Carmila harus menghadapi kenyataan pahit: suaminya membawa selingkuhan ke rumah, yang tak lain adalah sahabatnya sendiri. Pengkhianatan dari dua orang terdekatnya ini menghancurkan hati Carmila yang selama ini telah berjuang menjadi istri dan nyonya istana yang sempurna.
Dalam keterpurukannya, Carmila bertemu dengan Pangeran Kedua Kekaisaran, dan tanpa ragu mengajukan sebuah hubungan kontrak dengannya.
Apakah Pangeran Kedua itu akan menerima tawarannya, atau menolak secara dingin? Keputusannya akan menentukan arah permainan balas dendam Carmila, sekaligus membuka pintu pada skandal dan intrik yang tak terduga.
Revisi berjalan yaa!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon flowy_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjanjian
Cahaya lampu kristal yang lembut menerangi ruang tamu istana yang sunyi. Di tengah ruangan, Pangeran Kedua Kerajaan, Alistair Moretti, duduk dengan kaki disilangkan di sofa. Tatapannya tajam dan dingin, tapi pesonanya tetap sulit diabaikan.
Ekspresinya saat ini tampak tenang, namun ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Ia sedang menatap secarik kertas kecil yang terselip di antara jari-jarinya. "Terima kasih untuk malam yang tak terduga ini. Anggap saja kita tidak pernah bertemu." Begitu isi catatan yang ia temukan di meja.
Saat ia membuka mata, wanita itu telah menghilang.
Ia menarik napas pelan, sudut bibirnya terangkat tipis membentuk senyum samar, "Menarik sekali." gumamnya
Semua kekacauan ini bermula dari Bar Le Voile semalam.
Ia memang sering mengunjungi tempat itu sendirian, memanfaatkan sudut ruangan untuk menangkap percakapan penting dan memahami isu-isu yang tengah ramai diperbincangkan di kalangan sosialita.
Tapi malam itu terasa berbeda. Saat ia tenggelam dalam pengamatannya, tiba-tiba sebuah suara memecah kesunyian, "Anda terlihat tampan... bahkan dari balik topeng."
Ia menoleh, tapi sebelum sempat menjawab, tangan yang kuat menariknya menjauh dari tempatnya berdiri. Dalam sekejap, ia berada di hadapan seorang wanita misterius.
Topeng kelinci putih menutupi sebagian wajahnya, tapi matanya merah dan pandangannya goyah—jelas karena mabuk.
Andai saja semuanya berhenti di situ...
Alistair menghela napas pelan, ia berusaha menenangkan pikirannya saat mengingat hal yang terjadi di malam itu.
Saat pikirannya mulai melayang jauh, suara seseorang memecah lamunannya. “Yang Mulia, Duchess Carmila meminta audiensi,” lapor seorang dayang dengan suara hati-hati.
"Biarkan dia masuk," ucapnya tanpa banyak bicara.
Begitu pintu terbuka, seorang wanita melangkah masuk dengan anggun. Pandangannya menyapu ruangan, dan saat matanya bertemu dengan Alistair, ia segera menunduk.
“Selamat datang, Nona Kelinci Le Voile.”
Begitu mendengar sebutan itu, Carmila langsung menoleh panik. Ia melirik ke sekeliling, memastikan tidak ada pelayan yang mendengar .
Alistair menatapnya lekat-lekat, lalu menghela napas pelan. Ia juga memberi perintah agar semua pelayan meninggalkan ruangan.
“Kalian semua, silakan keluar.”
“Baik, Yang Mulia.”
Para pelayan menunduk dan segera meninggalkan ruangan. Begitu pintu tertutup, suasana menjadi hening.
Alistair kemudian mengambil secarik kertas, lalu meletakkannya di depan Carmila dengan gerakan santai tapi penuh tekanan.
Di atas meja tergeletak surat yang sempat ia tinggalkan sebelum kabur dari hotel.
“Jadi, kau pikir masalah semalam selesai hanya dengan menulis kalimat ini?”
