NovelToon NovelToon
Theresia & Bhaskar

Theresia & Bhaskar

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Teen Angst / Diam-Diam Cinta / Keluarga / Romansa
Popularitas:504
Nilai: 5
Nama Author: Elok Dwi Anjani

Menyukai Theresia yang sering tidak dianggap dalam keluarga gadis itu, sementara Bhaskar sendiri belum melupakan masa lalunya. Pikiran Bhaskar selalu terbayang-bayang gadis di masa lalunya. Kemudian kini ia mendekati Theresia. Alasannya cukup sederhana, karena gadis itu mirip dengan cinta pertamanya di masa lalu.

"Setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya. Aku yang bodoh telah menyamakan dia dengan masa laluku yang jelas-jelas bukan masa depanku."
_Bhaskara Jasver_

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elok Dwi Anjani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pacar?

"Bhaskar!" panggil Theresia.

Laki-laki itu langsung berhenti mendadak. Ia yang berlari, tetapi Theresia yang terengah-engah. Karena gadis itu sedang takut akan Bhaskar yang menabrak seseorang di depannya.

"Kenapa?"

"Lo nggak lihat? Di depan ada orang." Theresia menunjuk Linsi yang menghalangi jalannya.

"Kan, ada jalan di sampingnya, ngapain takut?"

"Heh! Kalian main gendongan kayak bocil apa gimana? Beritanya langsung menyebar ke grup berita sekolah. Nggak tahu malu ya kalian? Cari muka apa gimana?" Linsi melirik Theresia yang menatapnya dengan tatapan tidak suka. "Lo juga, memanfaatkan Bhaskar biar terkenal?"

"Memanfaatkan? Sorry, gua nggak kayak elo," balas Theresia.

Tidak suka mendengar perdebatan antara Theresia dan Linsi, Bhaskar langsung melenggang pergi yang membuat Linsi semakin kesal karena ia ingin bersuara malah ditinggal.

"Awas aja lo." Linsi menatap kepergian Bhaskar dan Theresia yang semakin menjauh.

"Lo terbiasa sama kelakuan dia?" tanya Bhaskar.

"Nggak juga, soalnya terkadang di luar nalar juga kelakuannya."

Bhaskar menurunkan Theresia ke sebuah tempat duduk yang langsung dihampiri petugas UKS. Wanita itu menyuruh Theresia untuk meluruskan kakinya di atas kursi agar mempermudah untuk memeriksanya.

"Ini cuman terkilir kok, Bu," kata Theresia yang ketakutan karena petugas tersebut menekan-nekan pergelangan kakinya.

"Terkilir? Kalau gitu ibu ambilkan kompres es dulu, ya? Dan kamu, jaga pacarnya biar nggak terlalu sering jalan dulu karena kakinya sakit, biarin istirahat juga. Kalau ceweknya pulang sekalian anterin," kata petugas UKS yang menggoda Bhaskar dan Theresia.

"Pacar?" beo Theresia. Gadis itu melirik Bhaskar yang menatapnya. Spontan ia langsung memalingkan wajahnya.

"Jagain! Sekalian pindahin ceweknya ke tempat tidur biar istirahat," tegas petugas tersebut yang hendak pergi mengambil kompres es.

Laki-laki itu meremas tangannya sejenak sebelum mendekati Theresia kembali. "Gua gendong ya, Re?" izin Bhaskar.

Theresia hanya mengangguk dengan wajah yang enggan melihat Bhaskar. Tindakan Bhaskar untuk menggendongnya ke tempat tidur membuat Theresia terkejut, pasalnya laki-laki itu menggendong tubuh Theresia di tangannya ala bridal style.

Secara perlahan-lahan Bhaskar meletakkan Theresia ke tempat tidur dan memalingkan wajahnya kembali saat tatapan mereka bertemu lagi.

"Kenapa pada canggung gini?" tanya petugas UKS.

Wanita itu meletakkan kompres es yang dingin di pergelangan kaki Theresia dan melirik Bhaskar yang entah sedang melihat apa di sekitarnya. "Kamu tolong kompres ini, ya? Kalau esnya sudah mencair bilang ke saya, saya mau lanjut bersih-bersih UKS dulu biar nggak kesiangan."

"Baik, Bu, terima kasih."

"Terima kasih, Bu." Theresia menatap Bhaskar yang menekan-nekan kompres tersebut dengan wajah yang mengkerut. "Ngapain lo? Nggak usah ditekan-tekan, sakit malahan. Biarin aja gitu."

"Ini beneran membantu?"

"Iya, mending lo sekarang balik aja ke taman, lanjutin bersih-bersihnya. Gua bisa sendiri kok," kata Theresia yang berusaha untuk duduk.

"Lo yakin? Jalan aja masih pincang."

Theresia berdecak kesal sebelum akhirnya menyahut kompres tersebut. "Gua bisa sendiri, sekarang lo balik aja karena di sana cuman ada lima dari kelas kita."

"Oke, tapi kalau ada sesuatu lo harus telepon gua."

"Hhm.." Theresia tidak melihat ataupun melirik Bhaskar yang akan keluar, ia hanya fokus mengompres kakinya sendiri sebelum laki-laki itu pergi.

Bhaskar pun keluar melewati petugas UKS yang sedang menyapu dengan bersenandung kecil dan tubuh yang bergerak ke kanan-kiri. "Bu, saya diusir, jadi saya pamit balik lagi dan tolong jagain dia, ya?"

Petugas tersebut mengerutkan keningnya melihat kepergian Bhaskar karena kebingungan. Wanita itu langsung melepaskan earphone yang menyumpal telinganya menatap punggung Bhaskar menjauh. "Hah? Dia bilang apa barusan? Beliin jajan? Atau kabur nggak mau jagain ceweknya?"

...••••...

Jam pembelajaran tanpa Theresia di bangku sebelahnya membuat Bhaskar jenuh dan menyanggah dagunya menatap meja gadis itu yang kosong. Bukannya mendengarkan guru yang sedang menjelaskan di depan, justru ia melamun.

"Itu yang melamun, kenapa? Bosan dengan pembelajaran saya?"

Bhaskar langsung tersadar karena siswa yang duduk di bangku belakangnya menyentuh pundaknya. "Apa?" tanya Bhaskar.

"Tuh.." Siswa tersebut menunjuk guru yang bersedekap dada dengan menaikkan dagunya.

"Kamu mau menggantikan saya berbicara di depan?" tanya guru tersebut.

"Maaf, Pak," balas Bhaskar.

"Oke, berhubungan ujian juga semakin dekat, kalian harus belajar agar dapat nilai yang sempurna."

Mona tiba-tiba menaikan tangan kanannya. "Nggak ada yang sempurna di dunia ini, Pak."

Sorakan mendukung Mona membuat suasana kelas menjadi ramai. Lantas, guru tersebut tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Iya, tidak ada yang sempurna menurut kamu, tapi bagi saya ada yang paling sempurna di dunia ini."

"Apa, Pak?" tanya Mona.

"Istri saya."

"CIEEE....." Suara sorakan kini bercampur dengan suara gelak tawa. "Cie, yang pengantin baru..."

"Sudah-sudah, karena waktu saya masih banyak juga di sini. Saya berikan soal mengenai pembahasan kita tadi, ya?"

Kini suara ramai tersebut seakan-akan lenyap dan bergantian dengan suara helaan napas pasrah disertai gebrakan meja.

Bhaskar sedari tadi hanya diam memikirkan Theresia dengan melamun. Berbeda dengan gadis yang ia pikirkan sekarang, karena Theresia justru bersantai di tempat tidur UKS dengan menonton kartun dan teh yang disiapkan di meja sebelahnya.

Setelah bell istirahat berbunyi, Bhaskar langsung berlarian menuju UKS dengan membawa roti serta air minum untuk Theresia. Ia tahu jika Theresia belum makan apa-apa sejak tadi pagi, maka dari itu nalurinya menyuruhnya untuk membawakan makanan agar dapat mengisi perut gadis tersebut.

Namun, langkahnya terhenti saat melihat Theresia dibantu berjalan dengan memeluk bahu seorang laki-laki yang tidak Bhaskar kenal. Theresia tampak datar-datar saja, sementara laki-laki di samping gadis tersebut tersenyum tipis karena Theresia tidak bisa memakai sepatunya sendiri.

"Lo duduk dulu, biar gua pakein," titah laki-laki tersebut.

"Nggak usah, gua bisa sendiri. Mending lo pergi."

"Lo ngusir gua?"

"Iya, dan makasih atas bantuannya tadi," sahut Theresia.

"Tap-" Tiba-tiba Bhaskar menarik tangan laki-laki itu yang hendak memakaikan sepatu ke Theresia dengan kasar.

"Kalau dia bilang pergi ya pergi, telinga lo kurang berfungsi?" Tampak wajah Bhaskar menahan emosinya karena melihat laki-laki lain menyentuh Theresia.

"Elo... Bhaskar ponakan kepala sekolah, kan? Cowok yang selalu dibicarain ciwi-ciwi yang nggak bermutu."

"Pergi lo," titah Bhaskar.

"Oke, jagain dia ya?" Laki-laki itu pergi setelah menepuk bahu Bhaskar.

"Tanpa lo suruh juga gua bakal jagain There!" teriak Bhaskar. Namun laki-laki itu hanya melambaikan tangannya tanpa berbalik.

