NovelToon NovelToon
LINTASAN KEDUA

LINTASAN KEDUA

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / SPYxFAMILY / Identitas Tersembunyi / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:21.4k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Warning!
Bagi yang berjantung lemah, tidak disarankan membaca buku penuh aksi laga dan baku tembak ini.

Sejak balapan berdarah itu, dunia mulai mengenal Aylin. Bukan sekadar pembalap jalanan berbakat, tapi sebagai keturunan intel legendaris yg pernah ditakuti di dunia terang & gelap. Lelaki yg menghilang membawa rahasia besar—formula dan bukti kejahatan yg diinginkan dua dunia sekaligus. Dan kini, hanya Aylin yg bisa membuka aksesnya.

Saat identitas Aylin terkuak, hidupnya berubah. Ia jadi target. Diburu oleh mereka yg ingin menguasai atau melenyapkannya. Dan di tengah badai itu, ia hanya bisa bergantung pada satu orang—suaminya, Akay.

Namun, bagaimana jika masa lalu keluarga Akay ternyata berperan dalam hilangnya kakek Aylin? Mampukah cinta mereka bertahan saat masa lalu kelam mulai menyeret mereka ke dlm lintasan berbahaya yg sama?

Aksi penuh adrenalin, intrik dunia bawah, dan cinta yg diuji.

Bersiaplah menembus "LINTASAN KEDUA"—tempat di mana cinta & bahaya berjalan beriringan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10. Penyitaan

Luzern, Swiss – 03.17 dini hari

Hujan rintik jatuh membasahi jendela apartemen kecil itu. Di dalam, Natalie terduduk di sofa dengan wajah pucat, tangan gemetar memegangi liontin berpendar biru yang tergantung di lehernya.

"Eric," bisiknya, nyaris tak terdengar. "Aku rasa… kita seharusnya tidak mengunggah video itu."

Suaminya mendekat dari dapur, wajah tegang, masih mengenakan kaus lusuh dan celana tidur. "Komentarnya udah ribuan, Nat. Lihat ini…" Ia menunjukkan ponsel—ada email, pesan, dan notifikasi dari akun asing. Beberapa menawarkan uang, lainnya cuma kalimat ancaman yang bikin merinding.

Natalie menggeleng cepat. "Bukan cuma itu… Sejak video itu viral, aku merasa diawasi."

Suara ketukan keras membuat mereka sama-sama terlonjak.

Duk! Duk! Duk!

Mereka saling pandang. Ketukan lagi. Lebih keras.

"Aku yang buka," gumam Eric, menelan ludah.

Di balik pintu, dua pria berseragam berdiri. Satu dengan jas panjang hitam, satunya mengenakan rompi bertuliskan POLIZEI. Serius dan tanpa basa-basi.

"Ny. Natalie Hofmann?" tanya si pria jas hitam. Wajahnya kaku.

"I-ya?"

"Anda dalam bahaya. Kami perlu Anda ikut ke kantor polisi sekarang juga. Demi keselamatan Anda."

"Apa…? Apa ini tentang liontin itu?"

Polisi mengangguk. "Ada pihak-pihak dari jaringan internasional yang sedang memburu Anda. Kami baru saja menerima laporan aktivitas mencurigakan di sekitar gedung ini." Ia menunjuk ke tablet di tangannya—tampak potret CCTV, mobil tak dikenal, seseorang bersenjata yang bersembunyi di lorong parkir.

Natalie menutup mulutnya. Eric langsung merangkul bahunya. "Astaga…"

"Jika Anda tidak ikut kami sekarang, kami tidak bisa menjamin keselamatan Anda," ucap petugas satunya, tegas.

Natalie menatap liontin di lehernya. Cahaya biru itu masih menyala—tenang, namun seolah menertawakannya.

"Kenapa benda ini membuat semua orang gila?" lirihnya.

Ia belum tahu... bahwa dunia sedang berubah hanya karena satu tetes darah.

TOKYO – HOTEL MEWAH

Kanzaki membuka pintu kamar dengan langkah terukur. Di dalam, pria berkimono hitam masih duduk bersila di atas tatami, menatap layar tablet yang memantulkan cahaya kebiruan ke wajahnya.

"Pasukan kita sudah mencapai lantai sembilan saat polisi datang," lapor Kanzaki dalam bahasa Jepang, menunduk hormat. "Tapi mereka sudah lebih dulu di lokasi. Tiga menit lebih cepat dari prediksi."

Pria berkimono tetap tak bergerak. Pandangannya tajam, dingin.

“Kita terlalu lambat,” ucapnya pelan, nyaris seperti gumaman.

Ia berdiri perlahan, merapikan lipatan kimono dengan ketelitian seorang samurai sebelum perang. Layar di hadapannya masih menampilkan wajah Natalie dalam video terakhir yang sempat diunggah sebelum disita.

“Pastikan tidak ada jejak. Dan jangan biarkan kesalahan ini terulang.”

