Joe akhirnya datang ke kost Seti pada suatu sore.
Tiba-tiba saja dia muncul dengan dua bungkusan besar plastik yang dipanggulnya.
Melihat kamar Seti tertutup, dia menggedor keras pintunya, ... mengejutkan penghuninya yang tertidur.
Kuliah dari pagi sampai sore benar-benar membuat Seti tak mampu menahan kantuknya sesampai di kost-nya.
"Masuk .... Gak dikunci !!!" Teriak Seti yang terbangun dengan perasaan jengkel.
Gedoran bertambah keras ....
Merasa teriakannya diabaikan, Seti bergegas membuka pintu untuk melihat siapa yang membuat keributan.
"Kampret ... !!!"
Hanya bisa mengumpat, kejengkelan Seti hilang melihat Joe berdiri cengengesan di depan pintu.
Tak menyangka setelah tiga bulan dengan kesibukan masing-masing di kampus yang melupakan keakraban pertemanan keduanya, bocah thengil itu kini malah sudah ada di depan-nya.
Jika kabar Hening rutin diketahui dari surat menyuratnya, ... kabar Joe dan Asri justru lama tak diketahui Seti walaupun mereka sama-sama tinggal di Jogja.
"Bawa apa Joe ?" Tanya Seti, setelah menyuruh Joe masuk dan meletakkan buku yang tadi dibacanya sebelum tertidur, ke salah satu jejeran rak di sebelah kasur busanya.
"Gipsum buat praktek patung."
"Mahalkah ? .... Aku pikir cuma corat coret gambar saja kuliahmu," lanjut Seti ingin tahu.
"Murah sih, cuma malas saja kotornya."
Joe menggeletak terlentang di atas kasur, memperhatikan Seti mengambil termos di lemari kecil,
"Eh sudah ke tempat Asri belum Set ?"
Masih sambil berbaring, tiba-tiba saja Joe menanyakan Asri.
Adukan sendok seduhan dua gelas kopi Seti terhenti.
"Ah Asri .... "
Hati kecil Seti bergumam, teringat janjinya menemui nama itu jika dirinya sudah mulai menetap di Jogja.
"Astaga ! .... Aku melupakannya Joe," ujar Seti kemudian.
"Lupa atau karena kamu cinta-cintaan dengan Hening .... Hahaha ...." Joe terbahak, tangannya menunjukkan surat terakhir Hening yang digenggamnya ke arah Seti.
"Brengsek kamu Joe !" Tak bisa mengelak, Seti hanya bisa mengumpat lagi.
Salah dirinya juga, surat terakhir Hening tergeletak begitu saja selesai dibacanya tadi.
"Dasar bodoh, ... perempuan cantik yang dekat kamu abaikan, ... yang jauh malah kamu urusin," Joe membodohkan Seti.
"Memang kamu tahu alamat kost Asri ?" Tanya Seti seolah membenarkan olok-olok Joe. Wajah Asri melintas, ... mengganggu sore Seti.
"Kita cari saja sekarang. Sekalian antar aku ke kost dulu naruh bahan sialan ini," ajak Joe kemudian, sambil menunjuk dua plastik besar yang teronggok di pintu.
"OK, ... aku tinggal mandi dulu sebentar .... Ngopilah dulu .... Tapi jangan ngrokok dalam kamar !" Kata Seti mengakhiri obrolan sambil melangkah ke kamar mandi.
...***...
"Cihuuuuy, ... tampan ni yeee .... Hahaha .... "
Joe tertawa ngakak memandang Seti yang baru selesai mandi sambil menunjukkan tumpukan surat-surat Hening yang ditemukannya lagi dan sudah dibacanya sebagian.
Seti mengumpat lagi sejadi-jadinya, melihat kelakuan Joe yang mencuri baca lagi surat-surat Hening yang lain.
Bocah thengil itu memang sejak dulu selalu ingin tahu apa saja jika melihat sesuatu tergeletak begitu saja.
"Ah sudahlah Joe jangan kamu ceritakan kepada Asri ! Susah payah aku menghilangkan semua persangkaannya dulu, ..." pinta Seti. "Lagipula itu surat biasalah gak ada cinta-cintaan," lanjutnya lagi dengan nada penuh harap.
"Hahaha, ... hati-hati kamu taruh surat Hening. Suatu saat aku ajak Asri ke sini loh," Joe masih meledek Seti.
"Sudahlah, ... ayo kita jalan." Ajak Seti selesai berpakaian.
Tak mau berdebat lagi tentang isi surat Hening yang sebagian sudah diketahui Joe.
...***...
Dari Samirono si Denok bergeser mengantar dua anak muda itu ke Demangan tempat kost Joe.
Kost 10 kamar itu ramai dan penuh dengan berbagai macam lukisan serta patung-patung ketika Seti berjalan mengikuti Joe ke kamarnya.
Kebanyakan anak seni rupa IKIP Jogja yang kost di situ.
Dari ceritanya tadi, rupanya Joe berbagi kamar dengan Doni teman seangkatan-nya yang juga dikenal Seti karena sama-sama berasal dari Purwokerto.
Singgah sejenak ke kamar Joe dan Doni. Seti larut dalam pernak pernik benda seni yang ada di dalamnya. Mengingatkannya pada studio di rumah jengki.
...***...
Selesai mengantar urusan Joe dari kost Demangan Si Denok terlihat menyusur jalan Solo menjelang petang.
Tuan-nya memilih berbelok ke arah jalan Timoho mencari jalan ke arah Parang Tritis.
Berputar-putar tanya sana sini. Akhirnya ketemu juga jalan Parangtritis yang masih gelap karena ring road Selatan yang masih belum selesai, terus lurus sampai akhirnya mulai masuk ke wilayah Mantrijeron.
