NovelToon NovelToon
Asmaraloka

Asmaraloka

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Reinkarnasi / Time Travel / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Naik Kelas
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: ryuuka20

Ketika Romeo dan Tina mengunjungi sebuah museum desa terpencil, mereka tidak pernah menyangka bahwa patung kuno sepasang Dewa Dewi Asmara akan membawa mereka ke dunia lain—Asmaraloka, alam para dewa yang penuh kemegahan sekaligus misteri. Di dunia ini, mereka bukan lagi manusia biasa, tapi reinkarnasi dari Dewa Kamanjaya dan Dewi Kamaratih—penguasa cinta dan perasaan.
Terseret dalam misi memulihkan keseimbangan cinta yang terkoyak akibat perang para dewa dan iblis, Romeo dan Tina harus menghadapi perasaan yang selama ini mereka abaikan. Namun ketika cinta masa lalu dan masa kini bertabrakan, apakah mereka akan tetap memilih satu sama lain?
Setelah menyadari kisah cinta mereka yang akan berpisah, Sebagai Kamanjaya dan Kamaratih mereka memilih hidup di dunia fana dan kembali menjadi anak remaja untuk menjalani kisah yang terpisahkan.
Asmaraloka adalah kisah epik tentang cinta yang melintasi alam dan waktu—sebuah petualangan magis yang menggugah hati dan menyentuh jiwa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ryuuka20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10. MISI PERTAMA

Pagi itu, cahaya pertama menembus jendela istana Asmaraloka. Sinar lembut keemasan perlahan menyentuh permata merah muda yang terletak di altar suci — Manik Asmara.

Dalam sekejap, manik itu mulai berpendar. Kilauannya makin terang, memancar seperti detak jantung yang hidup kembali. Aura cinta dan kehangatan memenuhi seluruh istana, membuat pelayan-pelayan dan penjaga tersentak pelan, lalu berlutut dalam hormat.

Di kamar utama, cahaya manik itu menembus jendela dan menyelimuti Romeo dan Tina.

Tina yang masih meringkuk di sofa mengerjapkan matanya karena silau. Ia bangun pelan, dan tanpa sadar memandang ke arah altar yang terlihat dari kejauhan di balik jendela besar.

Tina kaget melihat cahaya itu yang mulai memenuhi kamar mereka, Tina bangkit dari tempat tidurnya dan menghampiri Romeo yang masih terlelap.

"Rom... Romeo... liat deh," gumam Tina, ia menggoyang bahu Romeo.

Romeo yang juga mulai terbangun mengerutkan kening, "Apaan sih... lo nyenter gue apa gimana—" tapi kata-katanya terpotong saat melihat sinar terang yang memancar ke langit.

Tiba-tiba pintu kamar mereka diketuk keras.

"Yang Mulia! Manik Asmara telah bersinar! Ini pertanda mulainya tugas suci!"

Romeo langsung bangun, kini mengenakan jubah dewa yang tergantung di samping ranjang. Ia menoleh pada Tina yang masih setengah bingung.

"Na... itu tandanya kita beneran ditunjuk buat mulihin keseimbangan cinta di alam dewa. Dan kayaknya, cuma kita yang bisa."

Tina berdiri perlahan. Ia menggigit bibir bawahnya, gugup. "Lo yakin... kita bisa, Ro?"

Romeo menatapnya, untuk pertama kalinya tanpa bercanda. "Gue gak tau. Tapi kalau lo ada, gue rasa... gue bisa."

Kilauan Manik Asmara makin terang, dan seluruh langit Asmaraloka bersiap menyambut perjalanan mereka. Cinta bukan cuma soal perasaan, tapi soal keberanian untuk memperbaiki apa yang pernah rusak.

Dengan Manik Asmara yang kini bersinar di dada Romeo, mereka berdua dibimbing oleh pelayan setia menuju sebuah gerbang cahaya di tengah taman Asmaraloka. Gerbang itu berkilau, dan di sekelilingnya bermekaran bunga-bunga yang hanya tumbuh ketika cinta sejati terbangun.

