Bagi Nadin, bekerja di perusahaan besar itu impian. Sampai dia sadar, bosnya ternyata anak tetangga sendiri! Marvin Alexander, dingin, perfeksionis, dan dulu sering jadi korban keisengannya.
Suatu hari tumpahan kopi bikin seluruh kantor geger, dan sejak itu hubungan mereka beku. Eh, belum selesai drama kantor, orang tua malah menjodohkan mereka berdua!
Nadin mau nolak, tapi gimana kalau ternyata bos jutek itu diam-diam suka sama dia?
Pernikahan rahasia, cemburu di tempat kerja, dan tetangga yang hobi ikut campur,
siapa sangka cinta bisa sechaotic ini.
Yuk, simak kisah mereka di sini!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. kamar suami
Malam itu, rumah keluarga Alexander tampak begitu tenang, tapi jantung Nadin berdetak tidak karuan. Begitu melangkah masuk ke kamar yang katanya kamar suami, mulutnya langsung terbuka lebar.
“Gila ... ini kamar cowok?” katanya pelan sambil menatap sekeliling. “Kok bersihnya ngalahin hotel bintang lima.”
Kamar itu luas, dengan ranjang king-size berseprai abu muda, lemari kaca besar, rak buku berjejer rapi, dan aroma segar khas parfum kayu yang menenangkan. Di atas meja kerja, ada beberapa dokumen tertata simetris, bahkan bolpoinnya pun sejajar.
“Tuhan, ini pasti OCD level CEO,” gumam Nadin sambil mengintip isi lemari.
Di sana sudah tersusun beberapa pakaian miliknya, dress, cardigan, sampai piyama kesukaannya yang bergambar alpukat senyum. Semua dilipat rapi, seperti ada peri rumah tangga yang bekerja lembur.
“Ini pasti kerjaan Bu Araya,” gumam Nadin pelan. “Mama mertua paling siap menyambut menantu, meskipun menantunya belum siap.”
Matanya kemudian berhenti pada satu sudut kamar meja kecil dengan pigura foto-foto masa kecil. Ada foto dirinya, kecil, berambut dua kuncir, sedang memegang es krim berdiri di samping Marvin kecil yang cemberut karena es krimnya jatuh.
“Astaga ... dia masih simpan ini?” Nadin memegang pigura itu, matanya melembut. “Dia beneran nostalgia ya, bukan cuma naksir sayur kebun Bapak.”
Tepat saat itu, suara pintu terbuka pelan. Marvin muncul dengan kemeja kasual biru gelap, wajahnya tenang seperti biasa.
“Kamu bisa mandi duluan. Aku mau ke bawah sebentar, Papa manggil.”
Nadin menoleh cepat. “Mandi? Oh ... iya, iya. Tapi, eh ... sabunnya ... handuknya ... aku nggak tahu letaknya.”
Marvin mendekat, membuka salah satu laci di dekat kamar mandi. Semua sudah disiapkan rapi, handuk baru, sabun cair, bahkan sikat gigi baru masih terbungkus plastik.
“Sudah aku siapin. Dan, jangan takut, air panasnya berfungsi,” katanya datar.
Nadin mengerjap. “Kamu serius nyiapin semua ini?”
“Aku suka rapi. Dan aku tahu kamu bakal ribut kalau barangmu berantakan.”
“Wah, suami teladan banget, ya,” sindir Nadin sambil tersenyum geli.
Marvin hanya mengangkat alis. “Lebih baik aku teladan daripada jadi korban semprotan bar-bar istri sendiri.”
“Hey! Aku nggak bar-bar, aku cuma ... ekspresif!”
Marvin tersenyum tipis, lalu melangkah ke arah pintu. “Cepat mandi, nanti keburu ngantuk.”
Begitu pintu tertutup, Nadin langsung berteriak pelan sambil menepuk pipinya sendiri.
“Astaga, Nadin ... kamu barusan dipanggil istri di rumah suamimu ... beneran hidup ini kayak drama China!”
Ia menggeleng sambil tertawa kecil, lalu masuk ke kamar mandi. Benar saja, bahkan kamar mandinya pun tampak seperti iklan pembersih lantai, kinclong, harum, dan serba teratur.
“Kalau begini caranya, aku takut aku yang bikin berantakan terus diusir dari kamar.”
Sementara itu di lantai bawah, Marvin duduk bersama Tuan Alexander di ruang tamu. Sang ayah tampak tersenyum puas melihat wajah tenang anaknya.
“Akhirnya, rumah ini ada tawa perempuan juga,” ujar Tuan Alexander. “Papa senang kamu bawa Nadin ke sini.”
Marvin mengangguk kecil. “Dia ... agak berisik, Pa.”
“Berisik itu bagus,” jawab sang ayah santai. “Rumah ini terlalu sepi sejak Mama jarang di rumah. Nadin bikin suasana hidup.”
Marvin hanya tersenyum samar. Tapi dalam hatinya, ia tahu sang ayah benar. Ada sesuatu tentang Nadin kebar-bar-annya, suaranya yang keras, caranya mengomel karena hal sepele, yang justru membuat rumah ini terasa hangat.
Ketika ia kembali ke kamar, Nadin sudah selesai mandi. Ia keluar dengan rambut setengah basah, mengenakan piyama alpukat itu terlalu kontras di kamar yang maskulin.
