CIRCLE OF LOVE TEROR PERTAMA

TEROR PERTAMA

Pria

Toloooooooooong ...... Tolooooooooong ....

Pria

Tolooooooong ... Tolooooooong ....

Pak Ripen

Kamu dengar suara itu, Mid?

Hamid

Iya, Pak. Saya mendengarnya. Kayak suara ayam lagi kejiret tali, ya?

Pak Ripen

Hus! Bukan, Mid. Itu kan barusan, ayam kesayanganmu nggak sengaja bapak injek.

Hamid

Apa, Pak? Si Jago diinjek sama Bapak? Si Jago nggak kenapa-kenapa tapi, kan?

Pak Ripen

Eeeeem ... Ya maaf, Mid. Namanya juga nggak sengaja. Sepertinya nggak bakal mati si Jago. Palingan ya agak pincang dikit.

Hamid

Duh, Bapak ini. Itu kan sudah ditawar 300 sama Mang Dikin, Pak. Bapak mesti begitu. Dulu Si Jambang juga kena lempar sama bapak langsung gelimpang dan terpaksa dijual murah ke Mang Dikin.

Pak Ripen

Namanya juga nggak sengaja, Mid. Ya ma-af.

Hamid

Ah, Bapak enaknya sendiri saja. Giliran suruh tanggung jawab mesti kayak gitu.

Pak Ripen

Sudah-Sudah! Kok, kita malah ngurusi ayam sih. Itu barusan ada suara orang dari arah sana. Kayak suara orang minta tolong, Mid. Coba kamu dengerin baik-baik.

Hamid

Mana, Pak. Nggak ada tuh.

Pria

Tolooooooong! Tolooooong!

Pak Ripen

Tuh, kan. Ada lagi suaranya, Mid.

Hamid

Iya, Pak. Siapa ya, nyetel radio keras-keras jam segini?

Pak Ripen

Hus! Itu bukan suara radio, Mid. Mana ada radio disetel di sungai. Sepertinya suaranya dari arah sungai itu.

Hamid

Eh, iya Pak benar. Suaranya dari arah sungai. Apa kita samperin saja sekarang?

Pak Ripen

Ayo! Tapi, pagar rumahnya kamu tutup dulu. Takut ada orang gila tiba-tiba masuk ke toko.

Hamid

Oke, Pak. Ayo, buruan kita cek ke lokasi.

Mereka berdua pun berjalan menuju arah teriakan itu.

Pria

Tolooooong!!!

Pak Ripen

Suaranya makin keras, Mid. Ayo, buruan!

Hamid

Ayo, Pak. Semoga ini bukan jebakan, ya?

Pak Ripen

Jebakan gimana maksudmu, Mid?

Hamid

Siapa tahu ini suara pancingan orang jahat yang pura-pura minta tolong, pas disamperin nggak tahunya penjahat yang sedang mengincar mangsanya.

Pak Ripen

Alah, kamu kebanyakan nonton sinetron, Mid. Sampe mikir macem-macem.

Hamid

Emang, saya apaa nonton sinetron tidak bermutu, Pak? Sinetron mah tontonannya emak-emak.

Pak Ripen

Terus, kamu biasanya nonton apaan, Mid?

Hamid

Yah, telenovela atau gosip lah, Pak!

Pak Ripen

Ah, sialan kamu ini, Mid. Mending tak telen lagi saja kalau bapak punya anak kayak gitu.

Hamid

He he he ... Hamid hanya bercanda, Pak. Biar Bapak nggak cepet tua.

Pak Ripen

Ngeledek kamu, Mid? Mentang-Mentang rambut bapak sudah putih semua?

Hamid

Loh, rambut Bapak kan tidak putih semuanya? Sebagian saja yang putih. Sebagian lagi tidak ada rambutnya. He he he ...

Pak Ripen

Oh ... Semprul kamu, Mid.

Hamid

Aduh... Sakit, Pak!

Pak Ripen

Biar tahu rasa kamu. Berani ngelamak sama bapak.

Pria

Toloooooong!!!!

Pak Ripen

Mid, suaranya makin deket. Kayaknya ada di depan kita.

Hamid

Iya, Pak. Hamid agak gemeteran.

Pak Ripen

Ayo, kamu turun duluan, Mid, Ke sungai!

Hamid

Bapak duluan, ya? Hamid agak merinding.

Pak Ripen

Hayo, buruan turun! Ada bapak di belakangmu!

Mereka berdua pun menuruni bantaran sungai dengan perasaan dag dig dug

Pak Ripen

Mid, mana orangnya, kok tidak ada?

Hamid

Itu dia, Pak. Atau jangan-jangan yang manggil kita bukan orang.

Pak Ripen

Kalau bukan orang, siapa, Mid?

Hamid

Emang Bapak nggak oernah denger tentang cerita-cerita mistis di sekitar sungai ini?

Pak Ripen

Denger sih, Mid. Tapi, bukankah itu hanya mitos?

Hamid

Hamid juga berpikir begitu awalnya, Pak. Tapi, siapa tahu cerita itu beneran.

Pak Ripen

Jangan nakut-nakutin bapak dong, Mid.

Hamid

Enggak, Pak. Tapi, nyatanya orang yang manggil-manggil beneran nggak ada, kan?

Pak Ripen dan Hamid saling menoleh, kemudian mereka mengedarkan pandangan ke sekeliling sungai itu. Tiba-Tiba tatapan mata mereka menumbuk suatu pemandangan aneh di depannya. Bulu kuduk mereka langsung bangun seketika.