"Langkahkan kaki kalian ke gerbang ini. Tempat pertama yang harus kalian datangi adalah Kuil Cinta yang Terluka," ujar pelayan itu, suaranya berat tapi tenang.

"Terus kita harus ngapain?" tanya Tina pelan.

"Di kuil itu, cinta dari pasangan suci pernah dirusak oleh pengkhianatan. Rasa sakit mereka membuat cahaya cinta di alam ini meredup. Kalian harus menyatukan kembali hati yang terbelah."

Tina dan Romeo saling pandang. Romeo mengangguk mantap, lalu menggenggam tangan Tina.

"Ayo. Kita mulai."

Begitu mereka melangkah ke dalam gerbang cahaya, dunia di sekeliling mereka berputar. Angin menerpa wajah mereka, dan dalam sekejap, mereka tiba di tempat yang berbeda—sebuah kuil tua yang megah, tapi penuh retakan.

Langit di atasnya mendung dan berwarna keabu-abuan, seperti tempat yang kehilangan harapan.

Di tengah kuil itu berdiri dua patung setengah rusak—seorang wanita dan pria yang saling membelakangi. Aura kesedihan sangat terasa.

Tiba-tiba, suara lirih terdengar dari kejauhan...

"Kenapa kau meninggalkanku?"

"Kau tak pernah percaya padaku..."

Suara itu berasal dari dua roh — pasangan suci yang telah menjadi penjaga kuil, namun terjebak dalam kenangan luka.

Tina berbisik, "Mereka… saling mencintai, tapi gak pernah benar-benar mendengarkan satu sama lain."

Romeo melangkah maju, "Gue ngerti... ini bukan tentang membuktikan siapa yang salah, tapi tentang menyembuhkan luka. Kita harus bantu mereka bicara lagi."

"Bagaimana caranya?" bisik Tina.

Romeo menoleh, senyumnya samar.

"Dengan ngelakuin apa yang paling susah buat orang yang pernah disakitin... memaafkan."

Manik Asmara di dada Romeo berkilau lebih terang.

Tina menatap kedua roh itu, lalu melangkah ke tengah altar kuil. Ia membuka suara dengan tenang,

"Kalian berdua saling mencintai, tapi kalian juga saling melukai... Kami di sini bukan buat menyalahkan. Tapi buat bantu kalian mendengar satu sama lain sekali lagi."

Suasana mulai berubah. Cahaya hangat mulai menyelimuti altar. Patung-patung itu perlahan berbalik, saling menghadap, dan suara tangis berubah menjadi bisikan rindu.

"Maafkan aku..."

"Aku juga... aku merindukanmu."

Dan ketika kedua roh itu saling memaafkan, kilauan Manik Asmara menyinari langit kuil. Warna langit berubah menjadi biru terang. Bunga bermekaran kembali, dan altar cinta mulai bersinar utuh.

Romeo dan Tina tersenyum. Satu bagian cinta telah dipulihkan. Tapi perjalanan mereka belum selesai.

"Serius gitu aja?"  bisik Romeo yang heran.

"Lebih bagus gak sih?" Tina menghela napas, tapi senyumnya sudah kembali.

Tina duduk di tepi tangga batu kuil yang baru saja kembali dipenuhi cahaya. Angin sejuk berhembus pelan, menggoyangkan rambutnya yang sedikit acak. Ia memejamkan mata, menyatukan kedua tangannya di depan dada. Dalam hatinya ia berdoa lirih.

"Ya Tuhan... baru misi pertama aja udah baper, gimana seterusnya." Ia membuka mata sebentar, melirik ke arah Romeo yang sedang ngobrol dengan pelayan setia, membahas lokasi misi berikutnya.

"Kalau makin dalam gini terus... gue takut makin gak bisa bedain antara perasaan Tina sama Kamaratih."

Ia menunduk lagi, mencoba menenangkan pikirannya yang kalut. Tapi dalam hati kecilnya, ada sesuatu yang terasa hangat. Sesuatu yang tumbuh pelan-pelan, seperti bunga di kuil yang baru saja bermekaran kembali.

Sementara itu, Romeo menoleh ke arahnya, sedikit bingung karena Tina tiba-tiba diam.

