4. Kedekatan di Jogja

Mbah Jum memuji Seti yang tampak rapi dan gagah ketika dilihatnya masuk ke warungnya.

Bercelana Levi's, kaos biru lengan panjang. Sepatu outdoor Eiger terikat rapi di kaki Seti.

"Mau kemana cah bagus ?" Tanya mbah Jum ingin tahu.

"Ke tempat teman mbah," jawab Seti yang seperti biasa beranjak mengambil gelas, memasukkan satu sendok gula dan dua sendok kopi tubruk lalu menyeduhnya jika sudah di dalam warung.

"Mesti wedok temanmu, ... hehehe ...."

Mendengar kata-kata mbah Jum itu, Seti membalas dengan tersenyum riang.

Melanjutkan mengaduk gelas kopi yang ada di depannya, Seti lalu berpindah duduk di bale-bale pojok warung untuk mencicipi kopi panas dari sendoknya.

Warung mbah Jum mulai terlihat ramai. Satu dua anak kost di sekitaran Samirono mulai datang untuk makan malam di situ.

Sambil menyeruput kopi, Seti menunggu kedatangan Muji yang tadi berpesan ingin menumpang ke bioskop Royal di jalan Solo jika malam minggu itu dirinya jalan keluar.

Katanya sih mau nonton filem terbarunya Yeni Farida yang hot, untuk refreshing buang mumet dari tugas-tugas terjemahan yang menumpuk.

...***...

Muji penggemar berat Eva Arnaz, Yeni Farida atau Eni Beatrix.

Jika filem yang ada bintang-bintang hot itu turun layar dari bioskop Senopati .... Tak sabar Muji menunggunya tayang di Royal.

Teman Muji dari Wates kebetulan ada yang bekerja di bioskop itu.

Jadi dengan hanya sebatang rokok, dia bisa menelusup masuk menonton paha Eva Arnaz, Yeni Farida, atau Eni Beatrix sepuasnya.

Berkali-kali Seti diajak Muji menonton di situ. Tapi belum pernah kesampaian.

Seti penasaran juga sih dengan cerita Muji tentang bioskop favoritnya itu ....

Muji akhirnya nongol saat Seti menghabiskan tegukan terakhir kopinya.

"Dah makan Set ?"

"Belum .... Nunggu kamu dari tadi."

Keduanya lalu berdiri. Masing-masing mengambil nasi sayur, sambal dan dua potong tempe.

"Dibyo mana le ?" mbah Jum menanyakan Dibyo yang tak terlihat bersama kedua anak kost-nya.

"Sudah balik kampung to mbah ... Ini kan hari Sabtu," jawab Muji.

"Oh malem Minggu. Pantesan  Seti dandan ganteng, ... mesti mau pacaran .... hehehe, ..." mbah Jum terkekeh lagi menggoda Seti lagi.

"Iya mbah .... Pacaran sama Muji , ..hahaha ...."

"Oh cah gemblung." Balas Muji mendengar kata-kata Seti barusan.

...***...

Selesai makan dan membantu membereskan warung, Seti dan Muji berpamitan ke mbah Jum . Kali ini Muji bersikeras untuk membayarnya.

Katanya sih habis dapat bayaran les di SMP Stella Duce.

Lalu keduanya berboncengan ke arah jalan Solo dengan tujuannya masing-masing setelah urusan warung mbah Jum selesai.

Malam di Jogja mulai menggeliat setelah Seti menurunkan Muji di depan bioskop Royal ....

...***...

Seti menjawab lewat intercom ketika ditanya oleh lawan bicaranya di kost Mantrijeron.

Seti menduga mbak Yem-lah yang bertanya .... Terdengar dari nada yang ketus yang mulai dihapalnya.

Seti masih duduk menunggu Asri di teras depan saat satu sedan Corolla DX putih masuk ke halaman rumah kost itu.

Seti memperhatikan laki-laki tegap yang turun dari mobil dan melewatinya begitu saja saat akan memencet bel.

"Asri ada mbak ?" Terdengar jelas oleh Seti suara laki-laki itu menjawab intercom.

Jantung Seti berdebar keras mendengar nama Asri disebut laki-laki itu.

Melewati Seti sekali lagi setelah percakapan intercom, ... dia duduk tak jauh dari Seti.

Tak terlihat keakraban dari wajah laki-laki itu. Keduanya hanya saling terdiam saja walau duduk berdekatan.

Kemudian pintu terbuka ....

Asri tampak terkejut melihat Seti dan laki-laki itu duduk berdekatan.

"Malam mas Sigit," Asri menegur laki-laki itu dulu.

