NovelToon NovelToon
Balas Dendam Celestia. Cahaya Di Kegelapan

Balas Dendam Celestia. Cahaya Di Kegelapan

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Balas Dendam / Fantasi Wanita
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Neogena Girl

"Pergi dari Kediaman ini. Kau sudah bukan lagi bagian dari Keluarga Viscount Avena!"

"Tuan Viscount, Hubungan Ayah dan Anak di antara Kita benar-benar sudah terputus seperti rambut ini." —Celestia

"Aku membantumu untuk menghilangkan hubungan yang ingin Kau putuskan itu. Sama seperti rambutmu yang sudah terbakar habis, menjadi abu dan diterbangkan oleh angin, begitulah hubungan kita. Benar-benar menghilang." —Viscount Avena

"...Selamat tinggal. Di masa depan, berhati-hatilah dengan bencana yang datang dari dendam yang kau tanam dan Kau pupuk subur di dalam diriku ini, Tuan Viscount." —Celestia

Apa yang terjadi sehingga menciptakan sosok yang menjalani kehidupan dengan kaki yang berpijak pada dendam ? Apakah balas dendam wanita itu berjalan lancar ? Atau terkendala dengan kekuatan yang ada pada dirinya? Saksikan selengkapnya, hanya di Noveltoon dengan judul "Balas Dendam Celestia. Cahaya di Kegelapan."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neogena Girl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 10

“...Isidore,” pekik Celestia dengan tubuh yang sudah berlari kencang.

Tak Tak Tak.

Brakh!!

Tubuh mungil itu tidak jadi tertelan. Sedetik sebelum mulut itu menyambar Isidore, Celestia sudah menerjang dan memeluk Isidore.

Pergerakan itu belum dapat dikatakan selamat. Celestia hanya menunda kematian yang hampir terjadi, lantaran saat ini mereka hanya berpindah tempat lantaran posisinya amat dekat dengan Monster aneh itu.

Jubah bagian penutup kepala sudah terbuka. Bukan hanya itu, Tali topeng dan beberapa helai rambut Celestia terpotong saat bersinggungan dengan tajamnya gigi taring dari monster aneh.

GRRAAAAKKKHH..!!!

Yang tidak mendapatkan mangsa langung tersulut emosi dan meraung sampai menciptakan angin yang mengibarkan rambut Putih Celestia. Saat ini, Monster aneh itu benar-benar tepat berada di hadapan Celestia.

“..Ka.. Kak Tia.. Aku takut...” Ucap Isidore yang sudah terisak dalam pelukan Celestia dengan tubuh gemetaran.

Semua mata tertuju pada Celestia dan Isidore saat ini.

Para Kesatria dan Penyihir berusaha menerbangkan jurus ke arah Monster aneh agar perhatiannya teralihkan, namun sayangnya mata merah yang penuh amarah itu sudah terkunci ke arah Celestia dan Isidore.

“...Isidore, jangan takut.” Ucap Celestia lembut sambil mengelus pundak kecil itu dengan tangan kirinya.

Monster itu sudah membuka mulut lebar-lebar dengan keyakinan dapat menelan mangsanya. Celestia menatap mata monster itu dengan tatapan menantang. Dia tidak takut sedikitpun. Kemudian, Celestia mengangkat tangan kananya ke udara dan mengalirkan kekuatan suci.

GRAAKKHH

“Hancurlah!”

SRINGGG... BOOMM!!!

Gumpalan Kekuatan Suci yang melesat dengan cepat ke arah Monster aneh itu berhasil menciptakan Cahaya yang amat terang, di susul dengan suara ledakan dari tubuh Monster aneh.

Jangkauan kekuatan Suci yang keluar dari tangan Celestia ternyata melebihi perkiraan nya. Monster-monster aneh lainnya ikut hancur. Hal yang sama terjadi pada monster-monster yang lain. Kekuatan suci Celestia menelan keberadaan semua monster disekitar.

“...”

