Dia memilihnya karena dia "aman". Dia menerima karena dia butuh uang. Mereka berdua tak siap untuk yang terjadi selanjutnya. * Warisan miliaran dollar berada di ujung sebuah cincin kawin. Tommaso Eduardo, CEO muda paling sukses dan disegani, tak punya waktu untuk cinta. Dengan langkah gila, dia menunjuk Selene Agueda, sang jenius berpenampilan culun di divisi bawah, sebagai calon istri kontraknya. Aturannya sederhana, menikah, dapatkan warisan, bercerai, dan selesai. Selene, yang terdesak kebutuhan, menyetujui dengan berat hati. Namun kehidupan di mansion mewah tak berjalan sesuai skrip. Di balik rahasia dan kepura-puraan, hasrat yang tak terduga menyala. Saat perasaan sesungguhnya tak bisa lagi dibendung, mereka harus memilih, berpegang pada kontrak yang aman, atau mempertaruhkan segalanya untuk sesuatu yang mungkin sebenarnya ada?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelatihan Yang Semakin Sempurna
Di sesi ketiga yaitu kelas tentang penampilan dan gaya. Pelatihnya adalah Chiara, seorang stylist berambut abu-abu yang berbicara dengan nada cepat.
“Hai, aku Chiara. Kita santai saja, oke? Kau tak keberatan, kan?”
“Ya, aku lebih suka santai saja,” jawab Selene tersenyum.
“Good. Ayo kita mulai.”
Ruangan pun berubah menjadi studio dengan lampu-lampu terang. Selene didandani, difoto dari setiap sudut.
Chiara mengelilinginya, mencari kelebihan di wajah dan tubuh Selene yang ternyata sangat mudah ditemukan.
“Kau sempurna. Kau masih mentah dan lebih mudah dibentuk,” ucap Chiara dengan semangat.
Selene hanya mengangguk saja, tak terlalu mengerti dengan ucapan Chiara.
“Rambutmu perlu dipotong lapis untuk memberi volume karena potonganmu terlalu flat. Warnanya terlalu kusam, kita butuh highlights sedikit. Alismu … ya Tuhan … harus dibentuk ulang. Kulitmu sudah bagus, tapi butuh sedikit perawatan agar glowing. Tubuhmu … cukup mengisinya dengan pakaian elegan merek ternama.” Chiara menyentuh pinggang ramping Selene dengan ujung jarinya. “Ah ya, kau cukup kurus, jadi kau harus mulai gym dan pilates. Setiap hari. Kau bisa melakukannya dengan Tuan Tom. Dia bisa menjadi pelatih pribadimu. Itu akan sangat romantis.” Chiara mengerlingkan matanya.
Wajah Selene sedikit memerah karena membayangkan hal itu.
Lalu, Selene dipakaikan gaun, celana, blazer, dan perhiasan dari berbagai merek mahal. Dia belajar cara mengenakan syal Hermes dengan dua puluh cara berbeda, cara memilih tas yang tepat untuk setiap acara, dan bahwa logo tidak boleh terlihat mencolok.
“Ingat … Orang yang benar-benar kaya tidak perlu berteriak,” ucap Chiara. “Kau tahu maksudku, kan?”
“Ya, aku mengerti.”
*
*
Tepat pukul 19.00, pelatihan pun berakhir. Selene kembali ke kamarnya, tubuhnya lelah, tapi dia sangat senang dan penuh semangat.
Makan malam sup krim dan sepotong kecil ayam kukus, sudah menunggu di meja kamarnya. Dia masih tak melihat Tommaso seharian ini.
Dia hanya menerima satu pesan darinya di ponsel baru yang diberikan Tom kemarin.
[Laporan pelatihan sudah aku terima. Perkembangan yang bagus]
Lalu, Selene menatap ponsel lamanya yang masih dia simpan. Tidak ada notifikasi. Dunia lamanya sudah diam. Tak ada yang menanyakan tentang resign-nya dia dari perusahaan.
