NovelToon NovelToon
Cinta DiTujuh Kehidupan

Cinta DiTujuh Kehidupan

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / Cintamanis / Time Travel / Transmigrasi / Ruang Ajaib
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: Datu Zahra

Hong Zhi Shi, seorang putri dari garis keturunan Klan Dewa Pengetahuan. Cantik sudah pasti, karena ia seorang Dewi yang tinggal dialam surgawi. Pintar, tak perlu ditanya lagi, secara Klannya adalah Dewa pengetahuan.

Hidup abadi, cantik, pintar, tinggal dialam surgawi yang semua serba indah dan ada, tentu menjadi anugerah diingini banyak manusia.

Tapi akibat ia menolak lamaran Dewa neraka untuk menjadikannya selir, Hong Zhi Shi dijatuhi hukuman. Ia akan menjalani hidup dialam dunia fana dalam tiga kali masa kehidupan.

Ada banyak misi yang harus ia emban, salah satunya mendapatkan cinta tulus dari seorang pria yang juga ia cintai. Karena hanya dengan itu, Hong Zhi Shi akan kembali bisa hidup dialam surgawi setelah kematiannya didunia fana.

Entah dikehidupan yang keberapa cinta itu akan ia dapatkan, pasalnya sudah enam kehidupan sudha ia jalani. Sekarang dimasa ini, adalah kehidupannya yang ketujuh.

Bagaimana kisah Hong Zhi Shi dikehidupan ketujuh ini..?

Mari ikuti kisahnya..!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Datu Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Peluang Bisnis

Pukul dua siang tirai kedai roti, mie dan barbeque diturunkan, pertanda jika semua sudah ludes terjual.Toko lalu dibersihkan sebelum nantinya ditutup dan semua bergeser kerestoran.

"Ayah..! Ayo kita pulang. Antarkan aku mengambil batu kapur dibukit dekat ladang kita." ajak Yin Hua.

"Biar ayah saja yang mengambilnya, mau seberapa banyak..?" balas Jang Bing.

Sejak tahu bagaimana kemampuan Yin Hua, para orang dewasa tidak ada lagi yang bertanya untuk apa dan bagaimana, jika bocah cantik itu meminta sesuatu.

"Untuk sekarang, satu keranjang berburu ayah dulu."

Jang Bing mengangguk "baik...!"

Yin Hua yang beberapa kali ikut keladang, tanpa sengaja mengorek bukit yang berjarak sekitar lima ratus meter dari ladangnya. Bukan tanah yang didapat, melainkan batu kapur.

Aneh memang, dilahan subur bisa asa bukit kapur. Tapi itu sebuah keberuntungan, karena batu kapur itu akan amat berguna nantinya.

"Kalian juga ikut pulang saja, biar aku dan Wang Chun yang mengurus disini." kata Jang Lei.

Para wanita, anak-anak, Bai Fang dan Mu Jiao pun patuh. Mereka pulang dengan gerobak yang mengangkut buah bit, peti kayu dan gentong kosong.

Jang Bing langsung menuju kebukit kapur, sementara yang lain membersihkan semua gentong porselen dan peti, lalu mengisi dengan yang baru untuk esok hari.

Sembari beristirahat, para wanita menjahit kain katun yang sudah diisi kapas dengan kulit rusa. Itu nantinya akan menjadi bagian dalam sepatu.

Sementara Yin Hua mengolah batu kapur bersama Jang Bing, Bai Fang dan Mu Jiao.

Langkah awal, batu kapur dilarutkan dengan air, disaring lalu diamkan hingga mengendap. Proses ini dilakukan sampai tiga kali.

Setelahnya air dibuang, endapan kapur dipindahkan kekuali besar, diberi air bersih lalu dimasak hingga mengental kemudian dijemur.

"Kalau ayah ada koin emas banyak, bukit kapurnya kita beli saja. Itu akan sangat berguna dimasa depan." kata Yin Hua disela-sela aktifitasnya.

"Iya, nanti ayah kerumah kepala desa untuk menanyakan soal itu. Kalau koin kita cukup, ayah akan membelinya."

Untuk bagian telapak kaki terbuat dari kulit jagung yang juga sudah dilapisi kain katun dan kapas, disatukan dengan kulit rusa, dijahit menggunakan benang rami yang kokoh.

Jika sudah lalu direkatkan pada alas kayu menggunakan getah pohon pinus dan kudo, kemudian dipaku. Agar lebih kuat, bagian pinggirnya dijahit lagi dengan menggunakan benang rami lagi.

Pemasangan kancing dilakukan paling akhir.

Sepatu kulit rusa kokoh dan kuat, empuk, menyerap keringat karena bagian dalamnya dilapisi kain katun terbaik dan kapas. Anti air berkat kayu pada bagian bawah telapak kaki dan yang paling penting tidak licin.

