Mbah Jum memuji Seti yang tampak rapi dan gagah ketika dilihatnya masuk ke warungnya.
Bercelana Levi's, kaos biru lengan panjang. Sepatu outdoor Eiger terikat rapi di kaki Seti.
"Mau kemana cah bagus ?" Tanya mbah Jum ingin tahu.
"Ke tempat teman mbah," jawab Seti yang seperti biasa beranjak mengambil gelas, memasukkan satu sendok gula dan dua sendok kopi tubruk lalu menyeduhnya jika sudah di dalam warung.
"Mesti wedok temanmu, ... hehehe ...."
Mendengar kata-kata mbah Jum itu, Seti membalas dengan tersenyum riang.
Melanjutkan mengaduk gelas kopi yang ada di depannya, Seti lalu berpindah duduk di bale-bale pojok warung untuk mencicipi kopi panas dari sendoknya.
Warung mbah Jum mulai terlihat ramai. Satu dua anak kost di sekitaran Samirono mulai datang untuk makan malam di situ.
Sambil menyeruput kopi, Seti menunggu kedatangan Muji yang tadi berpesan ingin menumpang ke bioskop Royal di jalan Solo jika malam minggu itu dirinya jalan keluar.
Katanya sih mau nonton filem terbarunya Yeni Farida yang hot, untuk refreshing buang mumet dari tugas-tugas terjemahan yang menumpuk.
...***...
Muji penggemar berat Eva Arnaz, Yeni Farida atau Eni Beatrix.
Jika filem yang ada bintang-bintang hot itu turun layar dari bioskop Senopati .... Tak sabar Muji menunggunya tayang di Royal.
Teman Muji dari Wates kebetulan ada yang bekerja di bioskop itu.
Jadi dengan hanya sebatang rokok, dia bisa menelusup masuk menonton paha Eva Arnaz, Yeni Farida, atau Eni Beatrix sepuasnya.
Berkali-kali Seti diajak Muji menonton di situ. Tapi belum pernah kesampaian.
Seti penasaran juga sih dengan cerita Muji tentang bioskop favoritnya itu ....
Muji akhirnya nongol saat Seti menghabiskan tegukan terakhir kopinya.
"Dah makan Set ?"
"Belum .... Nunggu kamu dari tadi."
Keduanya lalu berdiri. Masing-masing mengambil nasi sayur, sambal dan dua potong tempe.
"Dibyo mana le ?" mbah Jum menanyakan Dibyo yang tak terlihat bersama kedua anak kost-nya.
"Sudah balik kampung to mbah ... Ini kan hari Sabtu," jawab Muji.
"Oh malem Minggu. Pantesan Seti dandan ganteng, ... mesti mau pacaran .... hehehe, ..." mbah Jum terkekeh lagi menggoda Seti lagi.
"Iya mbah .... Pacaran sama Muji , ..hahaha ...."
"Oh cah gemblung." Balas Muji mendengar kata-kata Seti barusan.
...***...
Selesai makan dan membantu membereskan warung, Seti dan Muji berpamitan ke mbah Jum . Kali ini Muji bersikeras untuk membayarnya.
Katanya sih habis dapat bayaran les di SMP Stella Duce.
Lalu keduanya berboncengan ke arah jalan Solo dengan tujuannya masing-masing setelah urusan warung mbah Jum selesai.
Malam di Jogja mulai menggeliat setelah Seti menurunkan Muji di depan bioskop Royal ....
...***...
Seti menjawab lewat intercom ketika ditanya oleh lawan bicaranya di kost Mantrijeron.
Seti menduga mbak Yem-lah yang bertanya .... Terdengar dari nada yang ketus yang mulai dihapalnya.
Seti masih duduk menunggu Asri di teras depan saat satu sedan Corolla DX putih masuk ke halaman rumah kost itu.
Seti memperhatikan laki-laki tegap yang turun dari mobil dan melewatinya begitu saja saat akan memencet bel.
