Ziudith Clementine, seorang pelajar di sekolah internasional Lavante Internasional High School yang baru berusia 17 tahun meregang nyawa secara mengenaskan.
Bukan dibunuh, melainkan bunuh diri. Dia ditemukan tak bernyawa di dalam kamar asramanya.
Namun kisah Ziudith tak selesai sampai di sini.
Sebuah buku usang yang tak sengaja ditemukan Megan Alexa, teman satu kamar Ziudith berubah menjadi teror yang mengerikan dan mengungkap kenapa Ziudith memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari target The Book
"Kematian keenam dan ketujuh, sekaligus dua kejadian.." Arkana mengusap tengkuknya yang merinding.
"Ya. Dan itu terjadi besok malam." Sahut Megan.
"Sayangnya kejadian ini berada di asrama siswi perempuan. Aku tidak bisa banyak membantumu, Megan. Kali ini kau harus berusaha lebih keras jika ingin menyelamatkan siapapun yang ditargetkan The Book."
Terdengar hembusan nafas dari gadis di hadapan Arkana.
"Dari buku itu, kita bisa tahu jika Ziudith atau siapapun yang telah menulis kejadian mengerikan di sana mengatakan jika dua orang itu dulunya sering mempersulit Ziudith semasa hidup. Yang paling fatal adalah ketika mereka membakar semua buku sekolah Ziudith dari buku catatan, buku tugas, juga buku yang dipinjam dari perpustakaan. Dan mereka melakukan hal tak terpuji itu di bawah pohon beringin besar di depan sekolah." Megan memberi informasi, padahal tadi Arkana juga sudah membaca sendiri apa yang tertuang di buku.
"Bagi Ziudith yang hanya siswa dari jalur beasiswa, membeli buku mungkin seperti membeli sebatang emas. Kau tahu sendiri berapa kisaran buku-buku pelajaran di sekolah kita, semua mahal! Mahal dalam arti sebenarnya. Dan yang menyedihkan, Ziudith harus menjadi pesuruh beberapa siswa di sekolah untuk bisa mendapatkan uang agar bisa kembali membeli buku-buku yang dibakar dua orang brengsek itu! Sialan. Aku ingin tahu siapa kira-kira orang yang tega melakukan perundungan hingga begitu kejam terhadap Ziudith."
Megan memukul meja dengan telapak tangannya. Emosinya tersulut ketika membayangkan betapa sulitnya menjadi Ziudith. Gadis malang itu bahkan rela menjadi pesuruh siapa saja agar bisa mendapatkan uang. Ziudith mengerjakan tugas siswa lain dengan imbalan buku-buku bekas pun tak jadi masalah, semua Ziudith lakukan untuk bisa bertahan di Lavente. Dihina, digunjing, dikucilkan, direndahkan, dirundung, bahkan dilecehkan... Semua itu Ziudith alami tanpa bisa membalas perbuatan mereka. Dia hanya bisa diam karena jika melawan pilihannya ada dua, dikeluarkan dari sekolah atau membuat dirinya makin terjerumus masuk ke dalam lubang neraka yang dibuat para siswa Lavente untuk dirinya!
"Hmm. Aku tahu. Di dunia ini memang tidak ada yang namanya keadilan. Aku yakin, jika aku bukan lahir dari keluarga kaya.. Nasibku pasti akan sama saja seperti Ziudith."
"Lalu bagaimana caramu menemukan dua orang brengsek itu?" Lanjut Arkana meminum lemon sparkling basil lemonade pesanannya.
"Entahlah, otakku buntu. Aku sudah lelah memikirkan semua ini. Aku tidak bisa berpikir jernih, Ar." Megan meremas rambutnya. Dia terlihat sangat stress.
Arkana seperti sedang berpikir. Dia mengetuk-ngetuk meja dengan jemarinya. Mulutnya mengerucut, matanya berputar seperti sedang mencari sesuatu.
"Ah, begini saja! Bagaimana jika kau mengirimkan pesan ke semua siswi perempuan di asrama mu. Pesan itu berisi ancaman yang akan menyebarkan rekaman video ketika mereka membakar buku-buku Ziudith di bawah pohon beringin. Dan video lain yang pasti akan membuat mereka mendapat hukuman oleh pihak sekolah."
"Aku rasa sekarang bukan saja otakku yang bermasalah, tapi kau juga memiliki gangguan yang sama dengan ku. Rekaman video apa yang kau maksud? Aku tidak memiliki apapun yang bisa ku jadikan bukti untuk membuat mereka mengakui kejahatan mereka! Mengundang mu ke sini justru membuatku semakin frustasi, kau tahu!"
"Apa semua perempuan di dunia ini sama seperti mu? Selalu menilai sesuatu tanpa mendengarkan penjelasan hingga selesai terlebih dahulu? Jika iya, aku rela melajang seumur hidup ku dari pada mempercayakan sisa umurku untuk hidup bersama dengan orang-orang seperti mu."
"Kata-kata mu tidak membuatku sakit hati, Ar! Tapi, ayolah apa kau tidak bisa serius sedikit saja?" Megan menatap sinis. Arkana tentu tak gentar menghadapi tatapan tajam gadis di depannya ini.
"Begini nona Megan Alexa kekasih dari Samuel Chaiden Barnard... Pesan itu hanya ancaman. Bukan berarti kau sungguh memiliki rekaman video tentang perundungan yang mereka lakukan pada Ziudith. Tolong garis bawahi lagi jika kau tidak mengerti. Hanya untuk mengancam mereka saja agar mau keluar dan menemui mu saja. Setelah kau tahu siapa dua orang brengsek yang telah melakukan perundungan terhadap Ziudith, kau bisa menjelaskan pada mereka tentang buku ini."