Membiarkan sejenak Seti yang masih bertanya-tanya dalam hati tentang sosok yang disapa Asri.

"Malam As, ... duh kamu cantik sekali."

Suara genit laki-laki itu menggoda Asri yang duduk di hadapannya.

Dari penampilannya, nampaknya Sigit nama laki-laki yang tadi disebut Asri itu sedang berusaha mendekati dan merayu Asri untuk diajak ke luar.

"Maaf mas, aku sudah janjian dengan temanku itu .... Tidak bisa ikut menemani mas." Jawab Asri sambil menunjuk Seti.

Tak berkomentar apapun, Seti membiarkan dulu percakapan Asri dan laki-laki itu berlanjut.

Sigit menengok tajam ke arah Seti. Keduanya bertatapan cukup lama, dengan tatapan penuh ketidaksukaan terhadap Seti.

...***...

Sigit adalah senior Asri di kampusnya.

Sejak melihat Asri di Ospek. Berkali-kali dia berusaha mendekatinya.

Diusahakannya agar Asri selalu ada di dekatnya dengan berbagai cara.

Kewanitaan Asri merasakan ketertarikan Sigit padanya. Menghargainya dengan keakraban yang sewajarnya. Keakraban sebatas junior dan senior di kampus itu.

Asri tidak mau terlalu dekat dengan Sigit.

Ada rasa risih setiap pandangan genit Sigit tertuju ke arahnya. Yang terlihat seperti menguliti ujung rambut sampai ujung kakinya.

Dan malam itu tiba-tiba saja Sigit datang ke kost Mantrijeron berusaha merayunya untuk mengajak keliling Jogja .... Yang tak sengaja malah mempertemukannya dengan Seti.

...***...

Setelah saling pandang penuh kecemburuan dan rasa tidak suka dari keduanya, ... Sigit akhirnya meninggalkan kost Mantrijeron merasa rayuannya tak berbalas.

Kekasarannya terlihat di depan Seti dan Asri saat menggeber keras gas Corolla DX -nya itu .sebelum melesat pergi.

"Maaf Set."

Asri membuka percakapan dengan berhati-hati setelah mobil itu keluar halaman.

Hatinya tidak karu-karuan melihat saling tatap Seti dan Sigit, yamg mengingatkannya dengan tatapan Seti dulu saat perkelahian di rumah jengki.

"Kenapa kamu batalkan jika kamu sudah janjian pergi dengan dia ?"

Kali ini ada nada persangkaan dari mulut Seti melihat kejora di depannya meredup.

"Tidak seperti yang kamu pikirkan Set ! .... Tiba-tiba saja dia datang ke sini tanpa aku tahu. Kupikir malah kamu bersama Joe tadi."

Asri mencoba menjelaskan tentang kedatangan Sigit.

"Aku tidak mempermasalahkan itu As .... Hanya aku kurang suka saja dengan tingkahnya. Sama sekali tidak ada rasa menghargai kepada orang lain. Kelihatannya dia anak orang kaya."

Entah kenapa rasa ketidaksukaan meletup tanpa basa basi di teras kost Mantrijeron.

"Ah sudahlah jangan dibahas lagi. Toh dia sudah pergi. "

Perlahan Asri mencoba menyamankan perasaan hati Seti dengan kehati-hatiannya.

Tak mau ulah Sigit yang juga membuatnya jengkel menambah persangkaan baru Seti terhadap dirinya.

Meluruh mendengar kata-kata Asri .... Seti tak mau berlama-lama lagi dengan persangkaannya.

Keduanya hanya saling menatap, "Ajak aku jalan .... " Pinta Asri kemudian setelah merasakan kedekatan hati yang pulih seperti semula.

"Ke mana ?"

"Aku ingin lihat Alun-alun. Katanya setiap malam minggu ramai orang mencoba melewati beringin kembar."

Seperti dugaan Seti. Asri mengajaknya ke sana. Keinginan yang terucap saat Seti dan Joe pertama kali ke kost Mantrijeron.

...***...

Seti menggenggam erat tangan Asri. Menengok kanan kiri sebelum menyeberang jalan lingkar yang mengitari tanah lapang Kagungan Dalem Kraton.

Beberapa laki-laki di sekitar tempat itu sepertinya terlihat iri memandang Seti.

Tinggi Asri yang hanya sedikit lebih pendek dari Seti menyolok di keramaian Alun-alun itu.

Entah kenapa keduanya kompak memakai setelan yang mirip. Hanya saja Asri memakai sepatu kets hitam, yang memudahkannya berjalan di tanah lapang yang sedikit berdebu itu.

Seorang bocah menghampiri Seti dan Asri yang sudah berdiri dekat dua pasang beringin kembar. Menawarkan penutup mata untuk disewa melakukan masangin.