Tak ada yang peduli. Dan dia tak masalah dengan hal itu. Kini pikirannya hanya tentang kontrak pernikahan dengan Tom saja. Dia akan melakukannya dengan sebaik-baiknya.
Dia kemudian menghela napas dalam-dalam, membuka aplikasi berita di tablet sesuai sarah Tuan Bernard, dan mulai membaca artikel tentang berita di Uni Eropa.
*
*
HARI KEDUA PELATIHAN
Rutinitas yang sama, tetapi tekanannya semakin meningkat. Madame Colette sekarang membawa alat yaitu sebuah tongkat ringan yang akan mengetuk tulang rusuk Selene jika posturnya membungkuk.
Selene belajar cara berjabat tangan yang tegas, dalam satu ayunan, kontak mata, senyum kecil.
Juga cara memperkenalkan orang di mana yang memiliki peringkat sosial tertinggi disebutkan pertama. Dan juga cara meninggalkan percakapan dengan anggun.
Di kelas Bernard, dia mulai menguasai pembicaraan dan informasi. Dia menghafal tiga fakta tentang ekonomi dan pemerintahan beberapa negara.
Chiara membawa ahli tata rias dan penata rambut. Wajah Selene menjadi kanvasnya. Mereka mengajari cara merias wajah flawless yang memakan waktu satu jam.
Cara memilin rambut menjadi sanggul yang tampak acak-acakan tapi sempurna. Kukunya dipotong, dibentuk, dan diberi lapisan nude yang mahal.
*
*
HARI KETIGA PELATIHAN
Perubahannya mulai terlihat signifikan. Saat Selene berjalan menuju ruangan latihan, lengannya tidak lagi tergantung kaku di sisinya.
Langkahnya lebih percaya diri, dan menghapus keraguannya. Dia duduk di hadapan Madame Colette tanpa menunggu disuruh, punggungnya lurus, tangan terlipat sempurna.
“Kita akan membahas etiket jamuan makan malam formal hari ini,” kata Madame Colette, mengamatinya dengan mata elangnya yang tajam.
Mereka pindah ke ruang makan formal. Meja sepanjang sepuluh meter dihiasi dengan peralatan perak, lima gelas berbeda untuk setiap tempat duduk, dan tiga piring.
Selene belajar menggunakan peralatan dari luar ke dalam. Cara menyajikan keju dengan memontong segitiga, bukan kotak. Cara berurusan dengan makanan yang tidak diinginkan di mulut yaitu keluarkan dengan cara yang sama seperti masuk—dengan garpu, lalu sembunyikan di tepi piring.
Tidak ada kesalahan dari semua gerakannya dan itu membuat Madame Collete tersenyum puas.
*
Di kelas Bernard, Selene tidak hanya menjawab pertanyaan tentang presiden ABCDE, tetapi juga menambahkan komentar singkat tentang dampak kebijakannya terhadap pasar saham Eropa. Bernard terdiam karena Selene belajar dengan sangat cepat, di luar perkiraannya.
Lalu Bernard mengangguk pelan. “Bagus.”
*
Sesi dengan Chiara adalah memadukan pakaian dan cara berpakaian yang elegan. Selene mencoba gaun-gaun yang lebih berani.
Sebuah gaun warna merah marun. Setelan celana yang dibuat khusus. Dia melihat dirinya di cermin panjang.
Wanita di sana tampak asing di matanya. Begitu ramping, elegan.
“Kau belum melakukan gym? Tubuhmu masih kurang keras,” kata Chiara.
Selene terdiam sejenak, bingung dengan jawabannya. “Tom sedang sibuk, dia tak sempat menemaniku.”
“Kalau begitu, sewa personal trainer yang bisa melatihmu. Apa kau perlu kontaknya? Aku punya banyak jika kau mau.”
“Ya, boleh. Berikan rekomendasimu.”
“Oke, nanti akan kukirim ke ponselmu.”
“Terima kasih, Chia.” Selene tersenyum lega.
pasti keinginanmu akan tercapai..