"Kakek dengar kamu berangkat pagi ini. Padahal kamu bisa santai sedikit bekerja."
Reyyan melihat kakeknya.
"Ada yang mau kakek titip?" Reyyan berkata dengan acuh tak acuh.
Ferdinand melempar kertas berukuran kecil Persegi panjang ke hadapan Reyyan. Lalu dirinya melangkah ke sofa dan menduduki bokongnya di sana.
Reyyan melihat ke kertas itu dan menyatukan alisnya sebelum bertanya ke kakeknya.
"Apa ini?"
"Karna kamu sudah di sana. Nanti hadirlah ke acara itu."
Reyyan meraih kertas kecil itu dan membolak balik nya.
"Kuda?"
"Pembukaan Klub kuda. Kakek sudah mendaftarkan atas namamu. Kakek harap ini bukan permintaan yang sulit untuk kamu penuhi." Ferdinand berbicara dengan lembut dan sedikit membujuk.
Bukan Reyyan Zeki Ferdinand namanya kalau dia tidak tahu niat dan siasat kakeknya ini.
Siasat menjodohkan, lagi. Pria tua ini tidak akan pernah berhenti dan dengan segala, caranya.
"Kakek sangat tahu. Aku tidak suka berkuda." Reyyan menjawab dengan tenang tidak peduli. Dia sedang melihat meneliti berkas di depannya. Sedangkan secarik kertas tadi, Reyyan campakkan begitu saja di sana.
Ferdinand mendesah. Dia tidak akan mundur.
"Sekali kali kamu butuh refreshing. Salah satunya berkuda.
Reyyan menyungging senyum geli. Dia diam tidak mengatakan apapun, hanya mendengar kan kakeknya.
"Mereka salah satu klien kita yang juga, baru baru ini menjalin kerja sama dengan perusahaan Mami mu. Kamu benar benar tidak akan mengabaikan nya bukan?" Ferdinand masih berusaha membujuk Reyyan.
Mendengar pemberitahuan kakeknya. Seketika membuat Reyyan tertarik.
Dia kembali meraih secarik kertas tadi dan melihat nama yang tertera di sana.
"Aku dengar mereka juga memiliki tempat golf. Mereka selalu mau ada di atas kita. Apa benar yang aku pikirkan?" Reyyan melihat kakeknya yang duduk di sofa.
Tuk.
Reyyan melempar kertas tadi kembali ke meja.
"Aku tidak percaya mereka memiliki ini juga." Reyyan kembali bergelut dengan pekerjaan nya.
"Putri mereka suka berkuda."
Reyyan mengalihkan pandangan nya dari berkas di depannya ke kakeknya.
Mengerti tatapan cucunya. Ferdinand mendesah.
"Zeky?... Untuk kekayaan dan kecantikan. Dia adalah tipe mu. Kakek sudah melihat nya. Dan dia juga gadis yang baik."
"Tentu saja. Adakah yang tidak baik yang kakek atur selama ini? Dan juga... Mereka semua cantik. Jawaban ku sudah jelas kek? Aku belum tertarik untuk menikah. Jadi hentikan lah." Ujar Reyyan sembari fokus pada pekerjaan nya.
Banyak yang harus dia selesaikan sebelum dia berangkat.
"Setelah bertemu mungkin kamu akan menyukai nya. Tidak ada salahnya untuk mengenal dulu."
"Jatuh cinta maksud kakek?_ Adakah yang lebih menggelikan dari itu kek? Aku merinding sendiri." Reyyan menggeleng tidak percaya.
Sikapnya selalu acuh tak acuh dan dingin di saat bersamaan jika membahas masalah cinta.
Reyyan Zeki Ferdinand. Dia adalah pria yang tidak mau jatuh cinta.
Reyyan bangkit berdiri dari duduknya, merapikan semua berkas di hadapannya dan melangkah ke pintu.
Dia harus memimpin rapat pagi dulu.
"Aku akan di sana sebentar saja. Aku rasa ini memenuhi keinginan Kakek." Reyyan berhenti sejenak melihat kakeknya, yang kini ikut berdiri dan berjalan ke arahnya.
Ferdinand mendesah.
"Aku khawatir, aku akan mati sebelum melihat cicitku." Ferdinand melangkah melewati Reyyan.
"Jika soal itu, Kakek bisa menikahi Flederick duluan. Aku tidak masalah..."
Plak,
"Aw... Kek! Sss," Ringis Reyyan sembari memegang kepalanya yang di geplak menggunakan tongkat legend kakeknya.
Ferdinand mendecak kesal.
"Apa kamu tahu? Mami dan papi mu sudah menyerah mencari pasangan untukmu." Ferdinand menaikkan nada suaranya.
Reyyan cengengesan sembari mengelus kepalanya yang sakit.
"Aku berharap kakek juga melakukan it..."
Plak,
"Aw... Sakit kek!" Reyyan memundurkan tubuhnya sembari melindungi kepalanya.
Ferdinand berbalik kembali melangkah ke pintu.
"Ujung ujung nya kamu juga akan tetap menikah Zeky. Ini hanya masalah waktu saja." ucapnya tidak peduli.
"Itu benar dan sekarang aku sedang tidak memikirkan itu." Reyyan mengikuti kakeknya dari belakang.
"..." Ferdinand terdiam.
Reyyan menyungging senyum tipis penuh makna sebelum berucap.
"Setelah di pikir pikir, mungkin sebaiknya aku mengikuti Kakek."
"Kakek harap kamu tidak serius."
"Tentu saja tidak, jika seseorang tidak meminta keturunan nya dengan cepat." Reyyan menjawab cepat.
Plak.
Ah...
Dan satu pukulan lagi mendarat di punggung Reyyan.
"Kamu benar benar cucuk laknat."
