( Tersesat ) Di Desa Nakampe Gading
Bab 02
Yulia
Iya. Gara-gara sopir bodoh dan keras kepala itu, kegiatan KKN kita tertahan di tempat ini.
Bella
Mulai biyen nganti saiki... aku ora seneng Karo Dadung. Aku wes ngomong Karo bapak... masih pinter lan pengalaman, mung Dadung Kuwi ora iso dikandani. Harusnya, dipecat saja.
( Dari dulu sampai sekarang ... saya tidak suka dengan Dadung. Saya sudah mengatakannya pada Ayah... sekalipun dia pintar dan berpengalaman tapi, tidak bisa dikasih tahu ).
Joan
Sudahlah, Bel... tak perlu kau sesali... tidak akan bisa mengembalikan keadaan. Yang penting, mereka harus segera ditemukan.
Pada saat itulah, Hudi dan Akhmad muncul dan segera duduk di lantai. Peluh membasahi wajah dan pakaian mereka. Tampaknya, mereka baru saja melakukan perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan. Yulia segera ke dapur untuk kemudian mengambil minuman untuk mereka.
Cella / aku
Apakah kalian sudah menemukan keberadaan Pedro, Parto, Ikbal dan Bianca ?
Yulia
Sebenarnya, mereka semua pergi kemana ? Sudah seminggu ini tidak ada kabar, aku khawatir, ada sesuatu yang buruk menimpanya.
Bella
Tampaknya, kita harus menemui Pak Sujar. Kepala desa ini.
Akhmad
Lebih baik begitu... sebab, kita adalah tamu di tempat ini. Tidak tahu apa-apa tentang desa ini.
Joan
Apa kau sudah mencari di lokasi tempat kita kecelakaan ?
Hudi
Kami belum kesana, Jo... menurut beberapa warga... lokasi kecelakaan itu jauh dari tempat ini. Selain itu, medannya agak sulit dijangkau apabila tidak membawa apa-apa.
Cella / aku
Maksud kalian, bagaimana ?
Hudi
Untuk menuju kesana, kita harus melewati jalan setapak yang ditumbuhi oleh tanaman-tanaman liar merambat. Tanpa golok, sabit, parang dan tongkat, mustahil kita bisa melaluinya tanpa perambah jalan.
Joan
Malam nanti Kau ikut dengan kami menuju rumah Pak Sujar. Kita akan minta pendapatnya.
Pak Sujar
Selamat malam,
Mbak Joan, Mbak Cella... ada yang bisa saya bantu ?
Joan
Iya, pak...
Kami ingin mencari keempat teman kami yang menghilang setelah kecelakaan itu.
Cella / aku
Sebelumnya,
kami minta maaf karena telah mengganggu waktu santai Bapak.
Pak Sujar
Ah, tidak apa-apa, Mbak...
lagipula, sekarang saya sedang santai, kok.
Joan
Saya berterima kasih sekali atas kesediaan para warga mendirikan tempat tinggal untuk kami...
Pak Sujar
Itu sudah selayaknya, Mbak Joan...
kalian adalah tamu di desa ini, maka, hanya itulah yang bisa kami lakukan.
Cella / aku
Ngapunten, pak...
Kalau saya lancang terlalu banyak bertanya.
Pak Sujar
Tak perlu sungkan, Mbak Cella.
itu wajar. Malah kalau banyak bertanya, kami justru akan senang sekali.
Cella / aku
Baiklah, pak.
Mungkin kami akan melakukan pencarian ke-4 orang teman kami yang menghilang besok.
Joan
Mungkin bapak bisa memberikan petunjuk tentang dimana kami harus memulainya. Tapi, yang jelas kami tidak tahu menahu seluk beluk desa ini. Jadi, bisakah kami minta bantuan beberapa warga untuk mendampingi kami ?
Pak Sujar
Hmm... baiklah, Mbak Joan, Mbak Cella...
Pak Sujar
Disini ada beberapa tempat atau daerah yang tidak sembarangan orang boleh keluar masuk seenaknya.... kalau dilanggar, bencana akan menimpa desa ini.
Pak Sujar
Sebelah Utara.
Itu adalah makam leluhur. Hanya boleh dimasuki oleh para panatua desa.