Arkana memiringkan kepalanya. Ingin tahu ekspresi yang Megan berikan setelah dirinya menjelaskan detail rencana yang dia susun secara dadakan.
"Satu hal yang jadi point terpenting di sini tuan Damian Bright Arkana, aku tidak memiliki nomer telepon siswa Lavente. Tidak satupun yang aku punya, jadi bagaimana aku bisa merealisasikan rencana mu jika aku tidak memiliki nomer telepon mereka?" Balas Megan.
Arkana terkekeh sambil menunduk. Untung saja yang di depannya ini adalah kekasih temannya sendiri, jika tidak... Arkana tak akan ragu untuk memukul kepala Megan yang tampak kosong itu.
"Megan, apa kau lupa jika di sekolah kita ada yang namanya grup percakapan sekolah? Kau bisa mengirimkan informasi yang aku sampaikan tadi ke sana. Buat gertakan itu seperti nyata dengan menyelipkan foto pohon beringin di depan sekolah kita. Jika memang yang tertulis di The Book itu benar, pasti akan ada yang muncul untuk menghubungi mu. Tapi jika tidak.. Paling paling kau hanya akan menerima makian dari mereka saja."
Seketika mulut Megan membentuk huruf O. Dia tersenyum sekarang, dan kemudian mengambil ponselnya cepat. Mengetikkan pesan sesuai arahan Arkana di grup percakapan sekolah. Dia bisa bernafas lega sekarang. Lagi-lagi senyumnya muncul.
"Terimakasih Ar, ternyata kau tidak semenyebalkan seperti yang ku pikirkan."
Namun belum ada beberapa detik, senyum itu kembali menghilang dari wajah Megan. Samuel menghubunginya. Megan sengaja mengabaikan panggilan telepon dari sang kekasih. Arkana yang melihat hal itu tak ingin banyak berkomentar.
Arkana dan Megan mengakhiri pertemuan mereka setelah menghabiskan kudapan yang mereka pesan. Sambil menunggu pelaku perundungan Ziudith yang menjadi target The Book menghubunginya, Megan menghabiskan waktu dengan membaca setiap balasan chat yang dia kirimkan di grup sekolah. Benar kata Arkana, banyak yang memaki dan mengatakan jika dia freak. Megan sudah ada di dalam mobil menuju pulang ke rumah sekarang.
"Mereka ini sekolah di sekolahan elite tapi mulut mereka seperti tidak pernah mengenal pendidikan saja." Megan melempar ponselnya di jok mobil di sampingnya.
Namun tak lama, ada panggilan suara masuk ke ponselnya. Megan pikir telepon itu dari Samuel, tapi ternyata bukan! Tertera nomer yang tidak dia kenal menghubunginya untuk kedua kalinya.
"......." Megan mengangkat telepon itu tapi diam saja. Dia menunggu siapapun di seberang sana memulai obrolan lebih dulu. Lagi pula Megan tak mengenal nomer yang menghubunginya, jadi diam dan menunggu adalah pilihan yang tepat menurutnya.
"Jangan main-main! Aku tahu kau hanya orang iseng yang ingin menggertak ku saja, ya kan?" Ucap manusia di seberang sana.
Megan tersenyum. Umpan Arkana ternyata dimakan oleh targetnya.
"Bisa kita bertemu?" Megan akhirnya bersuara.
"Untuk apa? Aku saja tidak mengenalmu!"
"Kau yakin? Apa perlu aku sebarkan rekaman di mana kau dan temanmu membakar semua buku-buku Ziudith hingga gadis itu mengalami kesulitan di sekolah setelah aksi kejam yang kau lakukan? Apa kau berani menanggung akibatnya jika semua orang mengetahui kebusukan mu?"
"Sial! Siapa kau sebenarnya!! Oke, kita bertemu sekarang! Aku tidak punya waktu untuk bermain-main denganmu!"
Megan mengatakan dimana mereka harus bertemu. Tentu saja Megan kembali menghubungi Arkana agar menemaninya menemui target The Book selanjutnya, jika Megan nanti kesulitan menjelaskan atau meyakinkan mereka, ada Arkana yang dia jadikan juru bicara untuknya. Megan tidak menyadari jika kedekatannya dengan lelaki berstatus kapten basket di sekolahnya itu makin intens saja.
Kan Megan pemeran utamanya
tadinya kami menyanjung dan mengasihaninya Krn nasib tragis yg menimpanya
tapi sekarang kami membencinya karena dendam yg membabi-buta
dikira jadi saksi kejahatan itu mudah apa?
dipikir kalo kita mengadukan ke pihak berwajib juga akan bisa 'menolong' sang korban sebagaimana mestinya?
disangka kalo kita jadi saksi gak akan kena beban moral dari sonosini?
huhhhh dasar iblissss, emang udh tabiatnya berbuat sesaddddd lagi menyesadkannn😤😤😤
karna kmn pun kamu pergi, dia selalu mengikutimu
bae² kena royalti ntar🚴🏻♀️🚴🏻♀️🚴🏻♀️
Megan tidak pernah jahat kepada ziudith,tapi kenapa Megan selalu di buru oleh Ziudith???!
Apakah Megan bakal kecelakaan,smoga enggak ah.. Jangan sampe
mau diem, diteror terus.. mau nolong, ehh malah lebih horor lagi juga🤦🏻♀️