"Tina... lo kenapa, bengong gitu?" tanyanya sambil berjalan mendekat.

Tina buru-buru berdiri, "Enggak! Cuma... ya, mikir aja. Tentang kenapa bisa jadi kayak gini? Kenapa kita bisa jadi ahli cinta?"

"Yaelah, jangan mikir terlalu dalem. Masih ada misi ke dua." Romeo sambil nyengir.

Tina mendecak pelan, tapi senyumnya tipis mengembang. "Gue mau refleksi spiritual."

"Iya iya, refleksi yang banyak baper ya." Romeo terkekeh, lalu menyodorkan tangannya.

"Yaudah, Siap ke tempat kedua?" tanya Romeo, serius tapi masih heran karena semua ini terasa seperti mimpi.

"Ayo, Dewi Cinta, kita lanjut kerja." Tina menatap tangan Romeo sebentar, lalu meraihnya dengan sedikit enggan yang pura-pura.

"Kamaratih siap berangkat." ucap Tina pelan.

"Kamanjaya juga." jawab Romeo dengan senyum lebih tulus dari sebelumnya.

...****************...

Langit di atas mereka sudah bersih, tapi perjalanan baru dimulai. Mereka melangkah menuju gerbang cahaya yang berikutnya.

Di perjalanan menuju gerbang cahaya berikutnya, jalanan mereka melewati taman langit yang dipenuhi bunga warna emas dan merah muda yang perlahan memekar saat mereka berjalan di dekatnya.

Aroma harum semerbak memenuhi udara, dan langit mulai berganti warna ke senja, memantulkan cahaya hangat ke wajah mereka.

Tina berjalan pelan, sesekali menginjak kelopak yang berjatuhan. Romeo ada di sampingnya, tidak banyak bicara, tapi dari matanya jelas ia memperhatikan Tina diam-diam.

"Tadi lo ngapain bengong lama banget?" Romeo akhirnya bertanya.

Tina menghela napas, "Gue cuma... mikir. Kalau ini semua bukan mimpi, lo percaya nggak?"

"Kalau ini mimpi, kayaknya kita udah bangun waktu di museum tadi. Tapi sekarang... rasanya malah makin nyata."

Tina mengangguk pelan, lalu berhenti melangkah.

"Lo percaya cinta bisa ngerubah semuanya?"

Pertanyaan itu terdengar tiba-tiba, bahkan Tina sendiri agak kaget saat mengucapkannya.

Romeo berhenti juga. Ia menatap Tina dengan serius, sangat berbeda dari biasanya.

"Gue gak tahu jawabannya... tapi selama lo ada, gue ngerasa berani buat cari tau."

Tina membalikkan wajah, berusaha menyembunyikan rona merah yang perlahan merayap di pipinya.

"Lo tuh ya..." gumamnya pelan, tapi tidak menyelesaikan kalimatnya.

Romeo menatap taman itu sejenak, lalu berkata, "Lo inget gak waktu itu lo nyelametin gue di kolam renang sekolah?"

Tina langsung menoleh, kaget.

"Iya... gue kira lo lupa."

"Enggak. Gue gak pernah lupa. Sejak saat itu, gue tahu... lo bukan orang biasa di hidup gue."

Hening.

Hanya suara angin dan bunga yang perlahan gugur mengisi ruang antara mereka.

"Gue gak tau ini dunia dewa atau bukan, tapi gue tau... kalau kita bisa ngelewatin ini bareng, semua akan berubah." kata Romeo pelan.

Tina menatapnya lama. "Lo serius ngomong gitu?"

"Lebih serius dari waktu gue hampir tenggelam."

Dan untuk sesaat, waktu seakan berhenti. Hanya ada dua hati yang berdetak di antara senja dan langit yang terbuka menuju petualangan berikutnya.

1
sjulerjn29
" kita beneran dewa"😂
sjulerjn29: ya ampun thor suasana kerajaan tp gk ngebosenin .
thor mampir di episode baru ceritaku😊🤭
total 1 replies
HNP
semangat, jangan lupa follback.💪
iqbal nasution
semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!