NovelToon NovelToon
Rahasia Kelam Di Balik Sutra

Rahasia Kelam Di Balik Sutra

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Rebirth For Love / Cinta Terlarang / Romansa / Cintapertama / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Novianti

Seorang putri Adipati menikahi putra mahkota melalui dekrit pernikahan, namun kebahagiaan yang diharapkan berubah menjadi luka dan pengkhianatan. Rahasia demi rahasia terungkap, membuatnya mempertanyakan siapa yang bisa dipercaya. Di tengah kekacauan, ia mengambil langkah berani dengan meminta dekrit perceraian untuk membebaskan diri dari takdir yang mengikatnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Novianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 14

Wang Yuwen tiba-tiba jatuh sakit, demam tinggi membuatnya tak berdaya di ranjang. Akibatnya, pernikahan Wang Jian dan Su Jing Ying terpaksa diundur menjadi bulan depan. Su Jing Ying tentu saja merasa marah dan kecewa. Dalam hatinya, ia menduga Putra Mahkota sengaja membuat kekacauan agar pernikahannya dengan Wang Jian ditunda oleh Kaisar.

Hari ini, Su Jing Ying mengunjungi istana putra mahkota bersama dengan Wang Jian, dengan dalih menjenguk Wang Yuwen. Saat mereka tiba, pemandangan yang menyambut mereka adalah Cheng Xiao yang dengan telaten merawat pria yang tengah sakit itu. Gerakan lembutnya, perhatiannya yang tulus, membuat hati Su Jing Ying sedikit tersentuh.

"Xiaoxiao," panggil Wang Jian dengan nada lembut, memecah keheningan.

Sudah lama Wang Jian tidak bertemu dengan Cheng Xiao. Hari ini, rasa rindunya sedikit terobati, meskipun ia menyadari ada sesuatu yang berbeda dari wanita di hadapannya. Cheng Xiao menoleh, senyum tipis menghiasi bibirnya. "Kalian sudah datang?" tanyanya, lalu menghampiri mereka dan memberikan salam hormat pada Wang Jian. "Salam, Pangeran."

Wang Jian mengangguk, balas tersenyum pada Cheng Xiao. "Bagaimana keadaan Kakak?" tanyanya, matanya menatap cemas ke arah Wang Yuwen yang terbaring tak berdaya di ranjang.

Cheng Xiao menghela napas pelan, lalu menoleh pada Wang Yuwen yang terbaring lemah. "Seperti yang kau lihat," ujarnya lirih, nada suaranya datar tanpa emosi.

Lalu, Cheng Xiao menoleh pada Su Jing Ying, yang berdiri di samping Wang Jian dengan ekspresi datar. Cheng Xiao tersenyum tulus pada wanita itu. "Nona Su, bisakah kau berbicara padanya?" pintanya dengan nada memohon.

Selama tak sadarkan diri, Wang Yuwen terus menggumamkan nama Su Jing Ying, memanggil-manggil namanya dengan nada penuh kerinduan. Hal itu membuat Cheng Xiao merasa hatinya hancur berkeping-keping. Ia tidak tahu, sudah seberapa besar luka yang ia rasakan.

"Kakak ipar...." Su Jing Ying tampak ragu dan ingin menolak permintaan Cheng Xiao. Dalam hatinya, ia merasa hubungannya dengan Wang Yuwen sudah berakhir, tidak ada lagi yang perlu dibicarakan.

"Aku mohon padamu, Nona Su," sela Cheng Xiao dengan nada memohon, menyatukan kedua tangannya di depan dada.

Su Jing Ying menatap Wang Jian, meminta persetujuan. Wang Jian mengangguk singkat, memberikan izin pada Su Jing Ying untuk berbicara dengan Wang Yuwen. "Baiklah, Kakak ipar," ujar Su Jing Ying pada akhirnya, meskipun dengan berat hati.

