NovelToon NovelToon
RISA ARIZ

RISA ARIZ

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi Timur / Persahabatan / Harem
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: MINOTO-NOVEL

Hampir Semua orang di desa Black Sword membenci Risa Ariz. Anak yatim piatu itu dijauhi, dianggap terkutuk, dan dipercaya menyimpan makhluk kegelapan di dalam dirinya.

​Muak diperlakukan layaknya sampah, Ariz memutuskan untuk berbuat onar. Ia tidak melukai, tapi ia pastikan setiap orang di desa merasakan kehadiran dan penderitaannya: dengan menyoret tembok, mengganggu ketenangan, dan menghantui setiap sudut desa. Baginya, jika ia tidak bisa dicintai, ia harus ditakuti.

​Sampai akhirnya, rahasia di dalam dirinya mulai meronta. Kekuatan yang ditakuti itu benar-benar nyata, dan kehadirannya menarik perhatian sosok-sosok yang lebih gelap dari desa itu sendiri.

​Ariz kini harus memilih: terus menjadi pengganggu yang menyedihkan, atau menguasai kutukan itu sebelum ia menjadi monster yang diyakini semua orang.

"MINOTO NOVEL"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MINOTO-NOVEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 3. RASA TIDAK ENAK DIHATINYA, BENAR ADANYA...

Jam menunjukkan pukul tiga sore. Di dalam kamarnya yang sunyi, Ariz tertidur pulas. Tiba-tiba, perutnya mengeluarkan suara gemuruh yang keras, dan itu membuatnya terbangun seketika.

"Hah... Aku lapar sekali." Ucapnya pelan, matanya masih terasa berat.

"Aku akan masak mie lagi." Ia pun turun dari kasur yang sudah tidak lagi ia rapikan dan berjalan gontai menuju dapur.

Ia pergi ke lemarinya dan mengecek persediaan. Kabar buruk, tumpukan mi instan favoritnya—yang selalu menjadi penyelamatnya—sudah habis tak bersisa.

Hanya ada sisa remah-remah di sudut lemari. Ia pun sangat kecewa dan terpaksa harus pergi ke luar untuk membeli sejumlah mi instan.

"APA! MI INSTANKU SUDAH HABIS?! AHH, GAWAT! AKU BISA MATI KELAPARAN!"

Perkataannya memang terlalu berlebihan, tetapi rasa lapar itu terasa nyata dan menggerogoti tekadnya.

"Hah... Apa boleh buat. Aku harus pergi ke luar untuk membeli mi instan." Ariz mengenakan jaketnya yang sedikit lusuh, jaket yang selalu ia kenakan untuk menutupi sebagian wajahnya.

Ia pun siap-siap untuk keluar. Namun, saat tangannya meraih gagang pintu, ia tiba-tiba berhenti dan termenung.

Entah mengapa, perasaanku tidak enak. Rasanya akan ada masalah baru yang muncul kepadaku. Seolah nasibku tidak akan pernah memberiku kedamaian.

Ariz termenung sejenak, mengingat kejadian buruk di taman beberapa tahun lalu dan tatapan jijik dari pria pemberi uang bulanan.

"AHH, sudahlah! Tidak boleh berpikiran negatif! Jika aku terus diam sambil memegang gagang pintu ini, lama-lama, perut dan lambungku bisa berteriak minta ampun! Aku akan pergi, sekarang!"

Ariz menarik napas panjang, menguatkan hati, membuka pintu itu, dan pergi.

Langkah kaki Ariz terasa berat. Desa ini memang sangat ramai. Banyak sekali orang-orang yang sedang berjualan, pedagang kaki lima, dan banyak juga orang-orang yang sedang bermain di taman yang luas, di mana tawa dan keceriaan bertebaran di udara—sebuah pemandangan yang terasa asing baginya.

Tujuan Ariz hari ini bukan untuk bermain. Ia sekarang sedang mencari warung langganannya, yang terkenal menjual mi instan dengan harga termurah. Namun, masalah baru muncul: ketika Ariz sampai di sana, warung itu sudah tutup. Papan kayu bertuliskan 'TUTUP' tergantung lesu di gagang pintu.

"A-APA! Sudah tutup?! Bagaimana ini? Aku sudah sangat kelaparan," ucapnya, suaranya dipenuhi rasa frustrasi yang mendalam.

Kelaparan ini terasa seperti metafora atas kehidupannya; ia selalu dikejar-kejar oleh kekurangan.

"Hah... tidak ada pilihan lain. Aku harus menahan perutku yang sudah keroncongan ini. Mungkin aku bisa membeli roti saja." Ariz pergi dengan lesu, langkahnya gontai di trotoar.

Saat di perjalanan, Ariz melihat sebuah kedai mie besar yang dipenuhi oleh banyak sekali orang. Aroma kaldu panas, bawang goreng, dan irisan daging yang menggugah selera langsung menusuk hidungnya. Perutnya berteriak makin keras. Ia ingin sekali membeli makanan mewah tersebut, merasakan kehangatan yang instan itu.

Namun, ia takut.

Ariz meremas pelan amplop uang bulanan yang tersimpan aman di saku jaketnya.

