Menjadi seorang dokter bedah ilegal di dalam sebuah organisasi penjualan organ milik mafia berbahaya, membuat AVALONA CARRIE menjadi incaran perburuan polisi. Dan polisi yang ditugaskan untuk menangani kasus itu adalah DEVON REVELTON. Pertemuan mereka dalam sebuah insiden penangkapan membuat hubungan mereka menjadi di luar perkiraan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Negosiasi?
Devon mengerang kesakitan sambil menekan luka di pinggangnya meskipun sudah diobati oleh Ava tadi.
Ava memandangnya dengan tatapan biasa. “Itu memang akan terasa sakit karena tak ada obat penghilang nyeri atau pun bius. Kau kehilangan cukup banyak darah.”
“Hmm … aku tahu.”
Devon merogoh kantong celananya dan mengeluarkan borgol perak. Dengan gerakan cepat, dia mengaitkan salah satu sisi ke pergelangan tangannya sendiri dan yang lainnya ke Ava.
“Kau pikir aku akan kabur?” Ava mengernyit.
"Aku tak bisa mengambil risiko," gumamnya, suaranya berat.
Ava menarik tangan yang kini terikat, wajahnya memerah. "Aku sudah menolongmu!”
"Kau disumpah untuk itu, Dokter." Devon membalas sambil menggeser posisi duduknya, mencari posisi yang nyaman untuk menahan sakit. "Aku butuh tidur. Dan kau butuh tetap di sini sampai kita aman untuk keluar. Mungkin anggotaku akan menemukan kita secepatnya."
Ava menggerutu, tapi dia tahu melawan adalah hal yang sia-sia untuk saat ini. Devon sudah kehilangan banyak darah, dan meski dia terlihat masih waspada, tubuhnya jelas di ambang kelelahan.
*
*
Malam semakin larut. Suara binatang malam dan bunyi gesekan dedaunan menjadi pengiring sunyi di tengah hutan tempat mereka terjatuh di dalam gua.
Devon memejamkan mata, tapi tidurnya tak nyenyak. Setiap tarikan napas terasa seperti pisau mengiris dagingnya.
Ava memperhatikan pria itu. Wajahnya yang keras, bekas luka di beberapa bagian wajahnya, tak menghapus jejak ketampanannya sama sekali.
Ava menelan salivanya dan memalingkan wajahnya. Dia mengutuk dirinya—bisa-bisanya dia memikirkan hal itu.
"Kau yang memimpin operasi penangkapan ini?" tanya Ava tiba-tiba, suaranya hampir berbisik.
Devon membuka satu matanya. "Hmm … cukup lama. Tapi sepertinya ada penghianat di tubuh kepolisian hingga operasi ini bocor.”
Ava mendengus. “Penghianat ada di mana pun. Bahkan orang terdekat kita.”
“Apakah itu yang membuatmu masuk ke dalam organisasi mafia ini?”
Ava menghela napas. Borgol di pergelangannya terasa dingin. Dia mencoba mengingat bagaimana bisa terjebak dalam organisasi kejam itu.
“Kakakku. Dia adalah salah satu orang kepercayaan Don Vittorio. Dia lah yang menjadi alasanku di sini.” Akhirnya Ava mengatakan hal itu pada Devon.
“Apa saja yang kau kerjakan selama menjadi dokter di organisasi itu?”
“Hanya mengambil organ orang yang baru saja mati.” Ava menghela napasnya. “Itu … sangat sulit. Tapi … aku tak punya pilihan.”
“Kau punya pilihan jika kau memakai logikamu. Mereka pasti mengancammu menggunakan kakakmu. Itu trik lama, dan kau seharusnya—“
“Bicara itu sangat mudah, karena kau tak mengalaminya sendiri,” potong Ava.
Devon menatap Ava dan terpaku sejenak. “Ya, mungkin saja.”
Lalu situasi kembali hening, hingga akhirnya mereka berdua tertidur karena kelelahan.
*
*
Saat matahari pagi sedikit memasuki gua dari lubang di atas, Devon terbangun oleh sentakan kecil di pergelangannya.
Ava sedang mencoba melepaskan borgol dengan sepotong kawat kecil yang entah dari mana dia dapatkan.
"Kau serius?" Devon mengangkat alis, sama sekali tak terkesan. “Kau dokter, bukan spesialis pembobol kunci.”
Ava berhenti, sedikit berdecak kesal. "Aku tidak mau terjebak bersamamu selamanya di sini. Bagaimana jika tak ada yang menemukan kita?”
Devon mendesah, lalu dengan gerakan cepat, dia menarik tangan Ava mendekat. Wanita itu terkejut, hampir kehilangan keseimbangan, namun tubuhnya tetap jatuh ke atas tubuh Devon.
"Jangan coba kabur dariku. Aku mungkin masih bisa bernegosiasi denganmu. Dan kita pasti bisa keluar dari sini," bisik Devon.
Ava menatap tajam mata Devon. “Negosiasi? Untuk apa?”
“Aku akan mengeluarkanmu dari sini. Dan mungkin kau bisa membantuku untuk bertemu Don Vittorio melalui kakakmu. Dia seperti belut, sulit ditangkap.”
"Lalu, apa imbalanku? Lepas dari segala tuntutan hukum?" tanyanya akhirnya.
“Setidaknya hukumanmu bisa dikurangi dan mungkin kau bahkan bisa bebas dari segala tuntutan karena kau diancam oleh Don Vittorio.”
“Oke, aku menerima tawaranmu,” jawab Ava tanpa berpikir panjang.
“Pilihan yang bagus.” Devon akhirnya melepas borgol itu dengan kunci kecil dari saku lain.
masih penasaran siapa yg membocorkan operasi Devon di markas Don Vittorio dulu ya 🤔🤔