Cheng Xiao tersenyum lega, lalu berjalan keluar dari kamar, meninggalkan Wang Yuwen berdua dengan Su Jing Ying untuk berbicara. Wang Jian mengikuti Cheng Xiao dari belakang, matanya tak lepas dari wanita itu. Ia melihat Cheng Xiao benar-benar sangat berubah. Wanita itu terlihat bukan seperti Cheng Xiao yang ia kenal dulu. "Xiaoxiao..." panggilnya lirih, mencoba meraih perhatian wanita itu.

Cheng Xiao menghentikan langkahnya dan menoleh, menatap Wang Jian dengan tatapan kosong. "Ya, ada apa Pangeran?" tanyanya dengan nada datar, tanpa ekspresi.

Wang Jian bahkan dapat melihat tatapan kosong itu dengan jelas. Mata Cheng Xiao tidak lagi memancarkan kebahagiaan dan semangat seperti dulu. "Apakah kau baik-baik saja?" tanyanya dengan nada khawatir, menyentuh lengan Cheng Xiao dengan lembut.

Cheng Xiao tersenyum, namun senyum itu bukan senyum bahagia, hanya senyuman hambar tak bermakna. "Aku selalu baik-baik saja, kau tidak perlu khawatir," jawabnya dengan nada datar, lalu berbalik dan berjalan meninggalkan Wang Jian yang terpaku di tempatnya.

Wang Jian menatap punggung Cheng Xiao yang menjauh dengan perasaan campur aduk. Ia merasa bersalah, karena ia tahu, Cheng Xiao tidak baik-baik saja. Ia tahu, wanita itu tengah menyembunyikan luka yang sangat dalam di hatinya.

"Xiaoxiao..." bisiknya lirih, namun suaranya tertelan oleh angin.

Ia ingin mengejar Cheng Xiao, ingin memeluknya dan mengatakan bahwa ia peduli padanya. Namun, ia tahu, ia tidak berhak melakukan itu. Ia telah memilih Su Jing Ying, dan ia harus bertanggung jawab atas pilihannya.

Dengan berat hati, Wang Jian berbalik dan berjalan menuju taman istana. Ia ingin mencari udara segar dan menenangkan pikirannya yang kacau. Ia merasa bersalah pada Cheng Xiao, namun ia juga tidak bisa mengkhianati Su Jing Ying.

Di taman istana, Wang Jian duduk di bangku taman dan menatap bunga-bunga yang bermekaran dengan indahnya. Namun, keindahan bunga-bunga itu tidak mampu menghibur hatinya yang sedang gundah. Ia merasa terjebak dalam situasi yang sulit, dan ia tidak tahu bagaimana cara untuk keluar dari sana.

Di dalam kamar yang sunyi dan penuh ketegangan, setelah percakapan panjang yang penuh emosi, akhirnya Su Jing Ying mengangkat suara, suaranya bergetar namun tegas. "Aku tidak pernah mencintai mu," ucapnya perlahan, tetapi dengan kekuatan yang menyakitkan. "Yang aku inginkan dari awal hanyalah Wang Jian. Namun, kau yang salah paham akan maksudku." Kata-katanya seperti petir yang menghantam hati Wang Yuwen, menghancurkan harapan terakhir yang masih tersisa di dalam dirinya.

Kata-kata itu menggema di ruangan, meninggalkan luka yang dalam di hati pria itu. Wang Yuwen terpaku, wajahnya memucat, seakan seluruh dunia seakan runtuh di depan matanya. Ia merasa tubuhnya lemas, seolah seluruh kekuatannya telah hilang bersamaan dengan kata-kata itu.

Su Jing Ying menatapnya dengan lembut namun penuh kekuatan, lalu menambahkan, "Kini aku sudah mendapatkan tujuan ku. Kau pun sudah memiliki Nona Cheng. Berhentilah melukai dia, dan hiduplah bahagia bersama dia." Kata-kata itu diucapkan dengan nada lembut, namun penuh makna, sebelum wanita itu meninggalkan kamar dengan langkah tenang dan tegas, meninggalkan Wang Yuwen dalam kesunyian yang tiba-tiba dan mendera.