Keheningan melanda tempat itu.

Sinar rembulan semakin menyoroti tempat mereka, seolah sedang memperjelas bahwa kekuatan barusan berasal dari Gadis dengan surai putih yang saat ini terduduk di tanah sambil memeluk Isidore.

Pikiran Celestia berjalan dengan cepat. Yang awalnya hanya ingin memanfaatkan Isidore, malah berakhir menolong anak itu secara tidak sadar. Dengan pernyataan bahwa kekuatan sucinya berada di level dua, pasti akan mendatangkan banyak sekali tanda tanya dari pihak yang lain. Sehingga tindakan yang Celestia ambil adalah ‘Pura-pura’ pingsan.

Kurangnya istirahat saat perjalanan membuat mata Celestia yang awalnya tertutup untuk pura-pura pinsan, malah terbang bebas ke alam mimpi. Semakin meyakinkan orang-orang bahwa Dia sedang pingsan.

Saat Celestia tertidur, tubuhnya tanpa sadar tidak melepaskan pelukan pada Isidore sedikitpun. Kedua orang itu tampak tertidur lelap.

Rombongan melanjutkan perjalanan usai beristirahat sejenak dan menenangkan para Pedagang yang sangat syok. Ibu dari Isidore saat ini berada di kereta barang yang sama dengan Celestia serta Isidore yang tertidur lelap.

...***...

Pagi hari

Seharusnya Celestia terlelap dalam tidur, sampai secara perlahan Dia merasa di tekan sesuatu sampai mengganggu pernafasannya.

“..Ugghh ?” Ringis nya sambil membuka kelopak Mata yang masih memberat.

“Hehehe ~”

“Hah ?!” Celestia terkejut.

Bagaimana tidak ? Saat ini Isidore masih tetap berada di dalam pelukan Celestia. Dia hanya memperbaiki posisi nya agar dapat menatap wajah Celestia dengan tatapan yang berbinar-binar.

“Ishidore—”

“Selamat Pagi, Kak Tia~” Sambut Isidore dengan senyum sumringah.

“Ughh..” Lagi, Celestia meringis kesakitan.

Tubuh Isidore langsung di angkat oleh Ricard dan membantu Celestia untuk mengubah posisi nya menjadi posisi duduk.

“Hei, Nak. Tia dalam keadaan yang kurang sehat, jadi jangan menambah rasa sakit.”

“Aku tidak menamba rasa sakit. Tangan Kak Tia yang tidak mau melepaskan Ku.”

“Bohong. Padahal pelukannya melonggar. Kau saja yang tidak ingin lepas dari nya kan ?”

“Uhhuk uhukk.”

Ibu Isidore langsung mengambil air, dan bahkan membantu Celestia untuk minum.

“Seperti nya ledakan serangan semalam sangat memberatkan tubuhnya. Untuk minum saja Dia kesusahan.” Ucap Ricard

“Aku setuju. Bahkan Dia terus meringis kesakitan dalam waktu yang cukup lama dalam tidurnya. Itulah mengapa Aku memilih untuk melaporkan hal ini pada Pemimpin rombongan ini.” Sambung Ibu Ishidore.

“Saat tiba di kediaman Marquis Bloom, Aku akan meminta dokter untuk memeriksa keadaan tubuh Tia. Berdasarkan perkataan pengguna kekuatan Suci yang lain, Tia seperti ini karena sangat takut dan mengeluarkan kekuatan yang tidak sesuai dengan tingkatan levelnya. Seperti perlindungan diri yang datang tiba-tiba.”

Ricard dan Ibu Isidore terus berdiskusi tentang keadaan tubuh Celestia. Dan yang menjadi pusat pembahasan justru tenggelam dalam keheranan.

“Yang benar saja ? Aku meringis kesakitan dalam waktu lama karena Isidore tidak turun dati tubuhku sama sekali. Kalau soal batuk, semua orang normal akan batuk saat melakukan pekerjaan berat di malam hari tanpa seteguk air dan tiba-tiba terlelap dalam tidur Sialan!” Teriak Celestia di dalam batinnya.