"Aku ingin sekali membeli makanan itu. Tapi..." Ariz mengecek uangnya. Uang yang diberi pria itu hanya 350 ribu untuk sebulan penuh.

"Uang segini tidak akan cukup untuk satu bulan penuh. Ini harus aku hemat, setidaknya untuk mi instan, roti, dan beberapa kebutuhan lainnya." Ariz termenung sejenak. Ia sadar, kebahagiaan sesaat tidak sebanding dengan kelangsungan hidupnya.

"Sudahlah. Lebih baik aku pulang saja. Akan kucari solusi lain," putusnya.

Saat ia berbalik untuk berjalan, tiba-tiba sebuah benda keras jatuh dari atas dan membentur kepalanya.

"AW! Siapa yang melempar bola ini?" Ariz memegangi kepalanya yang sedikit sakit.

"HEY. Kembalikan bola itu ke sini," ucap seorang anak di lapangan melambaikan tangannya.

"Eum, baiklah." Ariz menendang bola itu kembali. Tendangannya cukup keras dan akurat, membuat anak itu sedikit terkejut.

"Terima kasih, ya," ucap anak itu sambil menangkap bola.

"Eum, hey," Ariz memberanikan diri, memanggil anak itu. Tekadnya di Bab 2 untuk diakui tiba-tiba muncul.

"Ya? Ada apa?" tanya anak itu polos.

"Bolehkah aku ikut bermain dengan kalian?" ucap Ariz. Jantungnya berdebar kencang. Ini adalah usaha pertamanya setelah sekian lama.

"Aku sangat pandai bermain bola! Jadi, bolehkah aku ikut bermain juga?" ucap Ariz lagi, meyakinkan.

Anak itu berpikir sejenak, melihat ke arah teman-temannya di lapangan, sebelum ia sempat menjawab. Tiba-tiba, temannya menghampirinya, menyusul bola.

"Hey. Apa Kau sudah menemukan bola itu? Euh." Anak itu tiba-tiba menoleh ke arah Ariz, matanya langsung menyipit.

"Oh, ternyata Kau." Anak itu adalah Zi, anak yang paling sering mengejeknya. "Mau apa Kau ke sini?" ucapnya, wajahnya sudah menunjukkan ekspresi kesal.

Ariz mencoba bersikap polos, menyembunyikan rasa sakitnya. "Aku hanya kebetulan lewat saja, dan saat ingin pulang, bola ini jatuh di kepalaku."

"Jadi?" ucap Zi, tidak sabar.

"Jadi, aku kembalikan bola ini kepadanya," ucap Ariz.

Zi melipat tangan di dada. "Oh. Baguslah kalau Kau tidak mencurinya. Kami harus berhati-hati dengan orang sepertimu."

Wajah Ariz langsung memerah. Amarah dan rasa sakit berjuang di dadanya. "A-Apa maksudmu? Aku tidak mungkin mencuri bola ini. Itu adalah perbuatan yang salah," ucap Ariz, mencoba mempertahankan kesabarannya.

"Ya, mana tahu, kan? Kau itu kan adalah anak yatim piatu," kata Zi dengan nada menghina.

"Dan Kau tidak memiliki bola untuk bermain.

"Siapa tahu, saat bola ini terjatuh di kepalamu itu, Kau akan membawanya kabur."

Penghinaan itu menusuk. "Aku tidak akan berbuat seperti itu. Dan apa yang Kau maksud? Apa Kau baru saja menghinaku anak yatim piatu?" Ariz mengepalkan tangannya.

"Ehh? Hahaha!" Zi tertawa nyaring, membuat anak-anak lain ikut menoleh. "Apa Kau tidak sadar bahwa Kau tidak memiliki kedua orang tua untuk menjagamu? Jelas-jelas perkataanku tadi benar. Mengapa wajahmu terlihat kesal? Aku ini sedang berbicara FAKTA!"

"Euh... Perkataanmu terlalu berlebihan, Zi," ucap anak lain yang dari tadi hanya diam, merasa tidak enak.

Zi mengibaskan tangannya, menolak interupsi temannya. "Berlebihan apanya? Jelas-jelas, ia adalah anak yatim piatu yang tidak berpendidikan, tidak mempunyai teman, bahkan tidak memiliki uang untuk membeli bola seperti ini," ucap Zi, menatap Ariz dari atas ke bawah.

Perkataannya membuat emosi Ariz semakin meningkat! Wajahnya sudah tertunduk dan tangannya bergetar, membuatnya ingin sekali memukul wajah anak itu. Namun, anak itu terus saja menghinanya. Dari mulai berkata anak yatim, tidak disayangi, bahkan tidak memiliki harta untuk membeli barang yang ia mau. Semua hinaan itu terus dilampiaskan kepada Ariz. Zi sengaja menghinanya terus-menerus agar emosinya tidak terkendali. Dan benar saja, saat emosi Ariz sudah mencapai puncaknya, tiba-tiba tangannya bergerak dan memukul wajah anak itu.

Pukulannya mengenai mata Zi. Sontak, temannya terkejut bukan main! Karena Ariz bisa melakukan hal seperti itu kepada temannya.

