NovelToon NovelToon
Mr. Billionare Obsession

Mr. Billionare Obsession

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Cintapertama
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Yusi Fitria

Semua berawal dari rasa percayaku yang begitu besar terhadap temanku sendiri. Ia dengan teganya menjadikanku tumbal untuk naik jabatan, mendorongku keseorang pria yang merupakan bosnya. Yang jelas, saat bertemu pria itu, hidupku berubah drastis. Dia mengklaim diriku, hanya miliknya seorang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yusi Fitria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 11

Aku menggeliat saat ciumannya berpindah ke leher. Rasanya campur aduk, aku ingin menghentikannya namun kedua tanganku sudah ditahan lebih dulu.

"Eugh.. El.." Aku bisa merasakan bahwa ciumannya semakin lama semakin kebawah. Ia mulai menyentuh dadaku, spontan aku tersadar lalu menahan tangannya.

"Jangan, El. Kumohon!" pintaku sambil memelas.

"Aku menginginkanmu!" Suaranya terdengar serak, membuatku semakin takut. Belum lagi matanya yang berkilat penuh nafsu.

"Aku tidak mau..." Mataku sudah berkaca-kaca.

Elbarra yang menyadarinya bergegas menyingkir dari atas tubuhku. Ia berguling kesamping dengan posisi terlentang. Nafasnya terdengar tidak beraturan dengan mata yang terfokus menatap langit-langit kamar.

Aku merasa tidak enak hati. Perlahan aku mendekati Elbarra kemudian menarik pelan lengan bajunya. "Kau marah?"

Ia tak langsung menjawabku. Butuh beberapa waktu, sebelum akhirnya Elbarra menarik tubuhku agar semakin dekat dengannya.

"Aku tidak akan pernah bisa untuk marah kepadamu, Sayangku."

Rasanya hatiku terjamah setelah mendengarnya. Apakah aku mulai luluh terhadapnya? Secepat ini?

"Istirahatlah," tambahnya lagi sambil mengusap kepalaku dengan penuh kelembutan.

"Tapi aku masih ingin bicara," ucapku manja sambil memainkan jariku di dadanya.

Elbarra tergelak, "Baiklah-baiklah. Kau ingin membicarakan apa?"

"Huh, kau benar-benar lupa atau sengaja melupakannya?"

"Tentang masa laluku?" Aku mengangguk iyakan.

Kulihat Elbarra menarik nafas dalam, kemudian mencari posisi yang pas. "Aku memang seorang impoten, tapi dulu sebelum bertemu denganmu."

"Benarkah?" Mataku membulat, aku merasa tertarik dengan ceritanya. "Lalu, apa yang terjadi?"

"Mommy dan Daddy berusaha mengobatiku, bahkan sampai ke luar negeri. Sayangnya, tidak ada yang berhasil." Elbarra berhenti sejenak untuk menatapku.

"Sampai pada akhirnya, aku menemukanmu. Kau bagaikan cahaya dalam kegelapanku."

"Lalu... Bagaimana dengan Victoria? Apa yang terjadi padanya?" Aku mengeluarkan rasa penasaranku, dari kemarin aku selalu bertanya-tanya tentang keberadaan dari wanita berambut blonde itu.

"Aku mengirimnya ke Kamboja."

"Kenapa? Untuk apa?"

Elbarra terlihat acuh, ia justru memainkan rambutku seraya mengigitinya. Benar-benar jorok pria ini.

"Dia terlalu agresif. Bahkan, dia menghinaku. Karena aku kesal jadi aku meminta Lucas untuk mengirimnya ke Kamboja. Mungkin saat ini dia sedang menjadi Admin judi online."

Aku menatapnya tidak percaya. Segampang itu dia membuang manusia, bahkan tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Kau tega sekali," gumamku yang nyaris tak terdengar.

"Lagipula, jika kubiarkan dia tetap berada disini, mungkin saja dia akan menyebarkan rumor tentangku. Aku tidak ingin namaku menjadi buruk, karena itu akan berdampak juga pada perusahaan yang kukelola."

Suka-suka kau sajalah, El. Aku membatin seraya menatapnya jengah. Oh iya, aku teringat akan ponselku.

"El, dimana kau menyembunyikan ponselku? Cepet kembalikan!"

"Untuk apa? Siapa yang ingin kau hubungi?"

"Aku ingin menghubungi Addie dan ibuku."

"Saat ini Addie sedang memadu kasih dengan Colt, tidak usah diganggu. Jika ingin menghubungi ibumu, bisa menggunakan ponselku." Pria tersebut bangkit, kemudian mengambil ponselnya diatas nakas.

Entahlah siapa yang sedang ia hubungi, wajahnya nampak begitu serius. Aku pun ikut bangun, lalu mengambil posisi duduk di sampingnya yang saat ini tengah duduk bersandar diatas kasur.

^^^"Hallo..."^^^

Suara di seberang sana begitu familiar di telingaku, aku segera merebut ponsel di tangan Elbarra.

"Mama??"

^^^"Sisi, ini kamu?"^^^

Walaupun Mama tidak bisa melihat, aku tetap mengangguk menyakinkan.

"Mama gimana kabarnya? Sehatkan?"

^^^"Puji Tuhan, Mama selalu dalam kondisi yang sehat. Kamu gimana? Sehat juga kan?"^^^

"Iya, Ma." Aku tersenyum kecil, aku sungguh merindukan Nyonya Sabrina ini.