Tanpa menoleh, ia melangkah keluar, meninggalkan Kanzaki yang kembali menunduk, lebih dalam dari sebelumnya.

PARIS – GALERI RAHASIA DI BAWAH TANAH

Pencahayaan redup membuat layar laptop menjadi satu-satunya sumber cahaya. Wanita bertopi rajut memandangi notifikasi yang baru saja muncul: “Item secured by international authorities.”

Kopi kaleng di tangannya bergetar. Ia meletakkannya dengan kasar, lalu membuka folder digital “WARDHANA FILES” yang kini dipenuhi tautan video, foto liontin, dan catatan perbandingan pola.

"Liontin itu seharusnya bukan milik publik..." bisiknya. "Bukan milik siapa pun..."

Dengan panik, ia menekan tombol tersembunyi di bawah meja. Layar kecil muncul dari dinding, menampilkan peta dunia. Satu titik merah berdenyut di atas kota Bern.

ALPEN SWISS – DALAM LIMUSIN HITAM

Salju mengguyur kaca jendela. Di dalam limusin, pria tua dengan tongkat berkepala naga menyipitkan mata ke arah layar di depannya. Video Natalie dihentikan. Di sudut layar, logo Interpol berpendar.

Pengawal muda di depannya menyampaikan kabar tanpa mengangkat kepala.

“Liontin telah diamankan. Wanita itu dalam perlindungan resmi.”

Pria bertongkat hanya tersenyum. Tidak hangat, tidak puas. Lebih seperti senyum seseorang yang sudah memikirkan seribu langkah ke depan.

“Mereka pikir itu kemenangan,” gumamnya, mengetukkan tongkat sekali ke lantai mobil.

“Biarkan mereka percaya.”

ISTAMBUL – PERPUSTAKAAN TUA

Suara buku tebal ditutup membelah keheningan ruangan batu. Biarawan berjubah kusam menatap layar laptop yang kini gelap—video Natalie telah ditarik dari semua platform.

Di dinding, lukisan tua dengan warna memudar memperlihatkan liontin yang sama, tergantung di leher seorang ratu kuno dengan mata kosong.

"Cahaya biru… darah murni..." desis si biarawan. Ia menyentuh segel lilin yang baru saja ia buka. Di bawah segel itu: peta dunia dengan garis samar dan lambang yang serupa dengan liontin.

"Kita kehabisan waktu."

NEW YORK – KANTOR PUSAT BLACK NOVA

Ruang rapat telah kosong. Hanya sang CEO yang masih berdiri, menatap ke luar jendela pencakar langit. Kota di bawah seperti semut—sibuk, tak tahu bahwa dunia sedang bergeser.

Di belakangnya, layar besar menampilkan siaran berita: “Interpol dan Kepolisian Swiss mengamankan artefak kuno bercahaya. Misteri terus berlanjut.”

Ia menoleh sebentar, lalu menekan satu tombol. Dinding terbuka, memperlihatkan ruangan tersembunyi berisi peralatan tempur dan helm hitam berlogo bintang berduri.

“Biarkan mereka menjaganya,” katanya perlahan.

Ia menyeringai.

“Untuk sementara.”

LUZERN – DI DALAM MOBIL POLISI

Eric menggenggam tangan istrinya erat. Di dashboard, suara petugas berbicara lewat radio—bahasa Swiss-Jerman cepat dan penuh kode.

Layar ponsel Natalie menyala.

Video baru. Seorang pria dari Jepang meneteskan darah ke liontin. Cahaya. Pola. Peta.

"Eric…" bisik Natalie. "Itu liontin yang sama."

Muncul notifikasi lain.

Video dari Brasil. Jerman. Dubai.

Mereka semua melakukan hal yang sama: meneteskan darah ke liontin. Hasilnya? Cahaya biru, pola, dan garis peta pun muncul… tapi tak satu pun yang sama.

Natalie memalingkan wajah ke jendela, melihat pantulan wajahnya sendiri.

“Kalau semua terlihat asli… yang mana yang benar?”

Eric memeluknya erat. Mereka tak tahu—bahwa dari semua mata yang kini memerhatikan dunia, liontin itu hanyalah permulaan dari kekacauan yang jauh lebih besar.

Di belahan dunia lain, kegelisahan yang sama mulai menyebar.

"Kenapa petanya berbeda?" tanya seorang peneliti sejarah di Sydney, wajahnya pucat saat melihat layar ponsel.

Di Singapura, seorang kolektor barang antik mengernyit, membandingkan peta di liontinnya dengan gambar viral milik Natalie. "Ini tidak cocok… Tapi liontinku asli. Kupikir…"

Sementara di Amerika, seorang pria kaya yang membeli liontin dari pasar gelap menatap retak pertama di keyakinannya. "Jadi, ini duplikat?"

Keraguan tumbuh cepat. Para pemburu liontin mulai mempertanyakan segalanya. Mereka tahu hanya ada satu liontin milik Wardhana—satu-satunya yang asli.

Dan jika begitu… dari semua liontin bercahaya itu, yang mana yang asli?

