NovelToon NovelToon
Terpaksa Kawin Kontrak

Terpaksa Kawin Kontrak

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Biqy fitri S

Elzhar Magika Wiratama adalah seorang dokter bedah kecantikan yang sempurna di mata banyak orang—tampan, disiplin, mapan, dan hidup dengan tenang tanpa drama. Ia terbiasa dengan kehidupan yang rapi dan terkendali.

Hingga suatu hari, ketenangannya porak-poranda oleh hadirnya Azela Kiara Putri—gadis sederhana yang ceria, tangguh, namun selalu saja membawa masalah ke mana pun ia pergi. Jauh dari tipe wanita idaman Elzhar, tapi entah kenapa pesonanya perlahan mengusik hati sang dokter.

Ketika sebuah konflik tak terduga memaksa mereka untuk terjerat dalam pernikahan kontrak, kehidupan Elzhar yang tadinya tenang berubah jadi penuh warna, tawa, sekaligus kekacauan.

Mampukah Elzhar mempertahankan prinsip dan dunianya yang rapi? Atau justru Azela, dengan segala kecerobohan dan ketulusannya, yang akan mengubah pandangan Elzhar tentang cinta?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Biqy fitri S, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Meminta Restu

Setelah dua kejadian yang membuat hatinya benar-benar terguncang, Elzhar akhirnya sampai pada satu keputusan bulat: ia tidak bisa lagi membiarkan Azel berjalan sendirian menghadapi semua tekanan dari keluarganya.

Pagi itu mereka duduk berdua di apartemen Elzhar. Wajahnya serius, nada bicaranya mantap.

“Zel, gue udah mutusin… kita harus mempercepat pernikahan ini. Gue nggak tenang kalau lo terus diganggu sama ibu gue. Dengan status baru nanti, gue punya hak penuh buat lindungin lo.”

Azel terdiam sesaat, menatap dalam mata Elzhar. Ada ragu, tapi juga ada keberanian yang muncul di hatinya.

“Iya, L. Gue terima. Entahlah… gue juga ngerasa pengin buktiin sama ibu lo kalau gue pantas ada di samping lo.” Senyum tipis muncul di bibir Azel, meski jantungnya berdegup kencang.

Elzhar meraih tangan Azel, menggenggamnya erat. “Sore ini juga gue akan datang ke rumah lo. Gue mau langsung minta izin ke orang tua lo buat nikahin lo secepatnya.”

Azel menelan ludah, tubuhnya bergetar halus. Ia tahu keputusan ini akan mengubah hidupnya sepenuhnya. Tapi di balik itu, ada rasa haru—karena Elzhar, dengan segala sikap keras dan dinginnya, kini benar-benar menunjukkan bahwa ia siap berdiri di sisinya.

Sore itu, Elzhar benar-benar menepati ucapannya. Mobilnya berhenti di depan rumah sederhana milik keluarga Azel. Hatinya berdegup kencang—bukan karena takut, melainkan karena ia tahu ini adalah langkah besar dalam hidupnya.

Azel yang duduk di sampingnya ikut menunduk canggung. “L… gue deg-degan,” ucapnya lirih.

Elzhar meraih tangannya sebentar, memberi kekuatan. “Tenang, Zel. Gue ada di sini. Kita hadapi sama-sama.”

Begitu pintu rumah terbuka, bunda Azel langsung menyambut dengan senyum lebar. “Oh, Elzhar? Masuk, nak. Sini duduk.”

Ayah Azel yang biasanya tampak dingin juga menyambut dengan anggukan kecil. Suasana jadi hening sesaat, hanya terdengar detak jam dinding.

Setelah menghela napas, Elzhar akhirnya angkat bicara dengan nada tegas tapi sopan.

“Om, Tante… saya datang ke sini bukan hanya sebagai tamu. Saya datang untuk meminta izin dan restu. Saya ingin menikahi Azel secepatnya. Saya berjanji akan menjaga, melindungi, dan membahagiakan dia sebisa saya.”

Bunda Azel terkejut, kedua matanya berkaca-kaca. Ia menatap putrinya dengan senyum haru. “Azel… kenapa nggak cerita sama bunda kalau serius sampai sejauh ini?”

Azel hanya menunduk, menggenggam jemarinya sendiri. Pipinya merona merah.

Ayah Azel menghela napas panjang. Wajahnya penuh pertimbangan, tapi sorot matanya tajam menatap Elzhar.

“Elzhar, menikah itu bukan main-main. Apa kamu benar-benar siap? Karena hidup Azel setelah ini akan ada di tangan kamu.”

Tanpa ragu, Elzhar menatap balik penuh keyakinan. “Saya siap, Om. Dengan segala konsekuensinya. Saya tidak akan pernah membiarkan Azel sendirian lagi.”

Keheningan kembali melingkupi ruang itu, sampai akhirnya bunda Azel memecahnya dengan suara bergetar namun bahagia.

“Kalau memang kalian sudah yakin, bunda… restui. Asal Azel bahagia, itu cukup buat bunda.”