Tempat kedua, adalah Sebelah Barat. Kami menamai tempat itu Bajang.
Cella / aku
Bajang ? Apa itu, pak ?
Pak Sujar
Disana adalah makam Bajang. Bajang adalah sebutan warga pada bayi-bayi yang terlahir cacat juga korban aborsi.
Dulu ada seorang penduduk tersesat di tempat itu, saat ditemukan ia dalam keadaan linglung.
Joan
Bagaimana bisa demikian, pak ?
Pak Sujar
Kami meyakini, sekalipun bayi-bayi itu sudah dikuburkan disana secara layak... namun, arwah mereka penasaran dan menghantui orang-orang yang tanpa sengaja memasuki daerah itu.
Pak Sujar
Bapak hanya mengingatkan, kalau bisa kalian jangan sekali-kali menginjakkan kaki di tempat itu. Sosok Bajang bisa menipu. Mereka adalah jin. Sekilas terlihat lucu dan menggemaskan, namun, sebenarnya, mereka berwujud bayi prematur. Cacat dan mengerikan.
Aku dan Joan bergidik mendengarnya. Harapan kami adalah segera menemukan Pedro dan yang lain, setelah itu pergi dari desa ini.
Destinasi pertama lokasi pencarian adalah lokasi dimana kami mengalami kecelakaan. 5 orang bertubuh tinggi, tegap dan kekar ditugaskan oleh Pak Sujar menjadi perambah jalan. Dengan peralatan SAR yang lengkap, mereka bekerja cekatan. Membabat ilalang, menebas kayu-kayu melintang di atas kepala, menyingkirkan semak-semak. Hingga akhirnya...
Pak Rusli
Kita sudah tiba di lokasi, Mbak.
Cella / aku
Aku tak bisa membayangkan, tanpa adanya para perambah jalan... belum tentu kami bisa tiba di lokasi dalam waktu singkat
Joan
Hmm... tampaknya, mobil kita dibiarkan terbengkalai di situ dan mulai ditumbuhi semak belukar dan tanaman liar merambat
Pak Rusli
Kami sengaja tidak memindahkan mobil itu karena khawatir kena tulah.
Hudi
Tulah ? Apa itu, paman ?
Pak Rusli
Setiap barang yang terkena percikan darah, kami dilarang menyentuhnya, karena bisa menimbulkan bencana atau malapetaka.
Pak Udin
Kecelakaan yang kalian alami beberapa hari yang lalu, memakan korban jiwa. Sopir kalian tewas.
Pak Rusli
Menurut adat-istiadat di desa kami, jika ada seseorang yang meninggal, entah karena kecelakaan, dibunuh ataupun bunuh diri... kami hanya diperkenankan membantu mereka selama 24 jam. Lebih dari itu, kami tidak boleh menyentuh barang-barangnya. Jadi, kami harus mempersiapkan segala-galanya termasuk upacara pemakaman. Saat kalian mengalami kecelakaan, Kamilah yang mengeluarkan kalian dari dalam mobil termasuk jasad sopir itu. Dia kami makamkan di tempat yang agak jauh. Apakah kalian hendak melihat makamnya ?
Pak Udin
Selain kalian bertubuh, kami tidak menemukan siapa-siapa lagi. Makanya, kami heran saat kalian mengatakan ada 4 orang teman kalian yang menghilang.
Cella / aku
Kami harus menemukan teman-teman kami dulu. Bolehkah kami memeriksa mobil kami. Siapa tahu ada barang yang tertinggal di dalam mobil.
Pak Rusli
Ta... tapi, itu...
Pak Yunus
Kami harus merundingkannya dulu dengan Pak Sujar.
Akhmad
Haduh biyung...
mau memeriksa barang kami sendiri kesulitan.
Bella
Ojo ngomong sembarangan, Mad...
Joan
Kita ini tamu... tidak bisa seenaknya sendiri.
Pandangan mata Joan menyapu ke sekeliling dan terhenti pada sesuatu yang jaraknya 10 meter dari tempat kami berdiri.
Joan
Pak Yunus, boleh pinjam galahnya ? Sepertinya, disana ... di balik semak-semak dan tumpukan kayu ada sesuatu.
Pak Yunus
Tunggu. Biar saya saja yang memeriksanya, Mbak
Sambil berkata demikian, ia melangkah ke arah yang ditunjuk oleh Joan. Tangannya bekerja cekatan menyingkirkan rimbunan semak belukar dan tumpukan kayu. Dan, sesuatu menyeruak keluar.
Pak Yunus
A... A... apakah ini salah satu teman kalian ?
Pak Toni
mohon maaf... jika kalian ingin memeriksanya, gunakan kaos tangan ini, setelah itu... buanglah.
Sebuah kerangka manusia.
Mengenakan jas almamater kampus dan kota kami. Sekalipun warna ungunya memudar, kami yakin itu adalah seragam kami. Berjenis kelamin laki-laki dengan tulang kepalanya retak. Di sisi kanan jas, terdapat label nama bertuliskan "IKBAL".
Cella / aku
Bagaimana mungkin ia bisa terseret sejauh 10 meter dari lokasi kecelakaan ? Apakah binatang buas yang menyeretnya ?
Joan
Entahlah.
Dia memang Ikbal.
Para perambah jalan kembali bekerja, membuka jalan untuk kami, tapi... Medan semakin sulit dilalui, ditambah lagi matahari mulai condong ke arah Barat.
Pak Rusli
Sebaiknya, kita segera pergi dari sini sebelum malam tiba. Besok kita lanjutkan lagi.
Malam itu, kami duduk di teras. Joan tampak gelisah. Aku tahu apa yang berkecamuk di dalam benaknya.
Bu Ikbal
Joan, Cella... kalau kalian berangkat KKN... titip Mas Ikbal, ya.
Ikbal
Ah, ibu...
Ikbal, kan bukan anak kecil lagi... bisa jaga diri.
Bu Ikbal
Iki ibu seng ngomong... Ojo mbalelo
( Ini ibu yang bicara, jangan bandel )
Joan
Iya, Bu...
Kami sudah menganggap Ikbal sebagai adik. Kami akan menjaganya.
Ikbal
Hei, Jo...
Umurmu luwih enom saka aku. Wayahe, Kowe sing dadi adikku
( Hei, Jo... kau lebih muda dariku, seharusnya, kaulah yang jadi adikku )
Bu Ikbal
Masio Kowe wes umur 19, mung isih koyok arek cilik.
( Sekalipun kau sudah berumur 19 tahun, tapi cara berpikirmu masih seperti anak kecil )
Aku, Joan dan yang lain tertawa
Ikbal
Bu, Kulo budhal riyin, njih...
( Bu, saya berangkat dulu, ya )
Bu Ikbal
Iyo, le...
Ati-ati neng dalan
( Iya, nak...
Hati-hati di jalan )
Bu Ikbal menatap ke arah Joan.
Bu Ikbal
Nduk... ibu nitip Ikbal, ya.
Selama KKN, tolong jaga Ikbal. Segera selesaikan KKN kalian.
Sepasang tatap sayu wanita paruh baya itu mengiringi kepergian kami. Saat mobil berjalan, beliau masih berdiri memandangi mobil yang kami tumpangi.
Cella / aku
Jo, aku turut menyesal atas apa yang menimpa Ikbal
Joan
Yang penting, teman-teman harus segera ditemukan dan segera enyah dari desa ini.
Bella
Hei...
kalian tidak mendengar sesuatu ?
Cella / aku
Mendengar apa, Bel ?
Bella
Dengarkanlah dengan seksama. Suaranya jelas banget
Hudi
Kok aku tak mendengar apa-apa ?
Cella / aku
Sebenarnya,
kau mendengar apa, Bel ?
Bella
Aku... aku...aku mendengar suara... seperti... bayi menangis
Akhmad
Haduh biyung...
mbok Ojo ngomong nggedabrus, Bel...
Bella
Benarkah, kalian tidak mendengarnya ? Sepertinya, suara itu tak jauh dari sini...
Cella / aku
Jangan kau pedulikan, Bel... ingat kata-kata Pak Sujar. Abaikan saja...
Bella
Ta... tapi, sepertinya ... bayi itu butuh pertolongan
Joan
Sudah ! Tutup telingamu, abaikan saja !!
Yulia
Ibu pernah bilang...
jin bisa mempengaruhi pikiran kita saat kosong... jadi, jangan biarkan pikiran kita kosong atau kita celaka.
Comments