Pulang Ke Indonesia. Arcilla Armahira harus mendapatkan tugas dari Kakeknya seorang Pengusaha kaya raya yang dikenal sangat dermawan dan selalu membantu orang kecil. Tetapi siapa sangka pria 70 tahun itu sering mendapatkan ancaman.
Sampai pada akhirnya terjadi insiden besar yang membuat Mizwar diserang oleh musuh saat mengadakan konferensi pers. Kericuhan terjadi membuat banyak pertumpahan darah.
Mizwar dilarikan ke rumah sakit. Arcilla mendapat amanah untuk menjalankan tugas sang Kakek.
Keamanan Arcilla terancam karena banyak orang yang tidak menyukainya seperti kakeknya yang ingin menyingkirkannya. Pengawal pribadi Mizwar yang selalu menemaninya dan mengajarinya membuat Arcilla merasa risih karena pria itu bukan mahramnya.
Sampai akhirnya Arcilla meminta kakeknya untuk menikahkannya dengan pengawalnya dengan alasan menghindari dosa.
Bagaimana kehidupan rumah tangga mereka ditengah persaingan bisnis?
Apakah keduanya profesional meski sudah menikah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 10 Sudah Bisa Di Sentuh
Cilla sekarang berada didalam ruangan Mizwar. Cilla berdiri dengan kepala berkeliling melihat isi ruangan tersebut. Mizwar Kakeknya adalah orang yang sangat rapi dan bersih, tidak salah ruangan itu benar-benar sangat terawat.
Terdapat meja kerja dan juga sofa untuk menerima tamu, tetapi matanya tertuju pada foto yang ada di atas meja membuat Cilla menghampiri meja tersebut dan ternyata itu foto dirinya bersama dengan sang Kakek.
Pantas saja Lulu begitu sangat cemburu kepada Cilla. Cilla menjadi cucu kesayangan dan fotonya juga ada di ruang kerja tersebut sebagai penyemangat Mizwar.
Cilla tersenyum yang apa-apa selalu dilibatkan oleh sang Kakek. Jadi wajar saja dia mengambil tugas berat itu walau nyawanya menjadi korban.
"Nona!" Cilla membalikkan tubuhnya ketika pengawal pribadinya sudah memasuki ruangannya.
"Ini dokumen yang Nona minta!" ucap Rasyid berjalan menghampiri Cilla dan Cilla mengembalikan foto tersebut dan mengambil dokumen itu.
"Saya akan mempelajarinya," ucap Cilla.
"Baiklah!" sahut Rasyid.
Cilla kemudian duduk di sofa dan membuka dokumen tersebut, tidak ingin membuang waktu langsung mempelajarinya dan sementara Rasyid berjalan menuju jendela seperti memeriksa sesuatu.
"Kamu sedang apa?" tanya Cilla heran.
"Kejadian penembakan di gedung putih berada di seberang gedung sana. Saya khawatir ada orang bayaran yang melakukan hal yang sama," jawab Rasyid.
"Jarak gedungnya sangat jauh, apa mungkin akan sampai?" tanya Cilla menyergah nafas seolah tidak masuk akal.
"Jika seseorang menjadikan target, maka apapun bisa dilakukan. Membayar orang profesional untuk membunuh seseorang dengan bayaran yang mahal juga pasti dilakukan. Untuk pembunuh bayaran profesional jika di ujung gedung sekalipun akan bisa mencapai targetnya jika itu sudah menjadi tujuannya," jawab Rasyid.
"Begitu," sahut Aliza.
"Kamu sudah lama bekerja dengan Kakek. Kakek mempercayai kamu dan belum tentu saya," sahut Cilla berterus terang membuat Rasyid mengerutkan dahi.
"Saya mempelajari dari apa yang terjadi dan dari semua perkataan kamu, bahwa ketika semakin di atas, maka akan semakin banyak membenci, orang-orang yang berada di sekitar kita juga bisa menjadi penghianat, ketika ada seseorang yang menjanjikan hal yang lebih besar. Jadi saya tidak percaya siapapun. Walau saya meminta kamu untuk menikahi saya dan bukan berarti saya percaya kepada kamu," ucap Cilla berterus terang.
"Kita baru bekerjasama beberapa hari, saya tidak meminta untuk dipercayai dan tidak akan meyakinkan apapun. Saya hanya menjalankan tugas dari Pak Mizwar untuk menjaga Anda," sahut Rasyid dengan sangat tenang memberi jawaban itu.
Cilla menghela nafas menutup dokumen tersebut, kemudian berdiri dari tempat duduknya.
"Jika kamu memang menjadi orang kepercayaan dari Kakek saya, mengapa kejadian waktu itu bisa terjadi?" tanya Cilla bersandar pada pinggir meja dengan menempel pada dinding dengan kedua tangannya dilipat di dadanya.
"Itu kecerobohan saya, manusia memiliki titik kesalahan dan tidak semua pekerjaan sempurna," jawab Rasyid.
"Lalu kenapa kamu tidak menolong Kakek dan justru saya, majikan kamu adalah Kakek dan bukan saya?" tanya Cilla
Rasyid tidak memberikan jawaban dan melangkah mendekati Cilla. Pria tampan dengan wajah yang sangat dingin itu semakin dekat dengannya dan sekarang sudah berdiri di hadapannya dan malah menggerakkan tubuhnya dengan semakin mendekati Cilla refleks membuat bagian tubuh Cilla ke belakang.