Setelah obrolan bersama di ruang tamu, bunda Azel mengajak Azel ke dapur untuk menyiapkan makan. Tinggallah Elzhar berdua dengan ayah Azel. Suasana jadi lebih hening, hanya terdengar suara sendok beradu dari dapur.

Ayah Azel duduk tegak, menyalakan sebatang rokok lalu menatap Elzhar tajam.

“Kamu dokter, kan? Hidupmu jelas, masa depanmu cerah. Tapi kenapa kamu pilih Azel? Kamu sadar, keadaan kami ini jauh dari sempurna. Rumah tangga saya dengan ibunya sering cekcok karena ekonomi. Saya takut kamu cuma main-main.”

Elzhar menunduk sebentar, lalu menatap balik dengan tenang.

“Om, justru itu alasan saya ingin menikahi Azel. Saya lihat dia kuat, terbiasa menghadapi keadaan sulit. Dia nggak manja, dia tulus. Saya butuh sosok seperti dia di hidup saya. Bukan hanya sebagai istri, tapi juga teman berjuang.”

Ayah Azel mengisap rokoknya dalam-dalam, lalu menghembuskan asap dengan berat. Suaranya mulai serak saat berkata:

“Azel itu anak kami satu-satunya. Dari kecil ia sudah menghadapi perihnya kehidupan. Saya akui rumah tangga saya tidak baik-baik saja, dari dulu sampai sekarang. Banyak trauma yang dia rasakan tentang pernikahan.”

Ia terdiam sejenak, lalu melanjutkan dengan mata yang menerawang.

“Dulu, waktu Azel umur delapan tahun, saya ribut besar dengan ibunya. Kami benar-benar egois, hanya mementingkan kebencian kami sendiri. Kami lupa kalau ada anak kecil yang butuh kasih sayang. Saya keluar dari rumah, ibunya juga pergi menenangkan diri… Azel ditinggal sendirian di rumah ini, tiga hari penuh. Dia hanya makan sisa makanan di kulkas. Rumah gelap karena listrik belum terbayar. Dia menangis seharian sampai sekarang masih ada trauma itu—takut kegelapan. Jadi kamu harus tahu, L, luka yang dia simpan begitu dalam.”

Elzhar tertegun, dadanya terasa sesak. Ia tidak menyangka perempuan sekuat Azel pernah melewati luka masa kecil yang begitu kelam.

“Azel sangat berharga buat kami,” lanjut ayahnya dengan suara berat. “Dia harta satu-satunya. Bahkan mungkin… rumah tangga ini masih bertahan hanya demi dia. Jadi saya mohon, nak L… jangan pernah membuka luka lamanya. Jangan buat dia trauma lagi. Jangan buat dia menderita. Walaupun kami bukan keluarga kaya raya, Azel itu segalanya bagi kami.”

Elzhar mengangguk, suaranya mantap meski hatinya ikut bergetar.

“Iya, Om. Saya janji… selama saya hidup, saya tidak akan pernah menyakiti Azel. Saya akan jaga dia, bukan hanya sebagai istri, tapi sebagai bagian dari hidup saya.”

Ayah Azel menatapnya lama, lalu akhirnya menepuk bahu Elzhar dengan berat.

“Baiklah… kalau begitu, saya percayakan Azel ke kamu.”

Setelah percakapan penuh haru itu, Elzhar duduk termenung di ruang tamu. Pandangannya jatuh pada Azel yang sedang berbicara dengan bundanya di dapur, senyum sederhana yang selalu berusaha ia tampilkan walau menyimpan luka dalam.

Di dalam hatinya, Elzhar bergumam lirih, nyaris tak terdengar:

“Zel… walaupun gue nantinya cuma jadi suami pura-pura lo, tapi secara hukum dan agama, gue tetap resmi jadi suami lo. Gue janji, gue bakal lindungin lo sekuat tenaga, gue nggak akan biarin lo menderita lagi.”

Matanya berkaca-kaca, namun Elzhar buru-buru mengedipkan pandangan agar tidak ada yang menyadari getaran hatinya. Baginya, Azel bukan sekadar bagian dari rencana untuk melawan keinginan ibunya. Azel perlahan menjadi alasan kuat kenapa ia ingin melangkah lebih jauh.

1
a
waduhh pantesan pas azel datang kerumahnya matanya jelalatan .. ehhhh emang tukang selingkuh ternyataaa 🤣🤣
a
awwww.... elzhar sudah tidak bisa menahannya 🤗🤗
Bie_Fitris: tapi sayang mereka hanya saling menyimpan moment itu 🤭🤭🤭
total 1 replies
atik
bagus
Bie_Fitris: terimaksih 😍
total 1 replies
mhmmdrzcky
cepet update kak aku udah nunggu/Drool/
Bie_Fitris: asiappp selalu update Setiap hari 😊
total 1 replies
Isma Fitri
bagus banget ceritanya 😍🤩
Bie_Fitris: terimakasih ☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!