Namun sebelum tanda tanya semua orang terjawab, kehebohan kembali terjadi di dunia Maya.

Tokyo, Jepang

Apartemen kecil, lampu neon dari luar memantul di jendela.

"Aku baru aja upload video liontin ini. Lima menit kemudian, dua polisi ngetuk pintu dan minta aku serahin barang itu. Gila! Aku pikir ini cuma barang antik biasa!"

Pria itu memegang kertas penyitaan sambil mengumpat dalam bahasa Jepang.

Munich, Jerman

Kafe sepi, wanita muda dengan ekspresi marah.

"Polisi datang, menyita liontin saya, bilang ini berhubungan dengan investigasi internasional. Lho? Saya cuma upload video doang, kok bisa sampai jadi buronan? Gila!"

Ia menutup video dengan menggeleng kesal.

Rio de Janeiro, Brasil

Gang sempit, wanita tua di kursi plastik.

"Kami kira itu jimat pelindung. Ternyata banyak yang nawar mahal. Tapi pagi ini, tentara bawa pergi. Katanya ini benda berbahaya. Berbahaya? Untuk siapa?"

Dubai, Uni Emirat Arab

Balkon mewah, pria muda dengan kacamata hitam.

"Orang pertama nawar liontin gue 5 juta dirham. Gue pikir rezeki nomplok. Tapi sekarang malah disita polisi. Padahal belum gue jual. Siapa yang ngatur semua ini, hah?"

Sementara itu orang-orang yang punya kedudukan pun tak luput dari polisi.

SINGAPURA

Di dalam apartemen mewah seorang kolektor antik.

"Aku tidak mencurinya! Aku menemukannya di lelang tertutup, sah!" seru pria paruh baya berkulit pucat saat dua petugas berpakaian sipil masuk tanpa banyak basa-basi.

Salah satu dari mereka menatap liontin yang tergeletak di atas meja kaca. Masih menyala redup, seperti menyimpan sisa darah.

"Mr. Lee, benda ini memancarkan pola aneh ketika bersentuhan dengan darah manusia," ujar petugas itu datar. "Pemerintah tak bisa mengabaikannya. Ini bukan urusan museum."

"Jadi... kalian akan menyitanya?"

"Resmi dan permanen. Demi keamanan nasional."

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

1
abimasta
waaauuu kereenn thor
Fadillah Ahmad
Mudah-Mudahan Bisa Lolos 80 Bab Terbaik Ya Kak Nana. 🙏🙏🙏 Aku Sangat Berharap Loh Kak. 😁😁😁 Dan Kalau Rezeki Syukur-Syukur Msnang Lomba Juga Kak Nana. Aminn.
🌠Naπa Kiarra🍁: Aamiin.🤗🙏🙏🙏
total 1 replies
Mrs.Riozelino Fernandez
tak bersisa...
Mrs.Riozelino Fernandez
o'ow... 😳😳😳😳
Puji Hastuti
Aylin and the genk /Good//Good/
asih
👍👍👍👍👍 bacanya sampi tegang
Puji Hastuti
Kerreeeennn
syisya
👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼 gak bisa berkata" lagi thor
Anonim
Akay keren juga ya punya anak buah yang siap melindungi Bos nya.
Jantung masih aman niihhh..... bacanya sambil nahan nafas wkwkwk
Lilik Aulia
seru banget semangat thor
Mrs.Riozelino Fernandez
itu ternyata 😅😅😅
Mrs.Riozelino Fernandez
😳😳😳😳😳😳
Anonim
waduuuuuhhhh peluru Akay habis jadi semakin m e n e g a ng kan
Hanima
👍👍
Linda Setyo
👍👍👍
Linda Setyo: 🤲amin...
🌠Naπa Kiarra🍁: Aku ikut prihatin, Kak. Semoga cepat pulih dan jaga kesehatan, ya!"
total 4 replies
Anonim
waaahhh Akay cara boncengnya benar-benar membahayakan jiwa ragamu ya.....
Anonim
keren nih othor....
benar-benar mencekam membaca serasa ikut menghindar dari kejaran musuh wkwkwk...dan ikut mensupport Aylin dan Akay untuk menggeber motornya semakin kencang namun tetap waspada demi formula untuk keselamatan banyak orang
Fadillah Ahmad
Sudah Aku Duga,kak Nana Lebih Hebat Membuat Cerita Mafia,ketgangannya dapat Sekali. Semangat Kak Nana...
sum mia
dag dig dug... dag dig dug ... dan tiba-tiba harus berhenti karena to be continued .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
Fadillah Ahmad
Lanjutkan Kak Nana, Ceritanya Seru Kak Nana, Semangat Kak Nana. Ayo Aylin Akay,maju Terus Pantang Mundur. Sekali Maju Jangan Pernah Menoleh Lagi Ke Belakang Aylin Akay. Selesaikan Apa Yang Telah Menjadi Keputusan Kalian. Semoga Setelah Misi Ini Dunia akan Damai Kembali. 🙏🙏🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!