"APA YANG KAU LAKUKAN?! KAU MEMUKUL BAGIAN MATA, ZI!" ucap teman Zi.

"M-maaf. Aku tidak bermaksud memukul wajahnya," ucap Ariz, meminta maaf.

Emosinya membuat tangannya bergerak untuk memukul wajah Zi. Tapi, itu adalah sebuah ketidaksengajaan. Ariz pun meminta maaf atas emosinya yang sudah tidak bisa dibendung. Namun, bukannya dimaafkan, Ariz malah dipukul balik. Bahkan berkali-kali!

"Aku terlalu menahan emosi sampai-sampai kelepasan. Tolong maafkan aku," ucap Ariz, kembali meminta maaf.

"Oh, kau bilang tidak sengaja, HAH?!" Anak itu tiba-tiba memukul wajah Ariz.

"Baiklah kalau begitu. Aku juga sudah menahan emosi dari tadi. Jadi, aku harus melampiaskan emosi ini kepadamu, ARIZ!"

Zi mendorong Ariz dan membuatnya terjatuh ke tanah. Bahkan, saat Ariz ingin meminta maaf, Zi tidak mendengarnya dan malah memukul wajah Ariz beberapa kali. Temannya yang melihat Zi mengamuk pun menenangkannya.

"Zi! Kau sudah berlebihan! Ariz hanya memukulmu satu kali saja, dan kau malah memukulnya beberapa kali," ucap temannya itu.

"KAU ADALAH ANAK TERBURUK YANG PERNAH AKU LIHAT. PERGILAH DARI DESA INI!" Zi terus memukul wajah Ariz.

Zi terus saja memukul wajah Ariz. Apakah Ariz akan berdiam diri saja? Tentu tidak! Saat Zi ingin memukulnya kembali, Ariz menahan tangannya dan berkata,

"KAU BENAR-BENAR KETERLALUAN! Kau yang mulai duluan, tetapi aku yang terus disiksa olehmu!" ucap Ariz, dengan wajahnya yang sudah dipenuhi luka.

"Kau bilang, aku yang memulainya? JUSTRU KAU YANG MEMULAINYA! Kau yang mulai memukul wajahku! Dan kau harus menerima pukulanku beberapa kali lipat!"

"ZI! Sudah, hentikan! Ariz sudah meminta maaf. Tapi kenapa kau tidak mau memaafkannya?!" ucap temannya Zi.

"Heh. Aku tidak akan sudi menerima maaf dari anak yatim piatu ini! Dan emosiku masih belum habis. Aku akan terus memukulmu sampai emosiku hilang!"

Saat Zi ingin memukul wajah Ariz lagi, tiba-tiba seorang wanita cantik menghampiri mereka dan meneriakinya...

1
Staywithme00
pasti berat yaa Riz, hidup dalam kehampaan. Akhirnya, Ariz punya teman jugaa😭 terharuuu
Staywithme00: semangatt Arizzz ,walau ga di akui seenggaknya ada beberapa teman yg masih stay sama Ariz (it's miracle too)
total 2 replies
Staywithme00
Nah, loh wkwk. hati hati Riz dicincang 😭
MINOTO-NOVEL: Tenang saja. Dia ahlinya menggocek 🏃‍♂️
total 1 replies
kasychan04-(⁠◕⁠ᴗ⁠◕⁠✿⁠)
kasihan
Staywithme00
wkwk jail emang si ariz
Staywithme00: wkwk ariz emang bedaa😭
total 2 replies
Linguini Acrom
ekselen
Staywithme00
Zi,bener2 dah kelakuannya ngajak gelud emang.
Staywithme00: wkkw bener sii, bukan konoha yee thor😭👍
total 2 replies
Staywithme00
wah ,nanti Ariz bakal ke desa astranovaaa niih.
MINOTO-NOVEL: 🤫 🧏‍♂️ Masih jauh lho, yah.. 😁
total 1 replies
Staywithme00
Ariz, yg dimaksud itu luka badann, bukan bau badan plis😂😭
MINOTO-NOVEL: 11/12
total 3 replies
Staywithme00
betul thor, memperkuat kekuatan yg ada.
bukan mencari kekuatan/bakat yang baru. sesuatu bakal bagus, kalau kita rajin👍
MINOTO-NOVEL: That's right..! Pemikiran kita sama..!💪
total 1 replies
Staywithme00
keren thor, makin dibaca, makin seru.
Staywithme00
semangattt kk
MINOTO-NOVEL: Baik Kak, terimakasih. Terimakasih kasih kembali karena sudah berkesempatan mampir di novel kami ☺

Salam Hangat: "MINOTO-NOVEL"

Pembaca Setia: "MINOTT-LOVERS"
total 1 replies
Elisa Surya Prihadi
Semangat thor, ceritanya bagus! 😍
ღYaraღ
Ayo thor, jangan bikin pembaca kecewa, update sekarang!
MINOTO-NOVEL: Baik Kak, terimakasih. Terimakasih kasih kembali karena sudah berkesempatan mampir di novel kami☺
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!