"Asri ada mbak ?" Terdengar jelas oleh Seti suara laki-laki itu menjawab intercom.
Jantung Seti berdebar keras mendengar nama Asri disebut laki-laki itu.
Melewati Seti sekali lagi setelah percakapan intercom, ... dia duduk tak jauh dari Seti.
Tak terlihat keakraban dari wajah laki-laki itu. Keduanya hanya saling terdiam saja walau duduk berdekatan.
Kemudian pintu terbuka ....
Asri tampak terkejut melihat Seti dan laki-laki itu duduk berdekatan.
"Malam mas Sigit," Asri menegur laki-laki itu dulu.
Membiarkan sejenak Seti yang masih bertanya-tanya dalam hati tentang sosok yang disapa Asri.
"Malam As, ... duh kamu cantik sekali."
Suara genit laki-laki itu menggoda Asri yang duduk di hadapannya.
Dari penampilannya, nampaknya Sigit nama laki-laki yang tadi disebut Asri itu sedang berusaha mendekati dan merayu Asri untuk diajak ke luar.
"Maaf mas, aku sudah janjian dengan temanku itu .... Tidak bisa ikut menemani mas." Jawab Asri sambil menunjuk Seti.
Tak berkomentar apapun, Seti membiarkan dulu percakapan Asri dan laki-laki itu berlanjut.
Sigit menengok tajam ke arah Seti. Keduanya bertatapan cukup lama, dengan tatapan penuh ketidaksukaan terhadap Seti.
...***...
Sigit adalah senior Asri di kampusnya.
Sejak melihat Asri di Ospek. Berkali-kali dia berusaha mendekatinya.
Diusahakannya agar Asri selalu ada di dekatnya dengan berbagai cara.
Kewanitaan Asri merasakan ketertarikan Sigit padanya. Menghargainya dengan keakraban yang sewajarnya. Keakraban sebatas junior dan senior di kampus itu.
Asri tidak mau terlalu dekat dengan Sigit.
Ada rasa risih setiap pandangan genit Sigit tertuju ke arahnya. Yang terlihat seperti menguliti ujung rambut sampai ujung kakinya.
Dan malam itu tiba-tiba saja Sigit datang ke kost Mantrijeron berusaha merayunya untuk mengajak keliling Jogja .... Yang tak sengaja malah mempertemukannya dengan Seti.
...***...
Setelah saling pandang penuh kecemburuan dan rasa tidak suka dari keduanya, ... Sigit akhirnya meninggalkan kost Mantrijeron merasa rayuannya tak berbalas.
Kekasarannya terlihat di depan Seti dan Asri saat menggeber keras gas Corolla DX -nya itu .sebelum melesat pergi.
"Maaf Set."
Asri membuka percakapan dengan berhati-hati setelah mobil itu keluar halaman.
Hatinya tidak karu-karuan melihat saling tatap Seti dan Sigit, yamg mengingatkannya dengan tatapan Seti dulu saat perkelahian di rumah jengki.
"Kenapa kamu batalkan jika kamu sudah janjian pergi dengan dia ?"
Kali ini ada nada persangkaan dari mulut Seti melihat kejora di depannya meredup.
"Tidak seperti yang kamu pikirkan Set ! .... Tiba-tiba saja dia datang ke sini tanpa aku tahu. Kupikir malah kamu bersama Joe tadi."
Asri mencoba menjelaskan tentang kedatangan Sigit.
"Aku tidak mempermasalahkan itu As .... Hanya aku kurang suka saja dengan tingkahnya. Sama sekali tidak ada rasa menghargai kepada orang lain. Kelihatannya dia anak orang kaya."
Entah kenapa rasa ketidaksukaan meletup tanpa basa basi di teras kost Mantrijeron.
"Ah sudahlah jangan dibahas lagi. Toh dia sudah pergi. "
Perlahan Asri mencoba menyamankan perasaan hati Seti dengan kehati-hatiannya.