^^^"Kamu tega sekali terhadap Mama. Kenapa tidak bilang kalau kamu sudah punya pacar disana?"^^^

Aku menoleh, kutatap pria yang berada di sampingku. Entah apa saja yang sudah dikatakan Elbarra kepada Mama.

^^^"Jadi, kapan kalian akan menikah?"^^^

Sontak saja mataku melotot, kutatap tajam pria itu yang tengah tersenyum lebar kearahku.

"Aku belum memikirkannya, Ma. Lagipula aku masih kuliah."

^^^"Oh baiklah kalau begitu. Jaga dirimu disana yaa, Mama menyayangimu.."^^^

"Aku juga sayang Mama..."

Tutt!

Obrolan kami pun terputus. Aku menyerahkan kembali ponsel milik Elbarra.

"Aku ingin kita menikah secepatnya!"

Lagi. Dia asal bicara yang membuatku begitu jengah mendengarnya.

"Aku belum ingin menikah. Jika kau memang ingin, ajaklah wanita lain."

"Sisii!!" Matanya menatapku tajam, tapi kali ini aku tidak takut. Aku sudah muak, sungguh.

"Apa? Apakah ucapanku ada yang salah?"

Tiba-tiba ia mencengkeram rahangku, dapat kulihat kilatan marah di matanya. Apakah aku takut? Tidak sama sekali. Sudah cukup aku mengalah terhadapnya.

"Kau ingin bermain denganku?" Senyum miring tercetak jelas diwajahnya. Apa yang sedang ia rencanakan? pikirku.

Cengkeramannya di rahangku terlepas. Ia lalu mengutak-atik ponselnya sejenak, kemudian menunjukkan sesuatu dari layar ponselnya. Sebuah foto yang bila kuamati mirip seperti...

"Addie?" Aku menatapnya, ia pun mengangguk.

"Untuk apa kau mengawasinya?" tambahku sambil memandangnya geram.

Elbarra mengangkat bahunya acuh, "Hanya untuk berjaga-jaga."

"Kau mengancamku?"

"Apapun akan aku lakukan agar bisa menahanmu disini!" tegasnya.

Aku tertawa sumbang, takdir seolah mempermainkanku. Bertemu dengannya merupakan kesialan untukku. Aku tertahan disini tanpa bisa menghubungi siapapun.

"Sisi..." Tangannya terangkat untuk menghapus air mataku, segera kutepis seraya menatapnya tajam.

"Jangan sentuh aku, El. Aku merasa jijik saat disentuh olehmu!" Aku tak perduli lagi dengannya, lagipula sejak kapan aku perduli dengannya.

Kutinggalkan pria itu sendirian, aku butuh udara segar untuk menenangkan diri. Aku terus melangkah tak tentu arah, hingga tibalah di sebuah pohon besar di belakang rumah. Aku duduk di balik pohon besar tersebut dan akhirnya pecahlah tangisanku.

"Mama, aku pengen pulang!" Kutenggelamkan wajahku di lutut. Aku terisak sejadinya disana.

Hujan turun dengan begitu derasnya hingga tangisanku pun tersamarkan. Cukup lama aku menangis, mungkin ada 30 menitan. Rasanya aku tak ingin kembali ke mansion itu.

Dalam diamku, aku termenung dan membayangkan kehidupanku dulu sebelum bertemu Elbarra. Bisa kesana kemari tanpa takut, tertawa dengan bebasnya. Sekarang? Tawaku perlahan menghilang.

"Hatchii!!" Aku mengusap hidungku dengan telunjuk. Sepertinya aku akan demam, mungkin karena hujan-hujanan dibawah pohon ini.

"Disini kau rupanya!" Suara itu mengagetkanku. Disaat aku menoleh, kudapati Elbarra yang terlihat cemas.

Aku berusaha mengabaikannya. Masih dengan memeluk lututku, aku kembali diam termenung. Ia berjongkok disampingku, lalu mengusap pipiku yang basah karena air mata bercampur air hujan.

"Kau membuatku sangat khawatir," bisiknya, tapi aku masih enggan menanggapinya.

"Maafkan aku, Sayang. Maaf karena telah membuatmu marah dan bersedih sampai seperti ini. Kita kembali yaa.. Kau harus cepat mengganti pakaianmu, aku tidak ingin jika kau sampai sakit."

Aku masih menolak untuk bicara dengannya. Bukan Elbarra namanya jika menyerah. Mendadak dia menggendong tubuhku, aku ingin protes namun rasanya sudah malas berdebat.

Dalam jarak sedekat ini, aku bisa melihat matanya yang memerah. Apakah dia baru saja menangis? Ah, rasanya tidak mungkin.

Kami melewati Lucas, Mia dan beberapa pelayan lainnya. Mereka menunduk saat kami lewat, tak ada satupun dari mereka yang berani mengangkat kepalanya untuk menatap Elbarra.

Satu hal yang baru kusadari, sikapnya cepat sekali berubah. Yang tadinya marah, sekarang berubah begitu lembut. Begitu banyak yang tidak kuketahui tentangmu, El.

1
Ika Yeni
baguss kak ceritaa nyaa ,, semangat up yaa 😍
Yushi_Fitria: Terima kacih😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!