Memasuki gerbang kost putri yang tertutup, Seti mencoba memencet bel setelah memastikan alamat yang dipegangnya.
Suara intercom yang terdengar mengagetkan Seti dan Joe.
"Eh gimana jawabnya Joe ?"
"Aku juga baru tahu alat ini." Jawab Joe yang juga tampak kebingungan.
Cukup lama pencet memencet bel Seti dan Joe sampai akhirnya pintu itu terbuka berbarengan dengan sosok perempuan gemuk yang muncul memelototi keduanya.
"Kalau ditanya cari siapa jawab dong !!!" Bentak perempuan itu sengit.
"Cari Asri dari Purwokerto mbak." Jawab Joe lirih.
Agak ngeri juga dia dengan tatapan bengis perempuan di depannya.
"Maksudnya .... Pencet tombol merah itu sambil jawab." Masih dengan nada sengit, perempuan itu menjawab sambil tangannya menunjuk tombol merah yang ada di sebelah tombol bel.
Meminta maaf atas ketidaktahuannya, Seti menjelaskan kedatangannya. Perempuan itu lalu menyuruh Seti dan Joe duduk di teras depan yang memanjang setelah membenarkan salah satu penghuni kost itu adalah Asri.
Omelan perempuan itu masih terdengar jelas saat meninggalkan Seti dan Joe dan berbalik masuk sambil menutup pintu.
Joe cengengesan setelah perempuan itu menghilang. "Semprul... belum apa-apa dah kena kartu kuning ..... " Gerutunya diikuti kekehan Seti yang mendengarnya.
...***...
Asri yang keluar tak lama kemudian, mengejutkan Seti dan Joe.
Terlihat berbeda, Asri tampak semakin cantik dengan rambut panjangnya yang sudah dipotong pendek.
Leher jenjangnya yang putih bersih terlihat jelas, semakin membuat Seti dan Joe tak mau mengalihkan pandangannya dari bocah perempuan langsat yang tersenyum di depan mereka.
"Duh kemana rambut panjangmu sayang ?" Joe tak tahan mengomentari dandanan rambut Asri.
"Hihihi .... Malas pasang pita saat Ospek kemarin. Kupotong pendek saja biar gak ribet," Asri menjawab sapaan Joe.
"Tapi aku lebih suka model rambutmu yang sekarang loh... Makin cantik kayak Demi Moore." Joe meneruskan pujiannya.
Seti yang masih diam membenarkan kata-kata Joe.
Tak sengaja, tatapannya beradu dengan Asri yang berpaling ke arahnya.
"Ah rambutmu juga kemana Set ?" Tanya Asri yang kini gantian terlihat heran dengan penampilan baru Seti dengan rambut yang terlihat pendek. "Kucirmu hilang juga ?" Lanjutnya lagi masih dengan nada yang sama.
Seti hanya tersenyum kecil saja. Perhatiannya masih kepada penampilan baru Asri yang membuat hati kecilnya semakin menyesali kebodohannya karena tidak mengunjunginya selama ini.
"Ditanya Demi Moore kok malah senyam senyum," Joe menabok kepala Seti.
"Hehehe, ... iya As, kena Ospek kemarin," ada kehati-hatian dalam jawaban Seti.
Rasa bersalah mengabaikan Asri selama ini mengisi rongga hati kecilnya.
"Tapi kamu malah jadi kelihatan semakin segar ...."
Nada memuji keluar dari bibir Asri, ... kilap gelang perak pemberian Seti di tangan kirinya sekilas terlihat saat Asri mengambil bantal duduk untuk menutupi lututnya yang terbuka.
Toh rok span sebatas lutut itu tetap saja memperlihatkan betis telanjang indah Asri yang bersendal jepit.
Menggoda kelelakian Seti dan Joe untuk tak beringsut mengalihkan pandangannya.
"Kapan ya filem Ghost diputar di Jogja. Kayaknya seru tuh filemnya," ucap Asri kemudian teringat nama Demi Moore bintang filem Ghost yang tadi disebut Joe.
"Ghost tuh mak-mak gemuk yang marah-marah As ...." Joe menyela. Bocah thengil itu teringat perempuan gemuk yang tadi mengomelinya.
"Oh mbak Yem, ... hihihi, .. kalian kena semprot ya ?" Asri tertawa menyadari perempuan yang dimaksud Joe.
"Iya As, ... gara-gara kunyuk ini gak paham intercom," Seti menunjuk Joe.
"Mbak Yem baik loh .... Cuma kalau ada tamu gak jawab saat ditanya cari siapa lewat intercom , dia pasti ngamuk. Apalagi jika sudah jam sembilan malam masih ada tamu laki-laki yang bertamu. Pasti diusirnya, ... hihihi ...."
Asri mulai mengalirkan cerita tentang suasana kost-nya.
Bertukar cerita baru tentang Jogja lalu saling terucap dari ketiganya. Seti, Joe, dan Asri menikmati malam pertama kebersamaan-nya setelah kuliah di Jogja.
Ada dua jam perbincangan mereka mengalir akrab di rumah kost Mantrijeron.
Takut mbak Yem tersinggung dan melabrak mereka lagi, ... Seti dan Joe pamit setelah berjanji saling berkunjung setiap ada waktu senggang kelak.
Asri melepas Seti dan Joe dengan senyum yang lepas.
Ada rasa senang di hatinya melihat Seti mencuri pandang kepada dirinya dari atas si Denok ....
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Teteh Lia
semangat Kaka 💪
2023-11-16
0
Nikfyni
saya hadir Thor, bagus banget tulisan nya
2023-08-18
1
Mba Karin
saya hadir Thor🥰, tulisan mu bagus,dan saya suka,, tdk CEO an😆🤭🤭
2022-11-20
2