( Tersesat ) Di Desa Nakampe Gading
Bab 04
Pak Udin
Kami menamai tempat ini, KALI KIDUL.
Pak Rusli
10 meter di depan...
ada sebuah sungai kecil, berarus tenang dan jernih.
Pak Toni
Benar.
Air itulah yang mengairi sawah-sawah di desa kami. Tapi, tidak bisa langsung mengalir begitu saja.
Cella / aku
Mengapa demikian, pak ?
Pak Udin
Sekalipun berarus tenang...
namun, pada saat-saat tertentu, arusnya bisa menakutkan.
Pak Yunus
Jadi, kami membuat sebuah kolam yang digunakan untuk menampung air. Kolam itu kami beri nama SENDANG. Itu...
Pak Yunus menunjuk ke sebuah bangunan yang terbuat dari batu bata dicat hitam.
Bulu kudukku merinding seketika manakala melihat bangunan itu
Cella / aku
Joan...
Aku sudah mengatakannya, bukan ?
Joan
Maafkan aku, Cel... maafkan aku yang semula tidak mempercayai ucapanmu beberapa hari yang lalu.
Bangunan itu mirip sekali dengan bangunan dalam mimpiku dan hanya bangunan itu satu-satunya yang ada di Kali Kidul ini.
Pintu masuknya berupa dua buah gapura yang terbuat dari susunan batu-batu kali. Tingginya 2 kali lipat tinggi orang dewasa
Janur kuning, lentera dan sesajen berisi kembang tujuh warna, jajanan tradisional, dupa dan kopi hitam kental diletakkan pada sudut-sudut tertentu.
Asap tipis melayang-layang di udara, dipermainkan oleh hembusan angin semilir...
Menebarkan bau harum yang aneh...
Joan
Cel, ada apa denganmu...
Cella / aku
Tidak apa-apa...
mungkin butuh istirahat sejenak.
Joan
Berulangkali kau berhenti, menepuk-nepuk bahu, membungkukkan badan dan duduk...
Cella / aku
A... aku tidak apa-apa, Jo...
Mendadak saja kepalaku pusing...
Pandanganku berkunang-kunang. Dan...
Cella / aku
Hhooeekkhh....
Aku menumpahkan hampir setengah isi perutku
Cella / aku
Aku hanya butuh duduk sebentar
Hudi
Kalau kau kurang enak badan... mumpung belum jauh, kita kembali saja
Cella / aku
Sudah separuh jalan. Aku tidak apa-apa. Entahlah, tubuhku mendadak saja tidak bisa diajak kerja sama...
Akhmad
Wajahmu....
pucat sekali, Cel
Cella / aku
Sudahlah...
aku tidak apa-apa...
Pak Udin....
Siapa laki-laki tua berbaju hitam berdiri sambil membawa sebuah bambu kuning di seberang sana ...
Pak Udin menoleh ke seberang sungai. Tapi...
Pak Udin
Tidak ada siapapun disana, Mbak Cella...
Cella / aku
Tidak mungkin, pak...
Tadi aku melihat ada seorang kakek tua berbaju hitam berdiri pada sebuah batu besar di seberang sungai itu, pak...
Dia memegang sebuah bambu kuning
Pak Yunus
Mbak Cella, di Kali Kidul ini... tidak ada seorangpun tinggal.
Pak Rusli
Lagipula...
Ini adalah salah satu tempat yang sakral bagi kami.
Pak Udin
Di seberang sungai itu, bukanlah wilayah kami. Hanya orang bodoh saja yang berani memasuki kawasan tersebut
Akhmad
Ora usah mikir macem-macem, Cel... lek wis ora opo-opo, ayo lanjut....
Hudi
Iya...
Mumpung belum gelap...
Baru saja berdiri, mendadak tubuhku limbung...
Joan
Kita urungkan dulu pencarian hari ini, Cel... kondisimu tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan...
Cella / aku
Ada apa denganku ? Padahal tadi baik-baik saja...
Setelah meninggalkan tempat itu...
Tubuhku kembali seperti semula... kebas dan berat hilang begitu saja...
Joan
Serius...
Tadi kau melihatnya
Cella / aku
Lo...
Kau juga melihatnya ?
Joan
Aku sich tadi tak melihat apa-apa disana...
Cella / aku
Jangan mempermainkan ku, Jo
Joan
Aku tidak mempermainkan mu, Cel. Kalau kamu ngotot seperti itu...
