NovelToon NovelToon
Rempah Sang Waktu

Rempah Sang Waktu

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Cinta Istana/Kuno / Reinkarnasi / Cinta Beda Dunia / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author:

Seorang Food Vlogger modern yang cerewet dan gila pedas, Kirana, tiba-tiba terlempar ke era kerajaan kuno setelah menyentuh lesung batu di sebuah museum. Di sana, ia harus bertahan hidup dengan menjadi juru masak istana, memperkenalkan cita rasa modern, sambil menghindari hukuman mati dari Panglima Perang yang dingin, Raden Arya.

9. Sains Melawan Santet

Dua Hari Menjelang Gerhana Bulan Merah.

Kirana sudah pulih, meski punggungnya masih diperban. Alih-alih istirahat, ia justru sibuk di dapur paviliun, mengaduk panci berisi cairan berwarna kuning pekat dan menyiapkan baskom berisi air bening.

“Nyai Key,”tanya Laras bingung sambil memeras parutan kelapa. “Kita mau masak gulai?! Kenapa banyak sekali air kunyitnya?”

Kirana tersenyum misterius. Senyum yang membuat Ki Gedeng Roso—yang kebetulan mampir mengantar bumbu—bergidik ngeri.

“Bukan buat dimakan, Laras.”jawab Kirana sambil mencelupkan kain-kain putih kecil ke dalam air sari kunyit itu, lalu menjemurnya. “Ini buat…pertunjukan sulap.”

Raden Arya, yang duduk mengawasi di sudut (sekarang dia posesif, tidak mau meninggalkan Kirana sedetik pun), mengangkat alis.

“Sulap?” Tanya Arya. “Kau mau menghibur Dyah Ayu sebelum kau pergi?”

“Bukan menghibur, Mas. Tapi membuka topeng,” Kirana berjalan mendekati Arya, berbisik pelan. “Gue nggak bisa bales santet pake santet. Gue nggak punya khodam. Tapi gue punya Kimia Dasar kelas 1 SMA.”

Arya tidak paham apa itu ‘kimia’, tapi melihat kilatan tekad di mata Kirana, ia mengangguk.

“Lakukan sesukamu. Aku yang akan menahan para penjaga jika situasi kacau.”

Malam Harinya ; Perjamuan Agung.

Prabu Wirabumi mengadakan makan malam besar untuk kesembuhan sakit perutnya (berkat bubur buatan Kirana). Semua pejabat hadir, termasuk Pangeran Dipa dan tentu saja, Dyah Ayu Sekar.

Dyah Ayu duduk di samping Raja dengan wajah angkuh. Ia tersenyum sinis melihat Kirana yang masuk membawa nampan hidangan penutup, dikawal ketat oleh Arya.

Anak itu masih hidup, batin Dyah Ayu geram. Dukun bayaranku gagal. Tapi tak apa, sebentar lagi dia akan diusir karena masakannya.

Kirana meletakkan mangkuk-mangkuk kecil berisi Es Dawet di meja para tamu. Namun, di meja Dyah Ayu, Kirana meletakkan sesuatu yang berbeda.

Sebuah mangkuk cuci tangan (kobokan) dari perak yang berisi air bening, dan sebuah serbet tangan berwarna kuning gading (kain yang sudah direndam kunyit dan dikeringkan Kirana tadi).

“Ampun, Gusti Ayu.”ucap Kirana dengan nada sangat sopan yang dibuat-buat. “Khusu untuk Gusti Ayu, hamba siapkan air pencuci tangan dengan rendaman Bunga Kantil Suci. Konon, air ini bisa membersihkan aura negatif.”

Dyah Ayu tertawa meremehkan. “Kau mencoba menjilatku sekarang, Pelayan? Takut kuusir?”

“Hamba hanya ingin memastikan tangan Gusti bersih sebelum menikmati hidangan suci ini,” jawab Kirana, menunduk dalam.

Dyah Ayu, yang ingin pamer keanggunan di depan Raja, mencelupkan kedua tangannya ke dalam mangkuk perak itu.

