NovelToon NovelToon
Cinta Untuk Nayla & Nando

Cinta Untuk Nayla & Nando

Status: tamat
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu / Tamat
Popularitas:204
Nilai: 5
Nama Author: tanty rahayu bahari

Nayla, seorang ibu tunggal (single mother) yang berjuang menghidupi anak semata wayangnya, Nando, dan neneknya, tanpa sengaja menolong seorang wanita kaya yang kecopetan. Wanita itu ternyata adalah ibu dari Adit, seorang pengusaha sukses yang dingin namun penyayang keluarga. Pertemuan itu membuka jalan takdir yang mempertemukan dua dunia berbeda, namun masa lalu Nayla dan status sosial menjadi penghalang cinta mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tanty rahayu bahari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10: Lembur di Malam Minggu

​Satu minggu berlalu sejak Nayla resmi bergabung dengan Rahardian Group.

​Nayla belajar dengan cepat. Otaknya yang encer mampu menyerap sistem input data perusahaan yang rumit hanya dalam tiga hari. Rian, rekan satu timnya, sangat terbantu dan sering memuji kecepatan kerja Nayla. Namun, hal itu justru membuat Vina semakin tidak senang.

​Jumat sore, pukul 16.50 WIB.

Suasana kantor mulai riuh rendah oleh karyawan yang bersiap pulang. Bunyi resleting tas dan obrolan tentang rencana akhir pekan mulai terdengar.

​Nayla sudah merapikan mejanya. Ia berniat pulang tepat waktu hari ini karena ia sudah janji akan mengajak Nando jalan-jalan ke taman kota besok pagi.

​"Nayla," panggil Vina tiba-tiba, berdiri di samping kubikel Nayla sambil membawa tumpukan map tebal.

​"Iya, Mbak Vina?"

​Vina menjatuhkan tumpukan map itu ke meja Nayla dengan bunyi gedebuk yang cukup keras.

​"Ini data rekonsiliasi vendor bulan lalu. Pak Broto minta laporannya ada di meja dia Senin pagi jam 8 teng. Saya lupa kerjain dari kemarin karena sibuk meeting luar. Kamu kerjain ya," perintah Vina santai sambil membetulkan letak tas branded-nya di bahu.

​Nayla melongo menatap tumpukan itu. "Tapi Mbak, ini banyak banget. Kalau buat Senin pagi, berarti harus selesai hari ini?"

​"Ya iyalah. Masak kamu mau masuk hari Minggu? Lagian kamu kan masih masa percobaan, harus tunjukin dedikasi dong. Anak baru jangan manja," sindir Vina dengan senyum manis yang mematikan. "Datanya udah saya kirim ke email kamu. Formatnya berantakan, jadi kamu rapihin dulu manual satu-satu ya. Bye!"

​Tanpa menunggu jawaban, Vina melenggang pergi, meninggalkan aroma parfum mahal yang menyengat. Rian di kubikel sebelah menatap Nayla dengan pandangan kasihan.

​"Wah, parah si Vina. Itu kerjaan dia seminggu, dilimpahin ke kamu dalam semalam," bisik Rian. "Mau aku bantuin, Nay?"

​Nayla menggeleng sambil tersenyum kecut. "Nggak usah, Mas Rian. Mas kan mau jemput istri. Biar aku kerjain aja. Hitung-hitung belajar."

​"Yakin? Itu ribet lho."

​"Yakin. Mas Rian duluan aja."

​Rian akhirnya pamit dengan berat hati. Perlahan, lampu-lampu di ruangan itu mulai dipadamkan satu per satu oleh karyawan yang pulang. Hingga akhirnya, lantai 15 menjadi sunyi senyap. Hanya menyisakan lampu di atas kubikel Nayla yang menyala, menyoroti wajah lelahnya yang menatap ratusan baris angka di layar Excel.

​Pukul 19.30 WIB.

​Di lantai 40, Adit baru saja menyelesaikan rapat online dengan investor dari Eropa. Ia meregangkan otot lehernya yang kaku, lalu berjalan menuju jendela besar. Pemandangan Jakarta di malam hari selalu memukau, tapi malam ini pikirannya tertuju pada satu nama.

​Nayla.

​Adit membuka tabletnya, mengakses kamera CCTV lantai 15. Ia mengerutkan kening.

