Sosok gadis manja dan ceria berubah menjadi gadis yang bersikap sangat dingin saat ayah yang begitu dia sayangi menyakiti hati ibunda tercinta. Ara menjadi gadis yang dewasa, bertanggung jawab pada keluarga dan sangat menyayangi keluarganya. Itu sebabnya Ara berusaha melakukan apapun untuk membahagiakan ibu dan kedua adiknya, termasuk menjadi wanita simpanan dari seorang bule tajir.
Seorang Bule yang Ara sendiri tidak tahu siapa namanya, karena yang Ara tahu hanya nama panggilan pria itu, yaitu Al.
"Jangan tanya namaku! Dan jangan mencoba mencari tahu siapa aku! Hubungan antara kita hanya sebatas ranjang, selebihnya aku tidak mengenalmu dan kau tidak mengenalku."
Ucapan bule tajir itu saat dulu membuat kesepakatan dengan Ara, menjadi hal yang selalu Ara ingat untuk membentengi hatinya.
Bagaimana kelanjutan kisah Ara?
Masukan buku ini ke rak baca kalian, ikuti ceritanya dan dukung selalu authornya. Terima kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Fi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bule 10
"Kak, Ara. Bunda tanya, siapa Al? Apa benar dia pacar Kakak?"
Khansa yang melihat Ara terdiam dengan wajah yang terlihat bingung semakin penasaran dan tak sabaran menunggu jawaban Ara. Khansa menepuk pelan lengan Ara.
Seketika itu juga Ara berusaha untuk tenang dan menjelaskan dengan teknik mengarang, berharap ibu dan kedua adiknya akan percaya dengan jawabannya. "Dia Alea, aku memanggilnya dengan nama pendek. Ya sudah, Bun, aku pamit."
"Kakak bohong!" Teriak Khansa, tetapi Ara tidak berniat menanggapinya.
"Ara!" panggilan dari Diana membuat Ara mau tidak mau berbalik.
'Tolong, Bunda. Jangan bertanya tentang itu," ucap Ara dalam hati.
"Kamu belum makan," ucap Diana membuat Ara tersenyum lega mendengarnya.
"Nanti saja bersama Alea, Bun. Kami akan bertemu, aku pamit ya Bunda!" Ara kembali mendekat, mengecup pipi Diana, mengusap rambut kedua adiknya, lalu bergegas pergi.
"Hmmm, Alea?" tanya Diana dalam hati. Siapa Alea? Dia belum pernah mengenal nama itu.
***
Langit mulai gelap, jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Sebentar lagi Ara akan sampai di tempat tujuannya yaitu, apartemen.
Apartemen itu merupakan tempat bertemunya Ara dengan pria bernama, Al. Bisa dibilang rumah persembunyian mereka berdua.
Ara senang bukan kepalang, meski dalam hati ada rasa bersalah yang teramat dalam, menyelimuti rongga-rongga pikiran, karena dia sadar betul, ini bukan sesuatu yang baik. Namun tak Ara pungkiri jika dia menyayangi Al, bule tampan dan nyaris sempurna di mata wanita itu berhasil membuat Ara mabuk kepayang.
Al sangat sesuai dengan kriteria pria yang Ara suka. Tubuhnya tinggi, proporsional, dan ideal layaknya model-model Hollywood. Tatapan matanya tajam dan suaranya berat, menambah kesan dia sangatlah gagah, dan itu sangat Ara suka.
Ara menyayangi Al layaknya seorang istri menyayangi suami. Di apartemen itu, keduanya memang berhubungan layaknya suami istri, dekat, mesra, berbagi cinta, dan berbagi kehangatan. Namun, di luar apartemen, keduanya seolah tak saling mengenal satu sama lain.
Itu merupakan perjanjian yang diputuskan oleh keduanya sebelum mereka benar-benar menjalin hubungan terlarang ini. Al meminta kepada Ara supaya pura-pura tidak mengenalnya. Mereka hanya berurusan di apartemen saja, lebih tepatnya di ranjang, saling memuaskan satu sama lain hingga melupakan ancaman Tuhan karena nafsu yang sulit dikendalikan.
Ara menyetujui perjanjian itu, karena dia tidak mau kehilangan Al yang benar-benar dia idamkan sejak dulu, bisa dibilang Ara terobsesi dengan Al. Dia berani melakukan apa pun, bahkan menyerahkan segalanya karena memang dia sayang kepada Al, pun dirinya membutuhkan nafkah supaya keluarganya bisa hidup berkecukupan.
Namun, dibalik itu semua. Ara tidak pernah mengungkapkan rasa cintanya, sebab Ara tahu semua itu percuma, bahkan akan berpengaruh buruk pada hubungan mereka. Sejak awal bersama, Al selalu mengingatkan Ara jika hubungan mereka hanya sebatas kebutuhan di ranjang, jangan membawa perasaan karena Al tidak akan pernah membalas perasaan Ara. Itu semua menjadi pengingat di hati Ara untuk memendam perasaan yang dia miliki untuk pria yang telah mengambil kesuciannya dan menikmatinya selama satu setengah tahun ini.
Ara tersenyum sendu ketika dirinya teringat dengan kejadian ketika dia dan Al baru memulai hubungan. Waktu itu Ara melupakan perjanjian yang sudah disepakati bersama.
Ara bertemu dengan Al di sebuah restoran tanpa janjian dan tak disengaja. Ara yang merasa rindu pada pria kesayangannya itu langsung mendekati Al dan duduk di sampingnya sembari menyapa.
Sontak Al diam membisu menatap tajam padanya dan langsung pergi dengan terburu-buru disertai mimik muka yang dingin. Ara bingung dibuatnya, apakah pria yang membeli kehormatannya ini tidak suka lagi dengan kehadirannya?
Tak hanya itu, banyak sekali pertanyaan yang muncul di benak Ara. Ara sampai overthinking setelah kejadian itu, dia malas pergi ke salon, padahal para pegawainya menunggu dia. Ara hanya bisa memandang diri di cermin, mencari-cari sisi buruk pada fisik dirinya yang membuat Al tidak suka padanya.
Tiga hari kemudian, barulah Al menghubungi Ara, Al meminta kepada Ara supaya segera pergi ke apartemen karena ada yang ingin dibicarakan.
Sampai di sana, Al benar-benar murka. Dia melampiaskan semua amarahnya. Ara menangis, Ara meminta maaf tidak akan mengulangi kesalahannya lagi. Melihat perempuan yang dia bayar meneteskan air mata disertai isakan, Al sedikit iba, dia mendekati Ara dan perlahan memeluknya.
Kembali mengingatkan Ara akan semua kesepakatan yang pernah mereka buat, jika hubungan mereka hanya sebatas ranjang, dan tidak akan ada hubungan apa pun di luar itu.