“Nona Tia, Terimakasih atas pertolongan Mu semalam. Jika tidak, saat ini anakku— tidak. Ku rasa Aku harus berkata jujur. Jika tidak, Tuan Muda yang Saya layani sudah tidak ada.”

“...Apa sudah di mulai ?” Batin Celestia dan lanjut bersuara “..Tunggu! Tuan Muda ? Apa maksud Mu Nyonya ?” Suara Celestia terdengar kebingungan.

“Tuan Muda merupakan anak bungsu dari Tuan Marquis Bloom. Karena kekeh ingin ikut dalam rombongan perdagangan, Tuan Muda mengajak Saya untuk menyelinap dan berpura-pura sebagai Ibu dan Anak.”

“Tidak mungkin—Tunggu. Ricard, Kau tidak kaget ? Padahal ini hal yang mengejutkan!”

“Karena Aku sudah mengetahuinya. Aku bukanlah Pemimpin kelompok biasa. Aku berasal dari Divisi yang lebih tinggi dari ini. Karena Tuan Isidore memaksa untuk ikut, mau tidak mau Aku sendiri yang harus mengawalnya.”

Percakapan selanjutnya berputar-putar pada Celestia yang terkejut. Sungguh hebat Dia dapat mempertahan kan reaksinya dalam waktu yang lama padahal sejak awal sudah berpikir sejauh ini.

...*...

...*...

...*...

...*...

...*...

Satu jam Kemudian, rombongan tiba di Kediaman Marquis Bloom.

Kedatangan rombongan langsung di arahkan ke tempat peristirahatan. Sedangkan Rombongan kecil yang terdiri dari Ricard, Rudi, Dani, Salsa sang pelayan yang berperan sebagai Ibu, Celestia dan Isidore sejak awal masuk lewat jalur lain. Jalur yang langsung dihadapkan pada Marquis dan Marchioness Bloom yang menantikan kedatangan Sang anak dengan perasaan gelisah usai mendapat laporan terkait pergerakan aneh para Monster di hutan.

“Isidore..”

“Oh, Anakku..”

Ayah dan Ibu itu memberikan pelukan yang luar biasa erat. Tak lama kemudian, datang lagi Esmeralda dengan keadaan berantakan yang di penuhi keringat sambil berteriak,

“Dasar bocah nakal!” Ungkapnya yang ikut masuk dalam pelukan.

Cukup lama Mereka memeluk Isidore. Hingga saat sudah tenang, barulah mereka berdiri tegak di hadapan Ricard dan yang lainnya.

“Tuan Marquiss Bloom dan Nyonya Marchioniss.” Ungkap mereka berlima kompak sambil menunduk hormat.

“Angkat kepala kalian,” sambung Marchioness dengan penuturan lembut. “...Salsa, tidak perlu khawatir. Kami tahu bahwa Kamu pasti kesulitan menangani sikap Isidore.” Tuturnya sambil mengelus pundak Salsa dengan lembut.

“Maaf dan Terimakasih Nyonya.” Ucap Salsa dengan linangan air mata.

“Anda gadis bertopeng yang menyelamatkan Isidore bukan ? Terimakasih. Sungguh.” Sambung Marquis Bloom dengan segala wibawa dan ketegasannya yang terdengar tulus.

“Bukan masalah besar. Itu kewajiban Saya Tuan Marquis” Celestia menunduk hormat.

“...Ricard, Rudi dan Dani. Ikuti Aku!” Ujar Maquis dengan intonasi yang berbeda.

“KITA AKAN MATI!” Pikiran yang sama terlintas dengan kompak di benak ketiga Pria itu.

...***...

...Jangan lupa like dan komen ya Guys. Neo butuh penyemangat lewat ketikan Kalian🫶 Silahkan pergi ke Chapter selanjutnya usai meninggalkan jejak Guys😌♥️...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!