Theresia yang berusaha meraih sepatunya untuk ia kenakan sebab sedikit kesusahan karena letaknya terlalu jauh. Bhaskar pun membantu gadis itu dan memakaikannya sekalian.

"Udahlah, gua bisa sendiri," ucap Theresia.

"Gua bantuin," balas Bhaskar.

Laki-laki itu tampak berhati-hati saat memasukkan kaki Theresia ke dalam sepatu, bahkan keringat juga keluar dari sisi keningnya yang membuat Theresia menahan tawanya.

"Pfftthh.. gitu aja sampai berkeringat?"

"Butuh kehati-hatian yang tinggi biar kaki lo nggak sakit. Kenapa nggak pake sandal aja? Gua cariin sekarang."

"Eh! Mau ke mana?" Theresia langsung menarik kerah baju tangan Bhaskar saat laki-laki itu hendak pergi.

"Cariin lo sandal biar kakinya nggak sakit pake sepatu."

"Nggak perlu, udah nggak terlalu sakit juga kok." Theresia berusaha berdiri dengan berpegangan dinding, namun tetap saja jalannya lambat dengan terpincang-pincang.

"Tetap aja kayak tadi pagi," kata Bhaskar.

"Tapi lo 'kan nggak tahu apa yang gua rasain, cuman lihat doang," balas Theresia.

Bhaskar memberikan kresek yang berisi roti dan air pada Theresia, lalu berjongkok memunggungi gadis itu. "Naik, lo mau ke kelas, kan?"

"Ini apa?" Theresia membuka kresek tersebut. "Buat apa?"

"Buat lo lah, buruan naik."

"Kalau gua nggak mau?"

"Pilih gua gendong di belakang atau di depan?"

Theresia langsung membulatkan matanya dan menaiki punggung Bhaskar dengan perasaan yang sama seperti tadi pagi. Bhaskar juga merasakan hal yang sama, maka dari itu keduanya sekarang hanya saling berdiam.

Nggak usah kencang-kencang kalau berdetak, kalau dia dengar gimana? Diam nggak lo, eh! Jangan, kalau diam mati nanti gua, batin Bhaskar.

Tenang-tenang... jangan sampai dia tahu jantung gua, bisa malu di tempat gua kalau gini, mana posisinya kayak gini, batin Theresia.

Keduanya diam, tapi batinnya tidak. Bahkan beberapa detik kemudian mereka menghela napas panjang secara bersamaan.

"There! Bhaskar!" Seorang gadis berlarian menghampiri keduanya dan mereka mengenal dia siapa. "Kaki lo udah sembuh?" tanya Mona.

"Udah mendingan, makasih," jawab Theresia.

"Oh, iya, lo dicariin kepala sekolah." Mona menunjuk Bhaskar.

"Gua?" Mona mengangguk.

"Gua duluan, ya? Bye."

Gadis itu kembali berlari meninggalkan Bhaskar dan Theresia yang menatap kepergiannya dengan  melonggarkan lingkar tangannya. "Turunin gua, gua masih bisa jalan sendiri. Mending lo sekarang ke ruang kepala sekolah."

"Lo nggak ingat kata petugas UKS tadi pagi? Kakinya jangan digunakan buat jalan dulu."

"Iya, tapi bukan berarti gua nggak bisa jalan sendiri kali..."

"Intinya lo ikut gua ke sana."

"Ha? Yang bener aja lo?"

Bhaskar tidak menjawab, justru laki-laki itu langsung berjalan cepat menuju ruang kepala sekolah. Tangan Theresia yang tadinya longgar langsung ia eratkan kembali dengan melihat wajah Bhaskar dari samping.

Wajah laki-laki itu berubah menjadi serius, sementara Theresia hanya bisa menyembunyikan wajahnya lagi ke tangannya saat mereka memasuki koridor sekolah. Pandangan para siswa-siswi lainnya membuat dirinya risih, apalagi akhir-akhir ini ia sangat dekat dengan Bhaskar.

"Lo tunggu di sini, gua masuk cuman bentar kok." Bhaskar menurunkan Theresia di bangku depan ruang kepala sekolah dengan perlahan.

"Iya."

Saat laki-laki itu masuk ke dalam, Theresia terus-menerus menundukkan kepalanya karena dilihat orang-orang yang melintasinya. Buah bibir mereka selalu tidak ada habis-habisnya untuk membahas dirinya serta Bhaskar.

"Dia siapanya Bhaskar? Pacarnya?"

"Pacar? Nggak mungkin lah, masa kayak dia yang dipilih?"

"Lumayan sih, tapi masih banyak cewek cantik lainnya di sini."

Theresia meremas tangannya di atas paha dengan menggigit bibir bawahnya. Ia berharap Bhaskar cepat-cepat kembali karena ia benar-benar risih dengan suara-suara yang tidak sengaja didengarnya.

...••••...

...Bersambung....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!