pernikahan yang terjadi karena kebaikan seorang laki-laki yang ingin menyelamatkan teman perempuannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kholifah NH2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
You're Still The Best
"Rin? Apa suami kamu ada dirumah?."
"Nggak ada, Om. Adrian belum pulang..."
"Om tumben nyari Adrian, ada apa, hehe."
"Begini, enaknya bertemu langsung, tapi Om katakan dulu lewat telfon, ya..."
"Om ingin berterima-kasih sama Adrian, karena dia sudah membantu keluarga kita."
"Ha? Maksudnya apa, Om?."
"Adrian sudah membayar semua hutang kita, Rin. Ke Pak Benny, Om nya."
"Om serius?."
"Ya. Tadi ada anak buah Pak Benny datang, Om kira mereka mau celakain Om lagi..."
"Tapi ternyata, mereka kasih tau kalau kita sudah bebas dari hutang itu..."
"Dan kamu tau, Adrian membayarnya dua kali lipat, Rin. Dua kali lipat."
"Itu berarti...tujuh ratus...juta?."
"Ya, kamu benar."
"Ya Tuhan, Adrian?..."
"Om, maaf. Nanti Airin telfon lagi, ya."
"Ya. Oke, oke."
Airin tercengang. Bagaimana bisa Adrian melakukan itu tanpa bicara dulu dengannya? Membuat Airin semakin tidak enak hati.
Satu jam berlalu, Adrian baru tiba dirumah. Airin ingin segera meminta penjelasan dari lelakinya itu. Namun Airin membiarkannya untuk membersihkan diri terlebih dulu.
"Adrian?." Airin menghampiri Adrian yang sedang mengeringkan rambut dengan handuknya
"Ya, Sayang?."
"Ck, nggak usah Sayang, Sayang. Biasa aja."
"Haha, kenapa? Salting ya?."
"Adrian? Aku mau ngomong serius."
"Iya, iya. Ada apa, sih?."
"Apa benar kamu bayar hutang keluarga aku ke Pak Benny?."
"Benar, dong!"
Adrian menaruh handuknya, Airin pun mengikutinya dari belakang, "Tapi kenapa?."
"Kenapa apanya, Sayang? Ada yang salah?."
"Ya, maksud aku, itu besar banget, Adrian. Kamu nggak perlu ngelakuin itu."
"Suka suka gue."
"Adrian? Serius dong."
Adrian menarik nafas panjang dan membuangnya dengan kasar, "Gue ngelakuin itu buat lo..."
"Lo nggak mau Om dan Tante lo celaka karena nggak bisa bayar hutangnya kan?."
"Iya, sih. Tapi ini sama aja ngerepotin kamu."
"It's okay. Om Benny minta dua kali lipat. Dan gue pun juga kasih dua syarat buat dia..."
"Pertama, dia harus janji nggak akan celakain atau ganggu Om dan Tante lo lagi..."
"Kedua, dia juga harus janji nggak akan ganggu istri gue lagi." Adrian tersenyum sambil mencolek dagu Airin dengan telunjuknya
"Sebenarnya kalo buat lo, syaratnya banyak..."
"Dia nggak boleh deketin lo, dia nggak boleh buntutin kemana pun lo pergi..."
"Dan yang paling penting, dia nggak boleh ngambil lo dari gue." Adrian mulai menatap Airin intens, tangannya meraih kedua tangan Airin yang terasa hangat digenggamannya
"Please, jangan protes lagi. Gue tau lo sayang sama Om dan Tante lo..."
"Lo udah anggap mereka kayak orang tua lo sendiri..."
"Dan gue cuma mau ngeliat lo tenang, gak khawatir soal mereka yang ada dirumah."
Airin terenyuh, matanya mulai berkaca-kaca, "Andai aku sanggup bayar hutang mereka, kamu nggak perlu repot-repot begini. Jujur, aku malu sama kamu."
"Hey, santai aja?." Adrian mengusap lembut pipi gembil istrinya, "Anggap lah gue keluarga lo. Dan sekarang beban itu udah nggak ada lagi. Beres, kan?."
Bulir air mata berhasil lolos ke pipinya, Airin dibuat terharu. Reflek, ia memeluk Adrian erat. Pelukan pertamanya dengan lelakinya itu. Dan pelukannya pun berbalas, Adrian tidak lupa mendaratkan kecupan dipuncak kepalanya.
"Kamu kenapa baik banget, sih?..."
"Aku nggak tau harus bilang terima kasih kayak gimana."
"Ya, lo cukup bilang, terima kasih, Sayangku."
"Eh, yang bener aja. Malu."
"Kenapa malu? Ayo bilang."
"Nggak mau, aku malu."
"Ayo bilang, Airin. Cepat."
"Iya, iya..."
"Terima kasih...Sa...yang...ku." Suara Airin terdengar pelan, wajahnya ia sembunyikan didada lelakinya itu.
"Kurang keras? Gue nggak dengar?."
"Terima kasih, Sayangku!." Ucap Airin lantang, bisa dipastikan wajahnya sudah sangat tenggelam didada bidang Adrian.
"HAHAHA..."
"Lo lucu ya kalo malu-malu gitu." Adrian tersenyum lebar, pelukannya pada Airin semakin erat.
•••
Siang itu Airin menikmati minuman kesukaannya dikantin kampus. Bukan bersama Vina, melainkan bersama Adrian. Vina mengatakan akan menyelesaikan urusannya terlebih dulu diruang dosen. Baru setelah itu ia akan menyusul.
Di kantin Airin dan Adrian tampak tertawa. Entah apa yang dibicarakan, gelak tawa mereka sesekali mengundang perhatian orang-orang yang ada disana. Padahal hanya berdua, tetapi mereka yang paling ribut dan berisik.
Adrian tersedak minuman, Airin panik dan langsung menyodorkan minuman miliknya, "Tarik nafas...buang pelan-pelan." Ucap Airin yang mencoba memberi instruksi, Adrian dengan patuh mengikutinya
"Perut gue sakit." Adrian mengeluh, lelah rasanya tertawa tiada henti
"Gue perhatiin kayaknya lo makin jago ngelawak? Kenapa nggak jadi chef aja?."
"HAHAHAHA." Keduanya tertawa lagi,
"Udah, ah. Capek." Airin kembali menyeruput minumannya sampai habis. Sedangkan Adrian memperhatikannya sambil menopang dagu
"Mau gue pesenin lagi?."
"Enggak. Udah kenyang."
"Eh, gue boleh nanya nggak?."
"Apa?."
"Lo ngerasain perbedaan nggak, before and after married?."
Adrian bertanya dengan santainya, tidak peduli dengan keadaan disekitar mereka. Sementara Airin, ia tampak panik, matanya seketika mengedarkan pandangan,
"Bisa pelan-pelan nggak? Kalo ada yang denger gimana?." Ucap Airin sedikit berbisik
"Ah, lebay."
"Ck, kamu tuh terlalu santai."
"Yaudah, jawab aja."
"Hmm, apa ya bedanya?." Airin terlihat berfikir sejenak, "Ada."
"Apa tuh?."
"Aku jadi lebih bosan."
"Bosan? Maksud lo?." Adrian terkejut, dari semula menopang dagu, kini duduknya terlihat tegak dengan tatapan tajam
"Ya, aku bosan ngeliat kamu terus, di kampus, di rumah, dari mau tidur sampe bangun tidur ngeliat kamu terus."
"Ya Tuhan, Airin." Adrian terlihat sedih, "Besok gue pake topeng deh biar lo nggak bosen."
"Hahaha. kamu lucu. Tapi boleh juga idenya..."
"Topeng badut kayaknya bagus."
"Nggak! Gue mau pake topeng monyet."
"HAHAHA."
"Hay?." Vina menyapa ketika tiba di kantin. Tidak perlu menunggu persetujuan, Vina duduk disebelah Airin, tepat dihadapan Adrian.
Airin melirik Adrian, lelakinya itu sudah kehilangan mood nya. Jelas terlihat dari raut wajahnya yang mendadak dingin tanpa eskpresi.
"Ngetawain apa sih? Kayaknya seru banget." Vina membuat obrolan,
"Hehe, bukan apa-apa. Cuma ngomongin topeng monyet." Airin mencari alasan yang tidak membuat Vina curiga
"Hahaha, random banget..."
"Oh iya, Rin, kamu ingat kan lusa aku ulang tahun?."
"Ha? Iya, hampir lupa..."
"Cie, ngadain pesta, nih?." Airin terlihat antusias, meski setiap tahun Vina mengadakan pesta perayaan ulang tahunnya
"Ya, pengennya sih gitu..."
"Hmm, Adrian? Kalo aku ngadain pesta, kamu mau dateng nggak?." Vina beralih menatap Adrian yang terlihat memalingkan wajahnya
"Adrian?." Airin memanggil sambil menggoyangkan tangan laki-laki itu
"Jawab dong." Titah Airin
"Apa?." Adrian bertanya seakan tidak tahu apa-apa
"Itu, Vina nanya."
Vina pun menghela nafas panjang, "Lusa aku ultah, kalo aku ngadain pesta, kamu mau dateng nggak?."
"Oh, dateng."
"Ha! Serius kamu?."
"Iya."
Mendengar jawaban Adrian, Vina menjerit senang, karena untuk pertama kalinya Adrian akan datang di acara ulang tahunnya. Saat-saat yang ia nantikan akan tiba.
"Kamu nggak mau ngundang aku, Vin?."
"Uh, sahabatku tercinta." Vina memeluk manja Airin, "Nggak mungkin aku nggak ngundang kamu..."
"You're still the best for me."
•••
Yuk yuk jangan lupa tinggalkan jejak biar aku semangat update ♥️♥️
🧑 gak
👧aku cium y
🧑 ok
sumpah ini mereka knpa siihh 😭😭 mood bgt bacanya