Sepatu yang tidak akan ditemukan dimana pun, dan pasti nantinya akan menjadi bahan perbincangan.

Untuk para lelaki, Yin Hua khususkan warna hitam. Bagi para wanita tentu bermacam warna dengan sulaman bermacam motif. Satu orang mendapat dua sepatu berbeda model.

"Hua'er..! Ini sangat nyaman. Bisa untuk berperang juga nantinya." puji Jang Lei kala menjajal sepatu bots.

Pria itu dan Wang Chun sudah pulang sejak pukul empat sore tadi, setelah restoran tutup karena kehabisan bahan pangan.

Pria itu berjalan mondar-mandir, berlari, melompat. Guna menguji ketahanan dan kenyamanan sepatu.

"Jadi untuk ini semua kulit rusa itu..? Ayah fikir akan kau jadikan untuk menulis."

"Untuk itu nanti kita membuatnya sendiri dengan pohon pinus, cemara kalau ada akasia. Dari bambu juga bisa ayah..!"

"Hua'er...!"

Seru semua orang dewasa, menatap Yin Hua terperangah dengan mata mendelik kaget.

Yin Hua terkekeh "aku tahu cara membuat yang namanya kertas dengan bermacam fungsi. Tapi nanti saja, untuk sekarang kita akan membuat gula dulu."

"Apa, gula...?" pekik semua orang.

"Hua'er, kau tidak bercanda kan..?" tanya Wang Chun terkesiap.

Yin Hua menggeleng "bit putih tadi itu yang akan kita buat gula pasir. Kalau ada tebu, kita bisa membuat gula merah dan kristal."

Alis Wang Chun dan yang lain menukik "tebu..?"

"Seperti apa memangnya tebu itu..?" tanya Mu Jiao.

"Em, seperti bambu tapi lebih kecil dan ruasnya lebih pendek. Batangnya manis, daunnya panjang-panjang dan gatal."

Semua pun berfikir, dan beberapa detik kemudian. Para pria dewasa memekik bersamaan, mengingat tanaman yang banyak tumbuh didalam hutan.

"Yah, kenapa ayah, kakek muda dan paman tidak mengambilnya..? Itu bisa dijadikan tiga macam gula." kata Yin Hua setelah diberi tahu jika ada tebu dihutan.

"Kami tidak tahu kalau itu berguna. Besok kami akan kehutan mengambil semua tebu yang ada." kata Jang Bing.

"Nanti saja ayah, buat dulu alat pemeras dan penggiling gulanya."

Yin Hua menggambar alat pemerah batang tebu dan penggiling gula.

Karena hari masih terang, Jang Bing langsung pergi kepengerajin.

Dua hari Jang Bing meminta dua benda itu sudah jadi, dengan mengeluarkan uang dua koin emas lima puluh perak.

"Pasti dihutan banyak tanaman bermanfaat yang ayah, kakek dan paman tidak tahu." kata hati Yin Hua setelah ayahnya pergi.

"Kakek, paman..! nanti kalau sudah panen, ladangnya tanami bit putih saja. Beli bibitnya pada kakek yang tadi dikota."

"Iya, nanti akan paman tanami bit putih semua." jawab Bai Fang.

"Tanami tebu juga boleh..!" kata Yin Hua lagi.

"Lebih baik cari orang saja untuk mengolah ladang, kita fokus kepembuatan gula, dan kertas. Pelayan ditoko dan restoran juga ditambah, biar istri-istri kita membantu dirumah agar tidak terlalu lelah." kata Jang Lei.

"Iya aku setuju..!" jawab Wang Chun.

"Kita juga akan sering kehutan, jadi memang akan lebih bagus kalau diolah orang lain." timpal Bai Fang.

Perencanaan kembali dibuat, tambahan modal mereka gelontorkan lagi. Pembukuan dibuat rapi seperinci mungkin oleh Jang Bing.

Hari ini untuk empat usaha dikota, meraup untung kotor tujuh koin emas empat puluh tiga perak. Awal yang bagus untuk hari pertama.

1
Andi Ilma Apriani
crazy up thoorr
Andira Rahmawati
lanjutttttt..thorrrrr..
Andira Rahmawati
ceritanya bagusssss bgt...seruuu
trusss semangat ya thorrr💪💪💪
Andira Rahmawati
🤣🤣🤣 jang lei ama jang bing suka ketukar...
Andi Ilma Apriani
selalu ditunggu upx thoorrr
Andi Ilma Apriani
semangaattt thooorrrr💪💪💪💪
Andi Ilma Apriani
crazy up thoorrr...ceritax sangat bagus 😍😍😍😍
Andi Ilma Apriani
semangaaatt thoorr
Andi Ilma Apriani
hadiiirrr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!