Marvin berhenti di ambang pintu, memandang sebentar lalu berkata datar,
“Piyama itu ... sangat mencolok.”
Nadin mendengus. “Ya maaf, aku nggak punya piyama yang lain. Lagian alpukat itu menenangkan, tau!”
“Kelihatannya lebih mengganggu dari menenangkan.”
“Senyum alpukatnya aja lebih hangat dari kamu.”
Marvin menatapnya lama, lalu tiba-tiba tersenyum tipis.
“Mungkin kamu benar.”
Dan entah kenapa, senyum sekecil itu membuat pipi Nadin panas lagi. Ia buru-buru naik ke ranjang dan menarik selimut.
“Udah ah, aku duluan tidur. Jangan macam-macam ya, Tuan CEO.”
“Tenang aja. Aku terlalu sibuk buat macem-macem,” jawab Marvin santai sambil mengambil laptopnya.
Tapi begitu lampu redup, Nadin sempat menatap sekeliling kamar besar, sepi, tapi terasa aman. Dan dalam hati kecilnya, ia tersenyum.
“Oke, kalau semua cowok sebersih ini ... mungkin aku bisa tahan tinggal di sini.”
Sementara itu Marvin menatapnya sekilas dari meja kerja.
“Kamu lupa matiin lampu baca.”
Begitu Marvin mematikan lampu kamar, suasana mendadak hening. Gelap yang seharusnya menenangkan justru berubah jadi panik kecil di dalam kepala Nadin. Dalam hitungan detik,
“Aah!!” teriak Nadin mendadak. Marvin yang baru saja menaruh ponselnya di meja samping ranjang sontak meloncat hampir setengah meter.
“Astaga Nadin! Kamu kenapa sih?!”
Dari balik selimut, hanya terlihat dua mata Nadin yang menyembul seperti hamster ketakutan.
“A-aku belum siap!” katanya cepat.
Marvin mengerutkan dahi. “Belum siap apaan?”
“Ya itu ... itu!” Nadin menunjuk ke arah ranjang dengan gerakan tangan dramatis, lalu menunduk malu.
“Aku belum siap buat … hal-hal malam pengantin gitu.”
Butuh dua detik sebelum otak Marvin nyambung. Begitu nyambung, ia menatap Nadin lama, lalu tertawa. Tertawa keras, sampai perutnya sakit.
“Jadi kamu pikir aku bakal langsung nyerang kamu gitu?” katanya di sela tawa, memegangi perut.
“Ya siapa tahu! Kamu cowok, kan!” serang Nadin, mukanya sudah merah padam. “Dan kita … ya, suami istri, walaupun masih malu-malu, tapi tetap aja ... aku takut!”
Marvin menatap Nadin, menahan senyum nakal yang mulai merayap di sudut bibirnya. Ia bersandar santai di sisi ranjang, menatap gadis itu dengan tatapan menggoda khas CEO berwajah dingin tapi hatinya chaos total.
“Nadin,” katanya pelan, nada suaranya turun setengah oktaf, membuat jantung Nadin berdetak lebih cepat. “Kalau kamu belum siap...”
Nadin meneguk ludah, menatapnya gugup. “Iya?”
“Aku bakal maksa.”
“Hah?!”
Marvin tak bisa menahan diri lagi, ia tertawa sampai harus menepuk lututnya sendiri. “Kamu harus lihat wajah kamu sekarang! Serius banget! Kayak aku ini predator!”
“Dasar gila!” Nadin melempar bantal ke arah Marvin. “Aku kira kamu beneran mau...”
“Mau apaan?” potong Marvin dengan nada geli, masih sambil tertawa. “Mau nyium kamu kayak waktu di basement kantor?”
“Marvin!” pekik Nadin sambil menutupi wajah dengan bantal. “Itu kan kecelakaan!”
“Hmm…” Marvin pura-pura berpikir, lalu menyandarkan kepala ke dinding. “Kalau kecelakaan bisa bikin aku kepikiran semalaman, berarti aku butuh banyak kecelakaan lagi, Nad.”
“Ngawur!” Nadin menggerutu dari balik bantal. “Kamu ini CEO atau komedian?”
“CEO yang kebetulan jenius dalam bikin istri malu-malunya deg-degan,” sahut Marvin enteng.
Keduanya pun saling pandang di tengah cahaya redup dari lampu tidur. Ada sesuatu yang aneh di antara mereka, sesuatu yang belum sempat diakui, tapi cukup kuat untuk membuat ruangan itu terasa terlalu kecil.
rasanya pengen tak getok aja tuh kepalanya Anita biar gegar otak sekalian . jadi orang kok murahan banget mau merebut suami orang .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
sampai bacanya gemes tolong pelakor di hempaskan biyar kapok dan kena karmanya....
heeee lanjut Thor semangat 💪
tapi ingat aja Anita.... kamu gak akan menang melawan wanita bar-bar seperti Nadin Alexander .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
dan ternyata drama ibu hamil masih berlanjut terus . bukan Nadin yang hamil yang bikin heboh , tapi Marvin suaminya malah sekarang ditambah mertuanya .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
tapi pantes aja sih kelakuan Anita kayak gitu , orang ajaran dan didikan ibunya juga gak bener .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
apalagi sekarang Nadin lagi hamil makin sayang dan cinta mereka makin tumbuh lebih besar .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
selamat ya Nadin dan Marvin , semoga kehamilannya berjalan lancar hingga lahiran nanti .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