Joan
biasanya, kau memang melihat sesuatu...
Hudi
Katakan pada kami, apa yang telah kau lihat
Cella / aku
Aku sudah menjelaskannya pada kalian... juga pada mereka, tapi, tampaknya tidak percaya
Joan
Yah, sewaktu kita memasuki Kali Kidul... ada sesosok bayangan yang mengikuti kita dari jauh.
Aku, Hudi dan Akhmad memandangi Joan. Hampir bersamaan berseru tertahan...
"BAYANGAN ?!"
Akhmad
La, terus ...
opo'o kok awakmu meneng wae...
( La, lantas ...
mengapa kau diam saja ... )
Joan menghela nafas panjang, setelah itu berkata...
Joan
Aku mendengar sebuah bisikan yang entah darimana datangnya...
Mbah Buluk
Tak perlu kau tahu siapa aku...
ada saatnya nanti kita bertemu.
Yang penting, dengarlah...
Temanmu yang bernama Cella itu tidak sendirian... Ada sesosok wanita tua mengenakan baju merah tengah bertarung dengan para penghuni gaib tempat ini....
Jadi, segeralah pergi dari tempat ini...
Jika diteruskan... fatal akibatnya untuk temanmu itu...
Joan
Nah, itulah sebabnya, aku mengajak kalian segera pergi dari kawasan Kali Kidul itu.
Cella / aku
Wanita tua berpakaian merah ?
Hudi
Lalu, atas dasar apa yang membuatmu mengikuti arahan bisikan misterius itu.
Joan
Entahlah....
Yang jelas, aku bertindak berdasarkan naluriku...
Cella / aku
Lalu, menurutmu... kita tak perlu lagi datang ke Kali Kidul ?
Joan
Kali Kidul ....
Kita akan pergi sendiri... bisikan itu mengatakan ....
Mbah Buluk
Kalian bisa datang lagi ke tempat ini tapi ...
Jangan sampai mengajak para warga setempat.
Joan
Aku menurut...
Itulah sebabnya, besok kita akan pergi sendiri ke tempat itu...
Pak Sujar
Mbak Cella, Mbak Yulia, Mas Hudi....
Pak Sujar
Perkenalkan...
Beliau ada salah satu panatua Desa Nakampe Gading ini. Mbah Joglo
Mbah Joglo
Mbah Joglo tahu...
kalian akan datang.
Kami saling pandang... Mbah Joglo... kakek tua yang memiliki sepasang tatap mata yang tajam dan dingin... kami baru pertama kali tiba disini, tetapi, sepertinya tahu banyak hal.
Mbah Joglo
Ada banyak hal yang hendak kalian tanyakan, bukan ?
Cella / aku
Ngapunten, Mbah...
Memang, semenjak kami datang, kami dihadapkan banyak peristiwa di luar nalar
Mbah Joglo
Apa yang kalian alami, hanyalah awalnya saja. Mbah Joglo tidak berharap kalian akan mengalami kejadian yang lebih mengerikan lagi...
Cella / aku
Sebenarnya, apa kesalahan kami, sehingga harus mengalami kejadian seperti ini, Mbah ?
Mbah Joglo menatapku dalam-dalam...
Pandangannya, seakan hendak menembus kulit dan dagingku.
Aku merasa kikuk sekali. Tak biasa dipandangi laki-laki apalagi usianya sudah kepala 9.
Mbah Joglo
Ngapunten, Nyai...
Putumu Iki ora weruh, Yen panjenengan tansah ngancani saka kutha dateng mriki.
( Maaf, Nyai...
cucumu ini tidak tahu jika Nyai menemaninya sejak dari kota menuju ke tempat ini )
Mbah Joglo
Nduk... maaf, tadi Mbah Joglo berbicara dengan dia yang menjagamu. Mohon ijin untuk menjelaskan semuanya.
Mbah Joglo
Kini dengarlah...
Keempat teman kalian : Pedro, Parto dan Ikbal sudah meninggal. Sementara, Bianca... sukmanya terjebak di sebuah tempat di desa ini...
Akhmad
Bagaimana itu bisa terjadi, Mbah ?
Mbah Joglo
Mungkin...
Sebelum berangkat ke desa ini, teman kalian yang bernama Bianca itu membawa sebuah kesalahan, yang tidak disukai oleh penguasa Nakampe Gading ini...
Kami saling pandang... perkataan Mbah Joglo ini bagi kami tidak masuk akal...
Cella / aku
Membawa kesalahan ? Apa maksudnya, Mbah ?
Sepasang mata Mbah Joglo menatap ke arah udara kosong... lama sekali, hingga Akhirnya berkata...
Mbah Joglo mendekatkan mulutnya ke telinga Pak Sujar.
Setelah itu, ia menoleh ke arah Akhmad dan Hudi..
Pak Sujar
Mas Akhmad, Mas Hudi....
Saya hendak pergi membeli beberapa barang di pasar.... apa kalian tidak keberatan bantu saya ?
Hudi
Kami tidak keberatan, Pak...
Akhmad
Kita berangkat sekarang atau...
Pak Sujar
Iya, sekarang...
Mari ikuti saya.
Sepeninggal Hudi dan Akhmad, Mbah Joglo menatap kami secara bergantian. Tatapannya tanpa ekspresi, lama sekali baru kemudian berkata...
Mbah Joglo
Mbah Joglo terpaksa harus berbuat demikian pada mereka... ini semua demi kebaikan kalian.
Yulia
Apa maksud dari semua ini, Mbah ?
Mbah Joglo
Maaf...
Sebenarnya, Mbah Joglo tak ingin mengatakan apa yang terjadi pada teman kalian yang bernama Bianca itu.
Cella / aku
Mbah, katakan saja... kami berusaha untuk mendengarkannya dengan baik... saya yakin, Mbah Joglo punya alasan sendiri ...
Mbah Joglo
Anak itu, telah melakukan kesalahan fatal
Yulia
Hah, tidak mungkin !
Mbah Joglo
Apa kalian tahu... kepergiannya ini hanyalah sebagai pelampiasan kekesalannya pada seseorang.
Yulia
Ya, ampun... kenapa baru kuingat ?
Cella / aku
Sepertinya, kau tahu apa yang terjadi pada Bianca ?
Yulia
Iyo...
Bianca kesel Karo bocah iku..
bocah seng gawe gendeng arek wedok sak kampus...
( Iya...
Bianca dibuat kesal oleh anak laki-laki itu...
yang membuat semua anak perempuan satu kampus gila ... )
Cella / aku
Apakah dia jatuh cinta pada Miko ?
Yulia
Siapa lagi ? kita semua tahu kalau Miko itu playboy...
Cella / aku
Terus...
apa hubungannya dengan kejadian ini, Yul ?
Mbah Joglo
Orang yang sedang dilanda jatuh cinta.... akan kehilangan akal sehat.
Mbah Joglo
Tidak mengerti benar atau salah. Mereka akan melakukan apapun demi Cinta...
Cella / aku
Astaghfirullah...
mungkinkah dia berbuat nekad demi merebut hati Miko ?
Cella / aku
Lalu, apa yang harus kami lakukan untuk menyelamatkannya, Mbah ?
Mbah Joglo
Mbah Joglo hanya bisa menyarankan...
Cella / aku
Apa itu, Mbah ?
Mbah Joglo
Tiga hari ke depan...
kalian harus bisa mencegahnya mencium bau darah.
Mbah Joglo
Jika sampai itu terjadi...
Dia akan berubah menjadi sesosok makhluk yang, oleh para warga disebut : LELEPAH. Kecil kemungkinannya, untuk bisa selamat.
Yulia
Ngapunten, Mbah ...
Sebenarnya, makhluk yang bernama lelepah itu ada atau cuma mitos ?
Cella / aku
Yul, Ojo ngomong sembarangan...
Cella / aku
Apakah Bianca, bisa diselamatkan ?
Mbah Joglo
Untuk hal itu...
Mbah Joglo akan berusaha sebisa mungkin.
wajahnya tampak cemas dan bingung.
Pak Rusli
Ngapunten, Mbah....
Kulo madosi Pak Sujar
Mbah Joglo
Pak Sujar sedang keluar bersama teman-teman mereka. Ada apa ?
Cella / aku
Ada apa, Pak Rusli ?
Pak Rusli
Maaf, Mbak....
ini mengenai teman Anda Bianca
Pak Sujar dan yang lain datang
Pak Sujar
Sebaiknya, kita segera kembali. Saya harap, Mbah Joglo juga ikut.
Comments