Menjadi Ibu Susu Anak Mantan Tunangan

Nadia sudah merasakan lapar dari sebelum matahari terbit. Ia lalu menuju ke dapur mencari makanan. Seorang pelayan wanita, menghampirinya dan menanyakan kebutuhannya. Nadia menyampaikan jika dirinya sangat lapar. Pelayan wanita itu pun segera membuatkan sarapan.

Sembari menunggu, Nadia kembali ke kamar memastikan Mario tak terbangun dari tidurnya. Selang 15 menit kemudian, Mario bergeliat dan mengeluarkan suara rengekan. Ia kemudian mengangkatnya, memangkunya dan menyusuinya.

Satu jam berlalu, Marcell duduk di ruang makan bersiap menikmati sarapannya. Pandangannya tertuju ke sebuah piring berisi dua butir telur yang sudah menjadi 4 bagian, setengah buah alpukat yang telah dipotong-potong, beberapa irisan daging ayam panggang.

Nadia kini muncul dan duduk dihadapannya Marcell, menarik pelan piring yang ada didepannya dan perlahan menyantap sarapannya. Baru saja satu suapan terdengar suara tangisan Mario dari dalam kamar.

Nadia hendak beranjak dari tempat duduknya tetapi Marcell mencegahnya dan berkata, "Biar Mario ke sini!"

Marcell lalu memerintahkan pengasuh mengambil Mario di kamar dan membawanya ke ruang tengah.

Tak lama berselang, Mario sudah berada di ruang tengah. Marcell meminta Nadia menyusuinya di ruang tengah saja. Tanpa membantah, Nadia pun menuruti permintaan Marcell.

"Tuan, Nona Nadia pagi-pagi sekali dia sudah ke dapur meminta saya membuatkan sarapan. Saya yakin Nona Nadia sangat lapar, apalagi dia 'kan sedang menyusui," ucap pelayan yang membuatkan sarapan Nadia.

Marcell tak berkata apa-apa, dia cukup mendengarnya saja. Gegas, ia menyelesaikan sarapannya dan membawa piring berisi makanan yang tadinya mau disantap Nadia.

Marcell membawanya dan menghampiri Nadia yang sedang menyusui putranya.

Melihat kemunculan Marcell yang tiba-tiba, Nadia buru-buru menutup bagian dadanya agar tak kelihatan. Meskipun begitu, Mario tetap dapat menikmati ASI-nya.

Marcell duduk di sofa yang sama dan saling berhadapan. "Kata pelayan, kamu sangat lapar. Jadi, selama kamu menyusui maka aku akan menyuapimu!"

"Tidak perlu, Cell. Nanti aku bisa sarapan, selesai menyusuinya," Nadia melihat sekilas ke arah bayi Mario.

"Kamu harus tetap makan. Kamu sudah banyak membantuku mengurus Mario, jadi aku mau kamu tetap sehat!" kata Marcell sembari menyuapi potongan buah alpukat dengan garpu.

Nadia membuka mulutnya perlahan dan potongan buah itu masuk ke mulutnya. Hal seperti ini bukan yang pertama. Sebelumnya mereka pernah menjalin kasih bahkan telah bertunangan meskipun kandas, Marcell hampir sering melakukannya di beberapa momen acara dan kencan.

"Utamakan perutmu terlebih dahulu sebelum menjalani tugasmu!" kata Marcell.

"Terima kasih sudah meringankan pekerjaanku!"

"Harusnya aku yang berterima kasih. Kamu tidak menerima upah sedikitpun dariku!"

"Aku senang membantumu, setidaknya Mario mampu sedikit mengurangi rasa kesedihan ditinggal Dion."

"Aku akan membantumu mencari Dion!" janji Marcell.

-

Kantor Miliknya Marcell ...

Marcell yang tiba di kantor tampak begitu lega karena putranya ada yang mengasuh dan merawat. Jadi, ia bisa lebih fokus bekerja dan juga tak perlu repot mendiamkannya.

Beberapa jam berselang, salah satu pelayan menghubunginya dan mengatakan bahwa Mario begitu rewel.

"Memangnya Nadia ke mana?" tanya Marcell yang berpikir jika hari ini pekerjaannya akan berjalan lancar tanpa hambatan.

"Dua jam lalu Nona Nadia pamit pulang sebentar ke rumahnya. Sampai sekarang Nona Nadia tak kunjung pulang!"

"Aku akan meneleponnya!" kata Marcell lalu menekan dan mencari nomor telepon Nadia.

Setelah lelah mencari kontak telepon, Marcell menepuk jidatnya. Ternyata, ia belum menyimpan kontak teleponnya Nadia.

"Apa aku pulang saja?" gumam Marcell melihat sekelilingnya.

Marcell lalu memutuskan pulang ke rumah, berencana ingin segera menyiapkan pekerjaannya di kantor tetapi kenyataannya tak sesuai keinginan. Sesampainya di rumah, bayi Mario tampak anteng dalam gendongan pengasuhnya.

-

Nadia memang pulang ke rumah orang tuanya buat mengganti pakaiannya, setelah itu berangkat ke rumah Aryo. Rumah tersebut tampak sunyi hanya ada mobil milik Aryo berwarna hitam.

Nadia menekan bel pintu, tak lama kemudian pintu terbuka tampak Aryo bertelanjang dada dan memakai celana pendek di atas lutut.

"Nadia?" Aryo begitu terkejut dan ketakutan.

"Di mana anakku?" tanya Nadia tanpa basa-basi.

"Aku sudah mencarinya di mana-mana," jawab Aryo.

"Sayang, tamunya siapa? Kenapa lama sekali?"

Terdengar suara wanita dari kamar yang pernah ditempati Nadia tidur. Nadia mengedarkan pandangannya mencari asal suara.

"Aku akan terus mencarinya, sekarang kamu pulanglah!" kata Aryo.

"Siapa tadi yang bicara?"