***

Kata Dibyo, masangin berawal saat putri Sri Sultan Hamengkubuwono I berkuasa, dipinang seorang laki-laki.

Sayangnya sang putri tidak terlalu menyukai pelamarnya itu.

Akhirnya dia mengajukan satu tantangan kepada laki-laki itu untuk berjalan dengan mata tertutup sampai ke pendopo keraton melewati Kyai dan Nyai Daru, nama pohon beringin kembar itu.

Jika berhasil maka sang putri akan menerima lamarannya.

Laki-laki itu gagal .... Dan Sultan berkata bahwa siapapun yang bisa melewati tantangan tersebut haruslah memiliki hati yang bersih dan tulus.

Seperti itulah asal usul mitos masangin yang hingga kini masih dipercaya.

...***...

"Mau coba As ?" Seti menawarkan masangin.

"Caranya bagaimana ?"

"Tuh lihat." Tangan Seti menunjuk seorang pemuda yang sedang mencoba melakukan masangin.

Entah kenapa langkahnya malah menjauh dari sepasang beringin itu diringi sorakan dan tawa penonton yang melihat itu

Asri ikut tertawa ... berbaur dengan kegembiraan Alun-alun Selatan.

Tak bisa ditahan lagi, dia lalu mengiyakan ajakan Seti mencoba melakukan masangin.

"Harus ada permintaan di hatimu jika mau masangin." Seti teringat kata-kata Dibyo.

"Haruskah ? .... Kupikir hanya permainan biasa." Jawab Asri heran.

"Biar seru aja."

"Apa permintaanmu Set ?" Goda Asri .... Bola matanya menyiratkan keingintahuan permintaan Seti .... kejora itu semakin menyala berkilat.

"Ah kan harus dalam hati .... Yuk coba .... Kamu atau aku dulu ?" Sambung Seti sambil tersenyum.

"Aku dulu .... Tapi jangan diketawain ya." Pinta Asri malu-malu.

Seti tertawa mengiyakan. Tangannya memasangkan penutup mata yang disewanya dari arah belakang Asri.

Tengkuk telanjang Asri dengan bulu-bulu halus yang tak sengaja dilihat dan disentuhnya dinikmati benar-benar malam itu ...

-----------

*Cah bagus : anak tampan dalam bahasa Jawa.

*Wedok : perempuan dalam bahasa Jawa.

*Cah gemblung : anak gila dalam bahasa Jawa.

*Kagungan Dalem Kraton : milik Kraton dalam bahasa Jawa.

Episodes
1 1. Jogja 1990
2 2. Cerita Baru Di Jogja
3 3. Teman Baru Jogja
4 4. Kedekatan di Jogja
5 5. Hangat Di Jogja
6 6. Lapak Malioboro
7 7. Perempuan Mantrijeron
8 8. Dari Tepus ke Banjarejo Tanjungsari
9 9. Dari Banjarejo ke Drini
10 10. Malioboro
11 11. Menunggu Saat Yang Tepat
12 12. Ungkapan Rasa
13 13. Jakarta
14 14. Kesulitan Pertama
15 15. Pulang
16 16. Kesulitan Kedua
17 17. Lawan
18 18. Konsekuensi
19 19. Keluar Dari Kesulitan Pertama
20 20. Dari Jakarta Sampai Ke Jogja
21 21. Rumah Wirobrajan
22 22. Tentang Kejujuran
23 23. Tentang Cinta dan Kebencian
24 24. Persinggungan Lapak Malioboro dan Sanggar Seni Ancol
25 25. Tentang Kejujuran dan Kepercayaan
26 26. Sesuatu Yang Seharusnya Tak Perlu Diceritakan
27 27. Tentang Keterbukaan Hati
28 28. Kerinduan
29 29. Sebuah Lorong Waktu
30 30. Isi Hati
31 31. Kembali Ke Banjarejo
32 32. Dari Beringharjo Ke Pulau Drini
33 33. Jalinan Cerita Baru
34 34. Sanggar Taji
35 35. Februari 1995
36 36. Rangkaian Pertanda
37 37. Tentang Niatan
38 38. Tentang Cinta
39 39. Noda Di Hari Minggu
40 40. Tentang Ruang Dan Waktu
41 41. Awal Sebuah Dendam
42 42. Naluri Dan Insting
43 43. Pelajaran Hidup Menjadi Dewasa
44 44. Jangan Mundur !
45 45. Perjalanan Selanjutnya
46 46. Awal Hari Baru
47 47. Kegundahan
48 48. Kegundahan
49 49. Membuka Diri
50 50. Kembali Ke Wonosari
51 51. Tekad Perlawanan
52 52. Singgah Di Rumah Banjarejo
53 53. Terima Kasih
54 54. Tentang Hati Yang Bersyukur
55 55. Waktu Tak Pernah Kembali
56 56. Persinggungan Sisi Gelap Di Jogja
57 57. Dilema
58 58. Rencana Pembalasan
59 59. Menjelang Pelepasan
60 60. Strategi Kawan dan Lawan
61 61. Tentang Cinta Dan Rencana Sesudahnya
62 62. Cerita Senja
63 63. Tentang Adab Dan Keberuntungan Pekerjaan
64 64. Kelegaan Perpisahan
65 65. Dunia Baru
66 66. Dari Kokap Ke Panjatan Kulon Progo
67 67. Penghujung 1998
68 68. Tanah Panjatan
69 69. Tentang Keinginan
70 70. Kedekatan Dan Perpisahan
71 71. Dari Wates Ke Petanahan
72 72. Permainan Baru
73 73. Ambal
74 74. Kerumitan Di Petanahan
75 75. Sebab Pertarungan Di Ambal
76 76. Akhir Pertarungan
77 77. Menanti 1999
78 78. 1 Januari 1999 Di Tanah Panjatan
Episodes