​"Kok dia belum pulang?" gumam Adit.

​Di layar hitam putih itu, ia melihat Nayla sendirian di tengah kegelapan kantor yang luas, mengetik dengan cepat, sesekali memijat pelipisnya. Adit bisa melihat tumpukan map di mejanya.

​Adit segera mengecek log aktivitas sistem divisi logistik. Ia melihat login Vina terakhir aktif jam 5 sore, sementara login Nayla sedang mengakses file "Rekonsiliasi Vendor".

​"Sialan," umpat Adit pelan. Ia tahu persis itu bukan job description Nayla. Itu tugas Vina.

​Darahnya mendidih melihat karyawan barunya—wanita yang ia kagumi—dikerjai oleh senior yang tidak bertanggung jawab. Naluri CEO-nya ingin menelepon Pak Broto saat itu juga dan memecat Vina. Tapi ia menahan diri. Itu akan mencurigakan. Nayla bisa dianggap "anak titipan" bos dan malah dimusuhi satu kantor.

​Adit harus main cantik.

​Ia menyambar jaket hoodie abu-abunya dari gantungan—jaket yang biasa ia pakai untuk menyamar—dan bergegas turun.

​Nayla menghela napas panjang. Matanya mulai perih. Data yang dikasih Vina benar-benar berantakan. Kolom debit dan kredit tercampur, nama vendor banyak typo, dan ia harus mengeceknya satu per satu dengan faktur fisik di map.

​"Baru dapet sepuluh persen..." keluhnya frustrasi. Perutnya berbunyi nyaring. Cacing-cacing di perutnya mulai demo minta jatah makan malam.

​"Lembur, Bu?"

​Suara itu membuat Nayla melonjak kaget.

​"Astaga!" Nayla memegang dadanya.

​Di lorong remang-remang, Adit berdiri sambil menenteng dua kantong plastik minimarket. Ia memakai hoodie dan celana jeans, terlihat seperti mahasiswa yang magang atau staf IT yang piket malam.

​"Mas Adit? Ya ampun, kaget saya. Kirain hantu," Nayla mengelus dada lega.

​Adit terkekeh, menarik kursi kosong dari kubikel Rian dan duduk di sebelah Nayla. "Mana ada hantu ganteng kayak gini."

​"Huu, pede," Nayla tertawa kecil. Kehadiran Adit entah kenapa langsung membuat suasana seram kantor yang sepi jadi terasa hangat. "Mas ngapain belum pulang? Masih ngawasin gedung?"

​"Iya, tadi ada laporan lampu koridor mati, jadi saya cek. Terus liat ada satu lampu nyala di sini, saya kira ada maling. Ternyata ada admin rajin yang lagi disiksa kerjaan," Adit melirik tumpukan map itu. "Kerjaan Vina ya?"

​Nayla mengangguk lemah. "Iya. Katanya harus Senin pagi."

​"Emang dasar tuh orang," gerutu Adit pelan, lalu meletakkan kantong plastik yang ia bawa. "Nih, makan dulu. Nggak bakal selesai kerjaan kalau otaknya nggak dapet bensin."

​Adit mengeluarkan dua cup mie instan seduh dan dua botol teh dingin. Makanan "rakyat" yang sengaja ia beli di minimarket lobi agar tidak terlihat mencolok.

​"Wah, pop mie! Makasih banget lho, Mas. Saya laper banget sampe gemeteran," mata Nayla berbinar.

​Adit menyeduh mie itu di dispenser pantry lalu membawanya kembali. Mereka makan sambil meniup-niup uap panas mie.

​"Mas, boleh tanya nggak?" Nayla membuka percakapan sambil mengaduk mienya. "Kerja di korporat emang gini ya? Senioritasnya kenceng banget. Saya salah apa ya sama Mbak Vina? Perasaan saya udah sopan."

​Adit menatap Nayla iba. "Kamu nggak salah, Nay. Orang kayak Vina itu insecure. Dia liat kamu pinter, cepet belajar, dan mungkin lebih disukai Pak Broto pas wawancara. Jadi dia merasa terancam. Cara dia bertahan ya dengan injak kamu."

​"Terus saya harus gimana? Lawan?"

​"Jangan lawan pakai emosi. Lawan pakai prestasi," jawab Adit tegas. "Selesaikan kerjaan ini dengan sempurna. Bikin dia malu karena kamu bisa kerjain 'sampah' dia jadi emas."

