayo kita kembali ke kantor. Banyak pekerjaan yang harus aku kerja... Vianna?!"
Vianna melebarkan kedua matanya saat mendengar suara yang sangat dia kenali itu dan sekarang berada tepat di hadapan nya.
Dia segera menyadari. Dia sudah terlambat untuk bisa melarikan diri.
Vianna masih menunduk tidak mau melihat wajah Rendra.
Kesialan dan memalukan. Dua hal itu menyerangnya sekaligus.
Vianna memejamkan merapatkan kedua matanya.
Ini benar benar sangat memalukan. Kenapa harus ada dia sih.
Rendra yang pembawaan nya selalu diam dan dingin ke Vianna. Hanya melihat menatap Vianna di depannya dengan ekspresi wajah yang rumit.
Vianna bisa merasakan tatapan Rendra padanya. Hal itu membuat jantung nya berdegup tidak karuan.
'Apa yang harus aku lakukan?' Batin Vianna menjerit sendiri.
'Bagaimana aku keluar dari situasi ini?'
"Vianna? Kamu belum menjawab ku. Kamu belum lupa dengan pertanyaan ku tadi bukan?" Calia tersenyum lembut melihat Vianna.
Vianna kembali melihat Calia dan memaksa senyum. Dia sudah bertekad bulat.
Ia akan memanfaatkan pria menyebalkan ini.
"Seperti yang kamu lihat, ini hadiah. Tentu saja bukan untuk diriku sendiri. Bukankah ini Valentine?" Apa yang kamu katakan Vianna.
"Oh benarkah?" Calia menggandeng tangan Rendra dengan sengaja.
"Lalu siapa... pria itu? Bolehkah kamu memperkenalkan nya pada kami?" Calia menyungging senyum geli. Dia semakin mengeratkan gandengan nya.
Vianna membalas dengan senyum lembut yang di buat buat ke Calia. Dia sama sekali tidak melihat Rendra.
Hatinya benar benar tidak kuat melihat wajah Rendra di saat sekarang.
'Ini benar benar hari yang sial dan juga... memalukan.'
Tak_
Vianna meletakkan paper bag sedari tadi setia di tangannya ke atas meja tepat di hadapan pria itu.
Pria itu mengalihkan tatapannya ke Vianna. Ekspresi wajahnya benar benar datar sekaligus ada kemalasan di sana.
Vianna menyungging senyum tipis ke Calia sebelum menduduki bokongnya tepat di samping pria itu dan menggandeng tangannya.
"Apa yang kamu lakukan?" Tanya pria itu dengan suara pelan, yang hanya bisa di dengar oleh Vianna.
Pria itu masih melihat dengan malas ke Vianna.
"Tentu saja. Perkenalkan... Ini kekasihku. Kami sudah mengenal cukup lama dan baru beberapa hari ini kami memutuskan untuk berkencan. Benarkan sayang?" Vianna mengacuhkan pertanyaan pria di samping nya.
Dia menyungging senyum tipis yang lembut mempesona. Tapi sama sekali tidak berpengaruh untuk pria itu.
Tentu saja, itulah yang di lihat Calia dan Rendra.
Sedang di balik senyum lembut mempesona Vianna.
Kedua manik mata Vianna sedang memohon ke pria yang sedang menatapnya dengan jenuh itu untuk membantu nya.
Namun, sikap pria itu terlihat acuh tak acuh tidak peduli. Dia malah melepaskan tangannya dari Vianna dan melihat ke samping sembari berucap.
"Mengejar pria lagi. Kamu memang tidak ada capek capeknya." Itu lah suara sarkas nya, yang hanya bisa di dengar oleh Vianna saja.
Vianna terdiam mematung. Bukan hanya di permalukan_ tidak, aku memang sudah malu. Tapi_ dia mengataiku.
Pria ini_
Vianna tertawa kecil yang di buat buat ke Calia.
"Seperti yang kamu lihat. Kami sedang bertengkar."
Vianna kembali menggandeng tangan pria di samping nya. Kali ini dia bergelayut manja di sana.
"Kau... Bantu aku kali saja_hm!... Akan aku lakukan apapun yang kamu suruh. Tentu saja asal tidak membunuh."
"Aku tidak tertarik." jawabnya cepat tanpa mau melihat Vianna.
"Kau..." Vianna memejamkan kedua matanya sembari merapatkan kedua giginya dan di bawah meja.
Jika tidak ada Calia dan Rendra di sini. Sungguh ia tidak akan pernah melakukan ini, apalagi meminta bantuan.
"Vianna!"
Vianna sontak menoleh melihat Calia. Saat wanita itu memanggil nya.
"Apa dia benar kekasih mu? Yang aku lihat ..."
"Calia!" Rendra memanggil Calia.
Ekspresi wajah Rendra benar benar sangat dingin.
Calia sedikit terkesiap melihat ekspresi wajah Rendra.
"Tunggu aku di mobil... Aku akan segera menyusul." Suara dingin Rendra saat mengatakan itu.
Calia melihat ke Vianna sebentar sebelum menunduk dan menjawab.
"Ya." jawabnya lirih sebelum melangkah berlalu dari sana.
"Vianna ikut aku." Ucap Rendra sebelum berjalan ke arah pintu keluar Kafe.
💙💙💙💙💙
Novel ini sedang dalam tahap revisi perbaikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments