NovelToon NovelToon
Kitab Dewa Naga

Kitab Dewa Naga

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Romansa Fantasi / Ruang Bawah Tanah dan Naga / Akademi Sihir / Ahli Bela Diri Kuno / Ilmu Kanuragan
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Mazhivers

Raka secara tak sengaja menemukan pecahan kitab dewa naga,menjadi bisikan yang hanya dipercaya oleh segelintir orang,konon kitab itu menyimpan kekuatan naga agung yang pernah menguasai langit dan bumi...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mazhivers, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 9

Zyra melancarkan serangkaian serangan sihir yang lebih dahsyat. Bola-bola api ungu membara menghantam tanah di sekitar Raka dan Maya, melelehkan batu dan membakar semak-semak. Angin kencang bertiup tanpa sebab, membawa serta debu dan kerikil yang menyakitkan. Raka dengan susah payah melindungi Maya dengan tubuhnya sambil mencoba menggunakan Kitab Dewa Naga sebagai perisai. Cahaya keemasan yang terpancar dari kitab itu tampak semakin redup, kewalahan menghadapi kegelapan sihir Zyra.

"Kau tidak bisa melawanku, bocah!" teriak Zyra dengan nada kemenangan. "Kekuatanmu hanyalah setitik cahaya yang akan segera padam di hadapan kegelapan abadi!"

Namun, Raka tidak menyerah. Ia merasakan amarah dan keputusasaan bercampur aduk di dalam dirinya, tetapi di atas segalanya, ada tekad yang kuat untuk melindungi Maya. Ia memeluk gadis itu erat, merasakan tubuhnya yang gemetar karena ketakutan.

"Kita akan baik-baik saja, Maya," bisiknya, meskipun ia sendiri tidak yakin dengan kata-katanya.

Tiba-tiba, Maya menarik tangannya dari genggaman Raka. "Tidak, Raka. Biarkan aku membantumu." Meskipun kakinya masih sakit, Maya berusaha berdiri tegak. Ia menatap Zyra dengan mata penuh keberanian.

"Kau pikir kau bisa melawanku juga, gadis kecil?" ejek Zyra. "Kau hanyalah beban bagi bocah itu."

Maya tidak menjawab, tetapi ia meraih sebuah batu besar di dekatnya dengan kedua tangannya yang gemetar. Dengan sekuat tenaga, ia mengangkat batu itu dan melemparkannya ke arah Zyra. Batu itu melesat dengan kecepatan yang mengejutkan dan mengenai Zyra tepat di bahunya.

Penyihir itu terkejut dan menggeram marah. Ia mengusap bahunya yang memerah dan menatap Maya dengan tatapan membunuh. "Kau akan membayar mahal untuk itu, gadis kecil!"

Zyra mengarahkan tongkatnya ke arah Maya, siap untuk melancarkan serangan yang lebih berbahaya. Raka dengan cepat melompat di depan Maya, melindungi gadis itu dengan tubuhnya sendiri. Ia memejamkan mata, bersiap menerima serangan itu.

Namun, serangan itu tidak pernah datang. Raka membuka matanya dan melihat Bram berdiri di antara mereka, tubuhnya menghadap Zyra. Pria itu tampak pucat dan gemetar, tetapi ada tekad yang membara di matanya.

"Jangan sentuh mereka," kata Bram dengan suara yang gemetar namun penuh keberanian. "Biarkan mereka pergi."

Zyra menatap Bram dengan tatapan jijik. "Kau benar-benar bodoh, Bram. Kau pikir bisa melawanku? Kau sudah mengkhianati tuanku sekali, jangan lakukan kesalahan yang sama lagi."

"Aku tahu apa yang benar," jawab Bram dengan suara yang lebih mantap dari sebelumnya. "Dan ini bukan jalan yang benar."

Zyra tertawa sinis. "Kau memilih jalan kematian, Bram. Selamat menikmati." Ia mengayunkan tangannya, dan kali ini energi ungu yang memancar darinya berbentuk tombak tajam yang melesat ke arah Bram.

Raka dan Maya menyaksikan dengan ngeri saat tombak energi itu menembus dada Bram. Pria itu tersentak dan jatuh berlutut, darah mengalir dari lukanya. Namun, sebelum ia jatuh sepenuhnya, ia sempat meraih kaki Zyra, membuat penyihir itu kehilangan keseimbangan.

Dalam sekejap mata, Raka mengambil kesempatan itu. Ia mengangkat Kitab Dewa Naga dan membukanya secara acak. Matanya tertuju pada sebuah gambar aneh di salah satu halaman: seekor naga yang melingkari sebuah pohon dengan cahaya yang terpancar dari daun-daunnya. Di bawah gambar itu, terukir sebuah kata dalam aksara yang tidak ia mengerti, tetapi entah bagaimana ia bisa membacanya di dalam benaknya: "Perlindungan Alam."

Tanpa ragu, Raka mengucapkan kata-kata itu dengan lantang. Seketika, cahaya keemasan dari kitab itu berubah menjadi hijau zamrud yang lembut. Cahaya itu menyebar ke sekeliling mereka, menyentuh pepohonan dan tumbuh-tumbuhan di sekitarnya. Tiba-tiba, akar-akar pohon di bawah kaki Zyra bergerak dengan cepat, melilit kakinya dan membuatnya terjatuh. Duri-duri tajam dari semak-semak di sekitarnya menjulur keluar, mencoba menjerat tubuh penyihir itu.

Zyra terkejut dan berusaha melepaskan diri, tetapi akar-akar pohon itu mencengkeramnya dengan kuat. Ia menggeram marah dan mencoba menggunakan sihirnya untuk membakar tanaman-tanaman itu, tetapi api ungu yang ia keluarkan seolah-olah ditolak oleh energi hijau yang melindungi Raka dan Maya.

"Cepat, Raka! Kita harus pergi sekarang!" teriak Maya, menarik lengan Raka.

Raka tidak perlu dikatakan dua kali. Ia meraih tangan Maya dan mereka berdua berlari menjauhi Zyra yang masih bergumul dengan tanaman-tanaman yang tiba-tiba menjadi hidup. Mereka meninggalkan Bram yang tergeletak tak bergerak di tanah, pengorbanannya memberi mereka kesempatan untuk melarikan diri.

Saat mereka berlari semakin jauh ke dalam hutan, Raka merasa kelelahan dan kebingungan. Ia tidak mengerti bagaimana ia bisa menggunakan kekuatan kitab itu, tetapi ia tahu ia harus mempelajarinya lebih lanjut. Maya berjalan tertatih-tatih di sampingnya, tetapi tekadnya untuk bertahan hidup tampak lebih kuat dari rasa sakitnya.

Mereka terus berlari hingga malam tiba, mencari tempat yang aman untuk beristirahat. Akhirnya, mereka menemukan sebuah gua kecil yang tersembunyi di balik air terjun. Mereka masuk ke dalam gua dan merebahkan diri di atas tanah yang dingin dan lembap.

Rasa sedih dan bersalah menghinggapi hati Raka saat ia memikirkan Bram. Pria itu telah mengkhianati mereka, tetapi pada akhirnya ia telah memilih untuk berbuat benar dan mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan mereka. Raka bertanya-tanya apakah ia akan pernah bisa memaafkan Bram sepenuhnya, tetapi ia tahu ia tidak akan pernah melupakan pengorbanannya.

Maya tertidur lelap di samping Raka, kelelahan setelah semua yang mereka alami. Raka tidak bisa tidur. Pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan dan kekhawatiran. Siapa sebenarnya dirinya? Mengapa Kitab Dewa Naga memilihnya? Apa yang harus ia lakukan selanjutnya?

Ia menatap kitab yang tergeletak di sampingnya. Cahaya bulan yang menembus celah-celah bebatuan gua menerangi ukiran-ukiran aneh di sampulnya. Ia merasakan ada kekuatan yang besar yang tersembunyi di dalamnya, kekuatan yang bisa menyelamatkan dunia atau menghancurkannya. Dan entah bagaimana, ia merasa ia adalah bagian dari takdir kitab itu.

Di tengah kegelapan gua, Raka berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan melakukan apa pun untuk melindungi kitab itu dan mengalahkan Kaldor. Ia akan mempelajari rahasia di dalamnya, ia akan mencari sekutu, dan ia akan menghadapi semua bahaya yang menghadang. Untuk Maya, untuk Bram, untuk semua orang yang tidak bersalah, ia akan menjadi pelindung yang selama ini tertidur di dalam dirinya. Misteri kitab itu masih belum terpecahkan, tetapi satu hal yang pasti: perjalanan mereka baru saja dimulai, dan masa depan dunia tergantung pada seorang pemuda desa dan sebuah kitab kuno yang penuh dengan kekuatan dewa naga. Cinta dan pengkhianatan akan terus mewarnai jalan mereka, tetapi harapan masih tetap ada, sekecil apa pun itu.

1
anggita
like👍iklan👆. terus berkarya tulis. moga novelnya lancar.
anggita
saran sja Thor🙏, kalau tulisan dalam satu paragraf/ alinea jangan terlalu banyak, nanti kesannya numpuk/penuh. sebaiknya jdikan dua saja.
إندر فرتما
moga bagus ini alur cerita
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!