Setelah kepergian Su Jing Ying, suasana menjadi semakin hening. Wang Yuwen terduduk di tepi tempat tidur, tubuhnya gemetar. Air mata mulai mengalir deras dari sudut matanya, membasahi pipi yang pucat. Tangan kanannya terulur, memegangi dadanya yang terasa sangat sakit, seolah-olah seluruh jiwanya ikut pecah dan remuk.

Dengan suara parau dan penuh luka, ia bergumam, "Jadi... Bukan aku yang kau inginkan?" Kata-kata itu terucap dengan penuh keputusasaan dan luka yang mendalam, menyiratkan bahwa hatinya telah hancur berkeping-keping, tersayat oleh kenyataan pahit yang baru saja ia terima.

. . .

Di hari pernikahan Wang Jian dan Su Jing Ying, sebuah keputusan mengejutkan diambil oleh Putra Mahkota Wang Yuwen. Alih-alih menghadiri pernikahan adiknya dan wanita yang dicintainya, ia memilih untuk pergi ke wilayah yang tengah dilanda bencana, meninggalkan istana dan segala kemegahannya. Keputusan ini tentu saja membuat banyak orang terkejut dan bertanya-tanya, namun tak ada yang berani mempertanyakan alasan di baliknya.

Kereta kuda yang membawa Putra Mahkota Wang Yuwen perlahan meninggalkan istana, melaju menjauh dari hiruk pikuk pesta pernikahan. Di gerbang istana, berdiri seorang wanita yang tengah menatap kepergian kereta kuda itu dengan tatapan kosong. Wanita itu adalah Cheng Xiao, yang tengah hamil muda anak dari Wang Yuwen.

Ia berdiri terpaku, menyaksikan suaminya pergi menjauh, membawa serta patah hati dan luka yang tak tersembuhkan. Ia tahu, Wang Yuwen pergi karena tidak sanggup melihat wanita yang dicintainya menikah dengan adiknya sendiri. Ia juga tahu, Wang Yuwen pergi untuk melarikan diri dari kenyataan pahit yang harus ia hadapi.

Air mata mulai menggenang di pelupuk mata Cheng Xiao, namun ia berusaha menahannya agar tidak tumpah. Ia mengelus perutnya yang masih rata, merasakan kehadiran janin yang tengah tumbuh di dalam rahimnya.

"Nyatanya, kehadiran seorang anak pun tidak akan pernah meluluhkan hati mu yang sudah tertutup untuk siapapun," gumam Cheng Xiao lirih, suaranya bergetar menahan tangis. Kata-kata itu terucap dengan nada pahit dan penuh kesedihan, menyiratkan betapa ia merasa tidak berdaya dan tidak berarti di mata Wang Yuwen. Hatinya hancur berkeping-keping, namun ia berusaha tegar demi anak yang dikandungnya.

1
Natasya
👍
Nurhasanah
dari bab awal sampe bab ini ... fl nya cuma bisa nangis doang nggak ada gebrakan apapun😏😏
yumin kwan
ish.... kok kaisar ga langsung aja kasih dekrit perceraian....
semangat up nya 💪
Ani_Sudrajat
Cerita nya bagus ..
Marini Dewi
semangat thor biar bnyk up Nya. hehehe
Ani_Sudrajat
Orang tua mana yg tidak sedih melihat putri kesayangannya di perlakukan seperti itu??
yumin kwan
kasian sekali cheng xiao.....
semangat up lagi 💪💪💪
echa purin
👍🏻👍🏻
Ani_Sudrajat
Bagus ceritanya.
Semangat thor 💪
Marini Dewi
alur cerita y sangat menarik, semangat thor 💪💪💪
Ani_Sudrajat
Up nya tambah lagi thor 😄
Marini Dewi
bikin gregetan. up lagi Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!