“Saya minta maaf, Yang Mulia. Saya hanya berpikir, Anda akan merasa tidak nyaman jika bangun dan melihat saya masih di sana,” ucap Carmila pelan.
Dalam hati, ia menyesali perbuatannya. Ia mengira Alistair tidak akan mengingat kejadian semalam.
"Kalau ada yang bisa saya lakukan untuk membereskan kekacauan ini, saya akan melakukannya."
Jujur, Carmila sendiri merasa ragu dengan ucapannya, apakah ia benar-benar bisa membereskan semuanya.
Sementara itu, Alistair menatapnya lekat. "Kau tahu reputasiku di Kekaisaran soal kehormatan. Bagaimana aku bisa percaya kau akan merahasiakan kejadian malam itu?"
"Saya tidak akan berani. Lagi pula, jika hal itu tersebar, itu juga akan merugikan reputasi saya," tegas Carmila.
"..."
"Jika perlu, Saya bisa menulis surat perjanjian. Apakah Yang Mulia ingin saya menuliskannya sekarang?"
“Ya.” ucapnya singkat
Alistair mengambil pena dan kertas, lalu melemparkannya di depan Carmila. “Tulis.”
Dalam hati, Carmila menahan rasa kesalnya. Meski begitu, ia tetap menulis sesuai perintah.
Sebenarnya, ia sudah cukup pusing dengan urusan Valerian dan Seraphina. Yang di inginkannya sekarang hanyalah menyelesaikan masalah dengan Pangeran Kedua itu, dan segera kembali ke kediamannya.
Carmila menulis kata demi kata di atas kertas. Isi Surat perjanjian itu sederhana: ia akan menerima hukuman setimpal jika membocorkan kejadian semalam kepada pihak luar. Baginya, isi surat itu tidak terlalu penting, ia memang tidak berniat menyebarkan apa pun.
Beberapa saat kemudian, Carmila menutup pena dan menyerahkan kertas itu.
“Ini surat perjanjiannya,” ucapnya pelan.
Alistair mengambil surat itu dan membacanya dengan teliti, setelah itu ia mengangguk puas.
Begitu perjanjian selesai, keheningan langsung menyelimuti ruangan. Carmila merasa risih. Selama ini, ia bahkan belum pernah berbicara serius dengan pria itu, apalagi setelah kejadian semalam.
Namun, di hadapan Pangeran Kedua yang dingin itu, ia tidak punya nyali untuk menanyakan hal paling memalukan tersebut.
Alistair menatapnya tenang, lalu berkata, “Aku ingin bertanya sesuatu padamu.”
"Tentang apa?" ucap Carmila menahan kegugupannya
"Semalam kau bilang suamimu berselingkuh dengan sahabatmu? Apa itu benar?"
"Apa? Itu tidak benar...!"
Carmila ingin menyangkal, tapi bayangan dirinya menangis sambil menenggelamkan wajah di bahu Alistair semalam terlalu jelas untuk di abaikan.
Ia tak punya pilihan selain menceritakan semuanya. Untungnya, ia sudah membuat perjanjian tertulis, jadi tak ada lagi yang perlu di takutkan.
“Ya… itu memang benar. Aku memergoki suamiku selingkuh… dengan sahabatku sendiri. Awalnya aku pergi ke Le Voile hanya untuk melampiaskan sakit hatiku, tapi aku tidak menyangka hal ini akan terjadi,” ucap Carmila pelan.
......................
Setelah menceritakan hal itu, Carmila merasa pembicaraan pribadi ini sudah cukup. Namun, di tengah niatnya untuk mengakhiri pertemuan itu, sebuah ide brilian tiba-tiba melintas di benaknya, untuk menghancurkan Valerian dan Seraphina.
Carmila menatapnya sejenak sebelum melemparkan pertanyaan, “Yang Mulia… bolehkah aku bertanya, apakah Anda tertarik pada… hubungan kontrak?”