“Airnya segar,” komentar Dyah Ayu. Ia tidak tahu bahwa air bening itu sudah dicampur Air Kapur Sirih yang bersifat basa kuat.

“Silakan dilap tangannya, Gusti,” Kirana menyodorkan serbet kuning gading itu.

Dyah Ayu mengambil serbet itu, lalu menggosok kedua tangannya yang basah untuk mengeringkannya.

Dan terjadilah reaksi kimia itu.

zat Curcumin dalam kunyit (di serbet) bereaksi dengan air kapur (di tangan Dyah Ayu) yang bersifat alkali. Warna kuning itu seketika berubah.

“AAAAAHHHHH!!”

Dyah Ayu menjerit histeris, melempar serbet itu ke lantai.

Seluruh ruangan terdiam. Prabu Wirabumi berdiri kaget. “Ada apa, Dinda?”

Dyah Ayu mengangkat kedua tangannya dengan gemetar. Telapak tangannya berwarna MERAH PEKAT. Seperti berlumuran darah segar.

Serbet di lantai pun tampak merah mengerikan, seolah baru saja dipakai mengelap darah pembunuhan.

“Darah! Darah!” Teriak Dyah Ayu panik, menggosok tangan ke bajunya, tapi warnanya tidak mau hilang, malah menodai sutra kebayanya. “Raja! Pelayan ini menyihirku! Dia menaruh darah di air cucian!”

Kirana berdiri tegak, wajahnya tenang. Ia menatap Raja.

“Ampun, Gusti Prabu.” Suara Kirana lantang menggema di ruangan sunyi itu. “Itu bukan darah. Itu adalah warna hati. Hamba berdua pada leluhur, jika ada seseorang di ruangan ini yang pernah mengirim Bayangan Hitam untuk membunuh orang tak bersalah…maka tangannya akan berlumuran darah yang tidak bisa di cuci.”

Suasana ruangan menjadi riuh. Para Pejabat berbisik-bisik.

“Bayangan hitam?”

“Maksudnya Santet?”

“Lihat tangan Dyah Ayu! Merah sekali! Benar dia pelakunya!”

Wajah Dyah Ayu pucat pasi. Ia sadar ia telah masuk perangkap. Ketakutannya pada hal mistis menjadi bumerang. Karena panik dan merasa ‘dikutuk’ oleh leluhur, pertahanannya runtuh.

“Bukan aku! Bukan aku!” Jerit Dyah Ayu histeris, air matanya tumpah. “Aku hanya menyuruh Dukun Jarot mengirim demit! Aku tidak membunuhnya langsung! Kenapa tanganku berdarah?!”

Hening.

Pengakuan itu keluar begitu saja.

Prabu Wirabumi menatap selir kesayangannya dengan tatapan tak percaya dan jijik. “Kau…main dukun di dalam istanaku? Mencoba membunuh abdi dalem-ku?”

“Gusti…hamba…” Dyah Ayu baru sadar ia keceplosan. Ia bersimpuh di kaki Raja. “Hamba khilaf! Hamba cemburu!”

Raja menepis tangan Dyah Ayu yang merah itu.

“Arya,”panggil Raja tegas.

Raden Arya melangkah maju, wajahnya puas bukan main. “Hamba, Gusti.”

“Bawa dia ke menara pengasingan. Hapus gelar selirnya. Aku tidak mau melihat wajah pembunuh di istanaku.”

Dyah Ayu meraung-raung saat diseret oleh dua prajurit. Ia menatap Kirana dengan tatapan penuh dendam, tapi Kirana membalasnya dengan senyum tipis dan lambaian tangan kecil.

Dadah, Tante Jahat.

Setelah keributan mereda, Pangeran Dipa mendekati Kirana yang sedang membereskan meja.

“Luar biasa,”bisik Dipa, matanya berbinar kagum. “Kunyit bertemu air kapur, kan? Aku pernah membacanya di naskah obat kuno. Tapi tak kusangka reaksinya semerah itu.”

Kirana mengedipkan sebelah mata. “Sains itu memang ajaib, Mas Dipa. Lebih sakti dari dukun manapun.”

Taman Belakang, Tengah Malam.

Pesta sudah bubar. Kirana duduk di bangku taman, menatap bulan yang hampir purnama sempurna. Besok malam adalah waktunya.

Arya datang, duduk di sebelahnya. Ia tidak bicara apa-apa, hanya menyodorkan sapu tangan basah untuk Kirana membersihkan sisa noda kunyit di jarinya.

“Kau puas?”tanya Arya pelan.

“Puas banget,”jawab Kirana sambil nyengir. “Lega rasanya liat karma dibayar kontan.”

“Baguslah,” Arya menatap bulan. “Sekarang tidak ada lagi yang mengancam nyawamu. Kau bisa pergi dengan tenang besok.”

Senyum Kirana perlahan hilang. Ia menunduk menatap ujung sepatunya.

“Mas Arya…”

“Hm?”

“Gue bakal kangen sama lo. Banget.”

Arya diam lama sekali. Angin malam memainkan ujung ikat kepalanya.

“Kalau begitu, jangan pulang,” ucap Arya tiba-tiba. Ia menoleh, menatap Kirana dengan intensitas yang membuat napas Kirana tercekat. “Tetaplah di sini. Jadilah Juru Masakku. Jadilah…pendampingku. Aku akan melindungimu dari seribu Dyah Ayu sekalipun.”

Jantung Kirana berdegup kencang. Tawaran itu…tawaran yang sangat menggoda. Hidup sebagai istri Panglima tampan, dihormati, dicintai.

Tapi kemudian, bayangan wajah ibunya yang menangis di masa depan muncul. Bayangan cita-citanya. Bayangan dunianya yang asli.

Kirana menelan ludah, matanya berkaca-kaca.

“Gue nggak bisa, Mas. Gue punya keluarga di sana. Mereka pasti nyariin gue.”

Arya tersenyum pahit. Sangat tipis. Ia sudah tahu jawabannya, tapi ia harus tetap mencoba.

“Aku tahu,” Arya berdiri, menyembunyikan kekecewaannya di balik punggung tegapnya. “Besok malam, saat gerhana dimulai, aku akan membawamu ke Lesung Batu di museum itu. Persiapkan dirimu.”

Arya berjalan pergi, meninggalkan Kirana yang menangis dalam diam di bawah sinar bulan.

1
Roro
yeee ketemu lagi arya sama kirana
Roro
keren sumpah
NP
Makasih banyak ya kak 🥰🔥
Roro
wahhh ternyata nanti berjodoh di masa depan 😍😍😍
NP: 🤣🤣 tadinya mau stay di masa lampau kirana nya galau 🤭
total 1 replies
Gedang Raja
tambah semangat lagi ya Thor hehehe semangat semangat semangat
Roro
akan kah kirana tinggal
Roro
ayo thor aky tungu update nya
Roro
gimana yah jadinya, apa kita akan bakal pulang atau bertahan di era masa lalu.
NP: Hayoo tebak, kira kira Kirana pilih tinggal di masa lalu atau masa depan?
total 1 replies
Roro
Arya so sweet
Roro
panglima dingin.. mancair yah
NP
Ditunggu ya kak hehehe.. makasih udah suka cerita nya😍
Roro
aku suka banget ceritanya nya Thor, aku tunggu lanjutan nya
Roro
lanjut thor
Roro
kok aku suka yah sama karakter Kirana ini
Roro
ahhhsetuju Kirana
Roro
bagus ceritanya aku suka
Roro
keren thor
Roro
keren jadi semngat aku bacanya, kayak nya tertular semangat nya Kirana deh
NP: Makasih banyak kak Roro😍🙏
total 1 replies
Roro
fix Kirana berada di abad ke 14
Roro
jangan jangan Kirana sampai ke abad 14
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!