"Apa itu pujian?"
Reyyan menyungging senyum tipis sembari membuka pintu ruangan kerjanya menuntun kakeknya keluar dan juga dirinya ikut keluar.
Ferdinand hanya bisa menggeram kesal.
Reyyan terkekeh geli.
Kedua nya melangkah perlahan menuju lift.
"Bagaimana jika kakek menghalangi rencana mu itu? Kamu tentu tahu. Selama ini kakek belum keras saja. Kakek masih mau berkompromi dengan mu."
Keduanya masuk ke dalam lift dan Reyyan menekan tombol menuju ke lobby.
Kedua nya kini berekspresi wajah serius. Tidak seperti tadi.
"Kakek akan tahu hasilnya. Tidak ada siapapun yang bisa mengatur hidupku. Apalagi mengenai pasangan. Tidak ada kek!"
Ting.
Pintu lift terbuka dan hamparan lobby yang cukup luas segera terlihat.
Ferdinand kembali mendesah.
"Kamu benar. Tidak ada yang tahu jika tidak mencoba."
Mendengar ucapan kakeknya.
Reyyan segera beralih melihat kakeknya dan bulu kuduknya seketika bergidik ngeri. Dia menghentikan langkahnya melihat punggung kakeknya yang perlahan berlalu dan sudah di kawal oleh para bodyguard.
Reyyan mengejar langkah Ferdinand.
"Kakek tidak... Maksud ku... Begitu aku terbangun di pagi hari... Akan ada gadis itu di sampingku. Kakek tidak akan melakukan itu bukan?" Kali ini Reyyan bertanya takut takut ke kakeknya. Lebih ke merinding jika itu terjadi.
'Jangan katakan ya.' Reyyan menatap kakeknya dan sangat berharap...
"Haruskah kakek mencoba?"
Reyyan segera bernafas lega.
"Setelahnya, satu klien setia kakek selama ini akan hilang."
Ferdinand menatap lama Reyyan sebelum kemudian lagi lagi dia mendesah.
'Memang, aku tidak akan pernah bisa kejam dan keras padanya.'
Ferdinand mengangguk entah untuk apa.
"Kakek masih menunggu seseorang yang bisa membuka hatimu itu."
Reyyan mengedipkan bahunya acuh.
"Percaya lah kek! Tidak akan pernah ada. Hatiku? Hanya milikku sendiri."
Itu lah kata kata Reyyan, selalu.
"Tidak ada yang tahu masa depan Zeky?"
Reyyan mengangguk menyetujui.
"Benar, tidak ada yang tahu masa depan. Tapi masa sekarang, aku belum memikirkan soal pernikahan."
"Atau jangan jangan diam diam kamu sudah mempunyai seorang wanita di sisi mu dan kamu tidak mengenalkannya padaku?" Ferdinand menghentikan langkahnya, berbalik melihat Reyyan.
"Maksud Kakek wanita penghangat ranjangku?" Reyyan menjawab dengan acuh.
"Lupakan. Jangan pernah membawanya ke hadapan ku."
Reyyan mengedipkan bahunya. Keduanya sudah sampai di depan lobby dan mobil dengan merek Rolls-Royce phantom warna hitam sudah ada di sana.
Seorang pria berjas hitam membuka pintu mobil dan mempersilahkan Ferdinand masuk ke dalam dengan sopan.
Ferdinand menarik nafas.
Reyyan menuntun kakeknya masuk ke dalam mobil.
"Hati hati kek? Jaga kesehatan mu dengan baik. Jangan khawatir kan apapun."
"Kakek masih berharap. Semoga suatu saat akan ada wanita yang bisa membuat mu tergila gila mencintainya."
Reyyan menggeleng geli dengan ucapan Kakek nya.
"Sebelum dia melakukan itu. Maka dia sudah jatuh cinta duluan padaku." Jawab Reyyan dengan penuh percaya diri.
"Kakek juga berharap... Hatinya terbuat dari besi."
Reyyan menggeleng dengan senyum percaya dirinya.
"Itu tidak mungkin terjadi. Ugh," Suara tercekat Reyyan saat mendapatkan tatapan tajam Kakek nya.
Ferdinand menghela nafas dan segera masuk ke dalam mobil.
Klam...
"Hati hati kek!" ucap Reyyan setelah menutup pintu mobil dan mobil segera berlalu dari sana.
Reyyan meraih handphone nya. Menghubungi seseorang di sana.
Reyyan menghubungi pihak penerbangan untuk mengundur jadwal keberangkatannya.
Karna kakek sudah tahu. Maka ia hanya harus berjaga jaga. Entah kenapa, aku merasakan firasat buruk.
Di tambah, aku harus mampir ke Turkey dulu sebelum ke sana. Tentu saja mau melihat Beyza dan dua anak nya yang imut menggemaskan.
Hadiah dan mainan yang di inginkan Zenia, anak Beyza sudah berada di dalam pesawat pribadinya.
Reyyan menyungging senyum bahagia. Seperti tidak ada sedikit pun tekanan dari kakeknya tadi.
Reyyan mengingat memikirkan. Bagaimana reaksi wajah gadis imut dan cantik itu. Saat dia memberikan mainan kesukaannya dan oleh oleh ini.
Reyyan tidak berhenti tersenyum. Di saat langkah nya membawanya masuk ke lift.
Dua dari anak Ayla. Zenia lah yang paling manja dan akrab dengannya. Sedangkan Derya, dia sama sangat menyebalkan seperti daddy-nya. Deniz Selim Al-khaled.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Rosee
Semangat thoor, yuk kita saling support. Kalo ada waktu luang mampir yuk ke novel aku judulnya "Between we"
MAKASIH
2023-04-24
0
Maria Gratia
up lagiii thorrt seruuuu
2023-03-23
0