Updated 78 Episodes

1
1. Jogja 1990
2
2. Cerita Baru Di Jogja
3
3. Teman Baru Jogja
4
4. Kedekatan di Jogja
5
5. Hangat Di Jogja
6
6. Lapak Malioboro
7
7. Perempuan Mantrijeron
8
8. Dari Tepus ke Banjarejo Tanjungsari
9
9. Dari Banjarejo ke Drini
10
10. Malioboro
11
11. Menunggu Saat Yang Tepat
12
12. Ungkapan Rasa
13
13. Jakarta
14
14. Kesulitan Pertama
15
15. Pulang
16
16. Kesulitan Kedua
17
17. Lawan
18
18. Konsekuensi
19
19. Keluar Dari Kesulitan Pertama
20
20. Dari Jakarta Sampai Ke Jogja
21
21. Rumah Wirobrajan
22
22. Tentang Kejujuran
23
23. Tentang Cinta dan Kebencian
24
24. Persinggungan Lapak Malioboro dan Sanggar Seni Ancol
25
25. Tentang Kejujuran dan Kepercayaan
26
26. Sesuatu Yang Seharusnya Tak Perlu Diceritakan
27
27. Tentang Keterbukaan Hati
28
28. Kerinduan
29
29. Sebuah Lorong Waktu
30
30. Isi Hati
31
31. Kembali Ke Banjarejo
32
32. Dari Beringharjo Ke Pulau Drini
33
33. Jalinan Cerita Baru
34
34. Sanggar Taji
35
35. Februari 1995
36
36. Rangkaian Pertanda
37
37. Tentang Niatan
38
38. Tentang Cinta
39
39. Noda Di Hari Minggu
40
40. Tentang Ruang Dan Waktu
41
41. Awal Sebuah Dendam
42
42. Naluri Dan Insting
43
43. Pelajaran Hidup Menjadi Dewasa
44
44. Jangan Mundur !
45
45. Perjalanan Selanjutnya
46
46. Awal Hari Baru
47
47. Kegundahan
48
48. Kegundahan
49
49. Membuka Diri
50
50. Kembali Ke Wonosari
51
51. Tekad Perlawanan
52
52. Singgah Di Rumah Banjarejo
53
53. Terima Kasih
54
54. Tentang Hati Yang Bersyukur
55
55. Waktu Tak Pernah Kembali
56
56. Persinggungan Sisi Gelap Di Jogja
57
57. Dilema
58
58. Rencana Pembalasan
59
59. Menjelang Pelepasan
60
60. Strategi Kawan dan Lawan
61
61. Tentang Cinta Dan Rencana Sesudahnya
62
62. Cerita Senja
63
63. Tentang Adab Dan Keberuntungan Pekerjaan
64
64. Kelegaan Perpisahan
65
65. Dunia Baru
66
66. Dari Kokap Ke Panjatan Kulon Progo
67
67. Penghujung 1998
68
68. Tanah Panjatan
69
69. Tentang Keinginan
70
70. Kedekatan Dan Perpisahan
71
71. Dari Wates Ke Petanahan
72
72. Permainan Baru
73
73. Ambal
74
74. Kerumitan Di Petanahan
75
75. Sebab Pertarungan Di Ambal
76
76. Akhir Pertarungan
77
77. Menanti 1999
78
78. 1 Januari 1999 Di Tanah Panjatan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!