​"Tapi ini ribet banget Mas, manual..." Nayla menunjuk layarnya.

​Adit meletakkan cup mienya. Ia menggeser kursi mendekat ke arah Nayla. Jarak mereka kini sangat dekat, bahu mereka hampir bersentuhan.

​"Sini saya liat," Adit mengambil alih mouse. "Kamu ngerjainnya dipindahin satu-satu?"

​"Iya."

​"Lama atuh, Neng. Di sistem Rahardian itu ada fitur hidden buat auto-sort," bohong Adit. Sebenarnya itu bukan fitur hidden, tapi fitur advance yang jarang diketahui staf biasa, tapi Adit sebagai perancangnya tahu betul.

​Jari-jari Adit menari lincah di atas keyboard. "Liat nih. Kamu blok semua data yang berantakan ini, terus tekan Ctrl + Shift + L, terus pilih menu Data Validation yang ini... masukin kode vendornya... dan..."

​Klik.

​Dalam hitungan detik, ribuan baris data yang acak-acakan itu tiba-tiba tersusun rapi sesuai abjad dan kategori. Kolom yang salah otomatis berwarna merah.

​Mata Nayla membelalak selebar piring. "Waaah! Kok bisa?! Mas Adit kok tau? Mas kan bagian Pengawasan Umum?"

​Adit tersenyum bangga, lalu buru-buru mencari alasan. "Ehh... itu... dulu saya sering liatin anak-anak IT benerin data. Jadi hapal dikit-dikit. Biasalah, pengawas kan harus serba tau."

​"Mas Adit jenius!" puji Nayla spontan, menepuk lengan Adit.

​Adit merasakan aliran listrik kecil saat tangan Nayla menyentuh lengannya. "Nah, sisanya tinggal kamu cek yang warna merah aja. Paling cuma 15 menit kelar."

​Benar saja. Dengan "bantuan" Adit, pekerjaan yang harusnya memakan waktu 5 jam selesai dalam 20 menit.

​Nayla menatap layar komputernya dengan takjub. Ia menoleh pada Adit dengan tatapan penuh rasa terima kasih.

​"Makasih banyak ya, Mas. Kalau nggak ada Mas, mungkin saya nginep di sini," ucap Nayla tulus.

​"Sama-sama. Sekarang print, taruh di meja Pak Broto, terus kita pulang. Udah malem, kasihan Nando nungguin," ujar Adit.

​Mereka berjalan keluar gedung bersamaan. Di lobi, hujan deras sedang mengguyur Jakarta.

​"Yah, hujan... Susah dapet ojol nih," keluh Nayla melihat aplikasi di ponselnya yang terus berputar mencari driver.

​Mobil Maybach Adit sudah menunggu di basement VIP, tapi ia tidak mungkin menawarkannya pada Nayla sekarang.

​"Tunggu sini sebentar," kata Adit. Ia berlari menerobos hujan menuju pos satpam, meminjam payung besar, lalu berlari lagi ke pinggir jalan raya. Dengan wibawanya, ia menyetop taksi Bluebird kosong yang lewat, hal yang sulit dilakukan orang biasa saat hujan deras.

​Taksi itu berhenti. Adit melambai pada Nayla. Ia memayungi Nayla masuk ke dalam taksi agar tidak kebasahan sedikitpun, membiarkan bahu kirinya sendiri basah terkena air hujan.

​"Hati-hati, Nay. Sampai rumah kabarin," ucap Adit sambil menutup pintu taksi.

​Nayla menatap Adit dari balik kaca jendela taksi yang basah. Ia melihat pria itu berdiri di trotoar, separuh bajunya basah, tersenyum melambai padanya.

​Di dalam taksi, Nayla memegang dadanya yang bergemuruh.

​"Ya Allah... kok ada laki-laki sebaik itu?" bisiknya.

​Sementara itu, Adit menatap taksi yang menjauh hingga hilang di tikungan. Ia mengusap wajahnya yang basah, lalu tersenyum miring.

​"Tunggu tanggal mainnya, Vina," gumam Adit dingin. "Senin besok kamu akan dapat kejutan."

...****************...

​Bersambung...

Terima kasih telah membaca💞

Jangan lupa bantu like komen dan share❣️

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!