Tak mau ulah Sigit yang juga membuatnya jengkel menambah persangkaan baru Seti terhadap dirinya.
Meluruh mendengar kata-kata Asri .... Seti tak mau berlama-lama lagi dengan persangkaannya.
Keduanya hanya saling menatap, "Ajak aku jalan .... " Pinta Asri kemudian setelah merasakan kedekatan hati yang pulih seperti semula.
"Ke mana ?"
"Aku ingin lihat Alun-alun. Katanya setiap malam minggu ramai orang mencoba melewati beringin kembar."
Seperti dugaan Seti. Asri mengajaknya ke sana. Keinginan yang terucap saat Seti dan Joe pertama kali ke kost Mantrijeron.
...***...
Seti menggenggam erat tangan Asri. Menengok kanan kiri sebelum menyeberang jalan lingkar yang mengitari tanah lapang Kagungan Dalem Kraton.
Beberapa laki-laki di sekitar tempat itu sepertinya terlihat iri memandang Seti.
Tinggi Asri yang hanya sedikit lebih pendek dari Seti menyolok di keramaian Alun-alun itu.
Entah kenapa keduanya kompak memakai setelan yang mirip. Hanya saja Asri memakai sepatu kets hitam, yang memudahkannya berjalan di tanah lapang yang sedikit berdebu itu.
Seorang bocah menghampiri Seti dan Asri yang sudah berdiri dekat dua pasang beringin kembar. Menawarkan penutup mata untuk disewa melakukan masangin.
***
Kata Dibyo, masangin berawal saat putri Sri Sultan Hamengkubuwono I berkuasa, dipinang seorang laki-laki.
Sayangnya sang putri tidak terlalu menyukai pelamarnya itu.
Akhirnya dia mengajukan satu tantangan kepada laki-laki itu untuk berjalan dengan mata tertutup sampai ke pendopo keraton melewati Kyai dan Nyai Daru, nama pohon beringin kembar itu.
Jika berhasil maka sang putri akan menerima lamarannya.
Laki-laki itu gagal .... Dan Sultan berkata bahwa siapapun yang bisa melewati tantangan tersebut haruslah memiliki hati yang bersih dan tulus.
Seperti itulah asal usul mitos masangin yang hingga kini masih dipercaya.
...***...
"Mau coba As ?" Seti menawarkan masangin.
"Caranya bagaimana ?"
"Tuh lihat." Tangan Seti menunjuk seorang pemuda yang sedang mencoba melakukan masangin.
Entah kenapa langkahnya malah menjauh dari sepasang beringin itu diringi sorakan dan tawa penonton yang melihat itu
Asri ikut tertawa ... berbaur dengan kegembiraan Alun-alun Selatan.
Tak bisa ditahan lagi, dia lalu mengiyakan ajakan Seti mencoba melakukan masangin.
"Harus ada permintaan di hatimu jika mau masangin." Seti teringat kata-kata Dibyo.
"Haruskah ? .... Kupikir hanya permainan biasa." Jawab Asri heran.
"Biar seru aja."
"Apa permintaanmu Set ?" Goda Asri .... Bola matanya menyiratkan keingintahuan permintaan Seti .... kejora itu semakin menyala berkilat.
"Ah kan harus dalam hati .... Yuk coba .... Kamu atau aku dulu ?" Sambung Seti sambil tersenyum.
"Aku dulu .... Tapi jangan diketawain ya." Pinta Asri malu-malu.
Seti tertawa mengiyakan. Tangannya memasangkan penutup mata yang disewanya dari arah belakang Asri.
Tengkuk telanjang Asri dengan bulu-bulu halus yang tak sengaja dilihat dan disentuhnya dinikmati benar-benar malam itu ...
-----------
*Cah bagus : anak tampan dalam bahasa Jawa.
*Wedok : perempuan dalam bahasa Jawa.
*Cah gemblung : anak gila dalam bahasa Jawa.
*Kagungan Dalem Kraton : milik Kraton dalam bahasa Jawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments