warning!!
terdapat umpatan dan **** ***** bijaklah dalam berkomentar
karya ini merupakan karya asli author!
jika ada kesamaan tempat, nama dan waktu itu bukan kesengajaan!!
Aurora steffani Leandra, seorang gadis yang terpaksa menerima takdir jika dirinya telah dijual oleh sang ibu tiri demi uang, dirinya dilelang pada sebuah perkumpulan mafia dan bos besar. hingga akhirnya seorang mafia kejam bernama Liam Emiliki Kyler membelinya. bagaimana nasib Aurora??
silahkan membaca kelanjutanya berikut..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Storyku_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Dijelaskan bagaimana pun gadis itu tetap tidak percaya dengan apa yang ia katakan senyum yang tadi terpatri kini nampak hilang wajah tampan itu kembali kaku dan dingin.
Tak lama dori mendekat pada liam dan menyerahkan ponsel yang ia pegang.
"Tuan, tuan besar menghubungi" ucap dori
liam mengambil ponsel dari tangan dori
"Ada apa?!"
("kau tak perlu pergi ke roma, pulanglah ada yang ingin aku katakan dan sangat penting")
"tidak bisa, markas yang ada diroma juga sedang mengalami masalah"
("aku akan menyuruh bianca untuk mengurusnya, dan sekarang kau harus pulang tidak ada penolakkan!")
liam memutuskan panggilan sepihak, dia benar-benar muak dengan sikap diktator ayahnya. Dari ayahnya kebencian itu dimulai
sejak sang ibu memilih mengakhiri hidupnya saat tau ayah menikah lagi dengan seorang jalang.
Dan semenjak itu hatinya penuh kebencian, senyum pun hilang begitu saja ia masih ingat wajah terakhir ibunya malam itu yang memberikannya cicin bermata giok. Serta kata-kata yang seperti sebuah doa.
"kau akan menjadi laki-laki kuat, penguasa semua bisnis dan kau akan bertemu wanita baik-baik kehidupanmu akan bahagia nak, saat itu datang ibu akan tersenyum"
liam menutup kembali matanya "dori kita pulang"
"tapi kenapa tuan"
"lakukan saja dori, aku sedang tak ingin bicara lebih banyak"
"baik tuan"
Ditempat berbeda
Brixton duduk dikursi utama dalam ruangan kerja liam beberapa anak buah dan orang kepercayaannya yang ia tempatkan di mansion milik liam juga berdiri dihadapannya.
"apa dalam satu minggu ini ada yang terjadi didalam mansion??" tanyanya menatap anak buahnya
Seorang laki-laki berambut gondrong menunduk sesaat dan mulai mengatakan informasi yang ia dapat.
"tuan liam mendatangi pelelangan dan saat pulang ia membawa seorang gadis"
"apa gadis itu sudah ia usir dan dibunuh??"
"tidak tuan gadis itu masih ada disini dan sepertinya diperlakukan berbeda dari wanita lainnya. Bahkan tuan liam memberikan maid pribadi untuk gadis itu."
Brixton diam sesaat "dimana gadis itu saat ini".
"gadis itu ada dikamar tuan liam dengan maid pribadinya"
brixton menhela napas kasar "sudah aku katakan untuk tidak terjebak dengan seorang jalang
Dasar anak bodoh!!!" umpat bixton "bawa aku menemui gadis itu aku harus memberikannya pelajaran"
"baik tuan"
Brixton keluar diikuti para kaki tangannya menuju dimana aurora kini berada.
......................
"nona terimakasih makanannya sangat enak saya tak pernah makan makanan seenak itu, mulai saat ini saya akan mengabdikan hidupku untuk nona" laila menunduk singkat.
Aurora yang melihat itu tertawa kecil menurutnya laila sangat lucu. Ia tak menyangka mansion yanb gelap dan menyeramkan itu masih ada seorang yang begitu ceria.
"kau ingin mengabdikan hidupmu hanya untuk sebuah makanan?? Ayolah laila itu sangat lucu"
laila menggeleng "tidak nona, tidak hanya dengan cuma makanan, tapi nona adalah orang yang sangat baik, saya tak pernah diperlakukan dengan baik seperti nona memperlakukan saya"
Aurora terdiam sesaat, senyum ceria yang tadi nampak kini menjadi hilang. Kata-kata dari laila terasa begitu menyedihkan..ya walaupun hidupnya terbilang tak begitu menyenangkan tapi untuk soal makanan ia masih bisa makan enak hasil dari keringatnya dan dari orang yang memperlakukannya dengan kasar hanyaibu tirinya dan kakak tirinya yang merasa iri pada semua pecapaiannya.
Aurora menarik tangan Laila untuk duduk di sampingnya Iya kini menatap wajah yang tampak sendu .
"Memangnya orang-orang itu memperlakukan kamu bagaimana ??" tanya Aurora penasaran
"Bukan Tuan Liam dan Tuan Delon atau penjaga yang ada di sini . karna Di sini mereka hampir tidak pernah berinteraktif pada semua maid tapi saya diperlakukan seperti seekor hewan saat dulu berada di bawah naungan Tuan Brixton dan istrinya. Tuan Brixton baik hanya saja istrinya perlakukan saya dengan kasar" jelas laila menjelaskan.
mendengar semua penjelasan Laila Aurora menjadi penasaran "lalu kenapa kau bisa ada disini ??"
"ohh..saat itu tuan liam dan tuan dori berkunjung dimansion utama, dan saat itu juga nyonya betrix untuk menjadikan saya maid dimansion utama tuan liam awalnya nyonya betrix tidak mengizinkan. Alasannya karena orang tua saya sudah menjual saya padanya. Dia tidak mau rugi jadi tuan liam membayar semuannya dan membawa saya kesini..."
Aurora cukup terkejut mendengar semuannya padahal dimatanya liam adalah seorang mafia yang kejam tak punya hati karena sudah membelinya pada sang ibu. Aurora menepis sedikit pada rasa kagumnya.
"dan nona juga memperlakukan saya seperti seorang teman"
Aurora tersenyum "bukan hanya teman tapi aku akan menganggap kau seperti adikku sendiri"
Laila menatap aurora dengan mata yang berbinar "nona apa boleh saya memeluk nona??"
Aurora mengangguk namun karena senang, laila tanpa sengaja menyentuh luka yang ada dipunggung aurora yang belum sembuh betul.
"Awwwww" teriak aurora pelan.
Dengan cepat laila melepaskan pelukannya lalu turun dari sofa dan bersujud. Aurora yang melihat itu sontak bingung dan menarik tangan laila.
"Hei...kau kenapa???berdiri laila"
"maaf nonaa.. Saya salah" ucap laila takut
"aku tak apa-apa, kau tak usah takut...ayo berdirilah laila!"
Laila duduk kembali di samping Aurora yang memegang kedua tangannya. Aurora tersenyum dan memeluk kembali, Laila sedikit menjauhkan tubuhnya karena takut terkena luka di punggung Aurora seperti tadi. tiba-tiba saja pintu kamar itu terbuka lebar.
Aurora melepaskan pelukannya dan menatap tajam laki-laki yang berada di depan pintu. Laila yang mengenali sosok yang berdiri di depan sana lalu menundukkan kepalanya.
"Keluar" ucap Brixton diangguki kepala oleh Lili. Dengan cepat Ia pun melangkah keluar
Brixton melangkah masuk ke dalam kamar Liam, dengan sebuah tongkat besi di tangannya yang selalu menemani kemanapun ia pergi lalu ia menatap Aurora yang juga menatapnya bingung.
"Siapa namamu tanya Brixton
"Saya Aurora "
"Apa kau senang tinggal di sini dan ditemani maid dengan dilayani layaknya seorang Ratu"
Aurora menggeryitkan dahinya, "apa maksud tuan"
"jangan pura-pura bodoh gadis sepertimu ini
Sudah sangat aku kenali selain uang apa lagi yang kau incar dengan memberikan tubuhmu pada putraku"
Dengan mengumpulkan keberaniannya aurora berdiri dan mendekat pada brixton.
"anda salah tuan, saya bukan wanita seperti itu"
Brixton tertawa kencang dan melepaskan kacamatanya lalu menatap lekat pada aurora "kau itu sama saja seperti seorang jalang dan aku tak akan membiarkan putraku terjebak dengan seorang jalang"
Aurora menatap tajam hatinya sakit mendengar penuturan laki-laki yang ada dihadapannya saat ini. Entah mendapat keberanian dari mana ia melayangkan sebuah tamparan.
"jangan menghinaku!!! Aku bukan wanita jalang!!!" teriaknya
PLAKKKK
Brixton malah membalas dengan sebuah tamparan yang begitu keras.
tubuh yang masih terdapat banyak lukaa itu pun terhuyung dan sialnya kepala aurora membentur ujung meja hingga membuatnya jatuh pingsan.
Brixton menatap sesaat pada aurora lalu melangkah keluar.
"bawa dia keruangan penyekapan" ucapnya pada beberapa laki-laki anak buahnya.
"baik tuan"
Laki-laki bertubuh beras itupun mengangkat tubuh aurora yang sudah terkulai tak berdaya dengan kening yang memerah dan berdarah.
Brixton berjalan lebih dulu diikuti para anak buahnya menuju keruangan penyekapan. Laila yang sejak tadi bersembunyi dibalik almari keluar, dengan wajah panik ia mencoba menghubungi ponsel liam sialnya ponsel liam tidak aktif.
"ya tuhan nona aurora apa yang harus aku lakukan" ucap laila panik
Iya mondar-mandir memikirkan apa yang harus ia lakukan untuk masuk ke dalam ruangan yang mengerikan itu rasanya ia tak berani, tapi rasanya Ia juga tak tega dengan Nona mudanya yang kini Entah mengalami penyiksaan seperti apa.
Sementara itu di ruangan penyekapan Bridgestone dengan bertumpu pada tongkat besi yang ia pegang
"Ikat kaki dan tangannya, berani sekali dia menamparku, gadis ini harus diberi pelajaran"
Dua orang anak buah Brixton mengikat kedua tangan dan kaki Aurora pada sebuah kayu berantai besi. kepala Aurora terkulai, Iya masih tak sadarkan diri tubuhnya terkulai bertumpu pada tangan yang gini terikat hingga pergelangan tangan itu pun memerah.
"Siram wajahnya"
"Baik Tuan" laki-laki yang bernama Oskar itu pun mengambil air lalu menyiramkan pada wajah Aurora yang membuat gadis itu
Perlahan membuka matanya.
Hanya menyipit merasakan perih pada keningnya. Saat sadar kaki dan tangannya sudah terikat, Aurora nampak panik dan mencoba melepaskan ikatan itu dengan menggoyang-goyangkan tangannya namun Percuma saja rantai besi itu Tak Bergerak sedikitpun.
"Apa yang anda lakukan" tanya Aurora
"Hahaha...hahaha kau bertanya apa yang akan aku lakukan padamu gadis kecil sepertimu ini harus diberi pelajaran supaya kau bisa menjaga tanganmu itu". brixton mendekat dan mengeluarkan pisau kecil lalu menggoreskannya pada pelipis Aurora
"Aaaakkkkkkhhh" teriak Aurora nyaring ketika benda tajam Itu menggores pipinya.
Brighton menolak pada Oscar cambuk dia ucapnya
Aurora merasakan jantungnya berdetak kencang, ketakutan mulai melanda, Bagaimana tidak lukanya saja belum kering tapi harus menerima luka yang baru lagi.
Oskar mulai melayangkan sebuah pecutan pada Aurora membuat gadis cantik itu menjerit
"Aaaakkkhh" teriak Aurora air matanya mengalir deras saat cambukan demi cambukan mendarat pada kulitnya yang meninggalkan warna merah Aurora terkulai lemas rasa sakit yang ia rasakan seperti tak bisa tubuhnya tahan lagi.
Kembali Aurora jatuh pingsan lagi. Oskar pun menghentikan cambukannya Dan meletakkan ke tempatnya kembali di ruang penyekapan, dipenuhi oleh banyak alat-alat yang membuat bulu Kuduk merinding
Tanpa rasa kasihan Brixton mendekat lalu melayangkan satu tamparan pada wajah Aurora, membuat darah segar mengucur disudut bibirnya.
"biarkan dia di sini katakan pada semua maid jangan ada yang masuk ke dalam ruangan ini dan jangan ada yang memberinya makan mengadu pada Liam"
"Baik Tuan"
Bridgestone keluar diikuti oleh anak buahnya malu Mengunci pintu kembali ia melangkah menuju lift yang ada di sana menuju lantai bawah.
Layla yang mengintip dari tadi berniat untuk masuk ke dalam ruangan itu dengan langkah cepat Iya berharap tak ketahuan namun sial saat hampir dekat pengawal menghardiknya
"Hey???? Apa yang kau lakukan? "
"Maaf tuan Aku hanya ingin membersihkan ruangan itu"
"Pergi dari sini tidak ada yang boleh masuk ke dalam ruangan itu"
"Baik Tuan"
Laila melangkah cepat meninggalkan ruangan itu dan masuk kembali ke kamarnya yang sudah disediakan di dalam Mansion itu Ya kembali menghubungi Liam namun ponsel itu masih tidak aktif
"Ya Tuhan tolong Nona Aurora" pekiknya frustasi
Iya duduk mencoba mencari jalan agar Iya bisa masuk ke dalam sana dan memastikan keadaan Nona mudanya
Sementara itu di sebuah jet pribadi
Liam yang tidak mengaktifkan ponselnya kini mencoba untuk mengaktifkan kembali namun saat akan menekan tombol on Dori melangkah mendekat dan memberikan sebuah ponsel pada Liam yang ternyata sang ayah yang kembali menghubungi
"Ada apa?"
"Aku menunggumu di Mansion utama jadi saat tiba kau langsung ke Mansion"
Lian tak menjawab Ya langsung menutup panggilannya dan memberikan ponsel itu kembali pada Dori