Cilla melotot saat tangan Rasyid bergerak membuat jantungnya berdebar kencang dan ternyata bukan ingin menyentuhnya melainkan mengambil sesuatu dari papan lukisan yang terletak di belakang Cilla.
Rasyid menunjukkan kepada Cilla benda kecil berwarna hitam. Cilla menghela nafas dia pikir laki-laki itu ingin melakukan apa kepadanya.
"Apa ini?" tanya Cilla
"Ada yang menyadap ruangan ini," jawab Rasyid membuat Cilla kaget.
"Apa!" Cilla benar-benar kaget menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya, suaranya juga perlahan pelan karena takut apa yang dia bicarakan terdengar oleh orang yang menyadap ruangan tersebut.
"Saya juga tidak tahu apa yang terjadi, tetapi jelas ada yang sengaja melakukan semua ini. Nona tunggulah di luar, saya akan memeriksa ruangan ini," ucap Rasyid.
Cilla menganggukkan kepala, kemungkinan besar masih banyak alat penyadap di dalam ruangan tersebut dan entahlah sejak kapan berada di sana.
Sampai akhirnya menunggu hampir setengah jam Rasyid kembali keluar dari ruangan tersebut.
"Bagaimana?" tanya Cilla
Rasyid membuka telapak tangan yang terkepal dan ada beberapa alat penyadap yang membuat Cilla semakin kaget.
"Sebanyak ini?" tanya Aliza.
"Saya sudah memastikan tidak ada apapun lagi di dalam ruangan pak Mizwar," jawab Rasyid.
"Siapa orang yang melakukan semua ini?" tanya Cilla.
"Saya akan mencari tahunya," jawab Rasyid.
Cilla menganggukan kepala, dia semakin menyadari bahwa Kakeknya selama ini dalam bahaya, karena kebaikan dan kedermawanannya membuat orang-orang banyak tidak menyukai dirinya.
"Saya sudah mengatur pertemuan dengan klien Amerika, nanti semuanya sudah bisa dilaksanakan," ucap Rasyid.
"Kamu atur semuanya," ucap Cilla. Rasyid menganggukkan kepala.
*****
Pertemuan diadakan kembali di gedung putih, banyak Bodyguard yang mengawasi di sekitar luar gedung dan juga di dalam, persiapan sudah sangat matang dengan para wartawan yang sudah duduk rapi menyaksikan pertukaran kontrak dari kedua belah pihak.
Cilla masih berada di dalam mobil duduk di kursi belakang dan Rasyid menyetir seperti biasa, bukan hanya mereka berdua yang ada di dalam mobil melainkan ada Metta sekretaris Mizwar dan juga akan membantu Cilla dan sementara di samping Rasyid juga ada pria yang merupakan salah satu Bodyguard.
"Ya Allah apa kejadian ini akan terulang kembali, waktu itu aku ikut bersama Kakek dan melihat penyerangan yang terjadi di depan mataku. Bagaimana jika hal itu juga terjadi kembali," batin Cilla dengan raut wajahnya lihat khawatir.
"Ini Nona pidatonya!" Metta memberikan map warna hitam kepada Cilla
"Terima kasih," sahut Cilla
Tidak lama akhirnya mobil itu sampai juga di pekarangan gedung putih dan seperti biasa para wartawan begitu banyak di luar yang menginginkan Cilla untuk berbicara.
Sebelum turun dari mobil Rasyid sudah memberi arahan kepada orang-orang yang berjaga di luar dan di dalam untuk lebih memperketat keamanan melalui earphone di telinganya.
Rasyid keluar terlebih dahulu dari mobil membuka pintu untuk Cilla, para wartawan langsung mengerumuni mereka.
"Nona apakah Anda sanggup dengan tugas ini?"
"Apakah semua akan berjalan dengan lancar seperti yang biasa dikerjakan tuan Mizwar?"
Banyak sekali pertanyaan wartawan yang tidak mungkin dijawab Cilla dengan situasi seperti itu, hanya desakan dari para media dan belum lagi para warga yang juga hadir di sana yang ingin melihat sosok pengganti penolong mereka.
Suasana semakin mencekam membuat Cilla tidak bisa bergerak. Rasyid melindunginya dengan cara memeluk bahu Cilla dengan Cilla menyembunyikan wajahnya di dada suaminya itu.
Karena mereka sudah menikah, Cilla tidak mempermasalahkan hal itu sama sekali.
"Tolong beri jalan!"
"Tolong!"
Metta berusaha untuk menenangkan kerumunan dari para media yang terus mengerumuni dan menghambat jalan. Sampai akhirnya mereka sampai juga di gedung putih dan pintu langsung ditutup untuk menjaga keamanan karena di dalam juga ada para wartawan yang menyorot pertukaran kontrak itu.
Cilla masih berada di dalam pelukan suaminya dengan nafas naik turun.
"Nona tidak apa-apa?" tanya Rasyid sedikit menundukkan kepalanya untuk memastikan kondisi istrinya. Cilla menggelengkan kepala.
Ini bukan hal pertama terjadi, semenjak Mizwar memperkenalkannya kepada publik dan sekarang dia menjadi bulan-bulanan media.
Cilla tidak sesabar dan sesantai Kakeknya menghadapi para media dan warga dengan berjalan sangat tenang sembari tersenyum dan melambaikan tangan, dirinya justru harus bersembunyi di dalam pelukan suaminya agar bisa lolos.
Bersambung.....
penuh rahasia