Alexa Alvarez, seorang gadis yang tomboi, ceria, ahli bela diri, jenius tapi sangat ceroboh.
Javier Hernandez, tunangan asli Alexa yang belum pernah ditemuinya, Zaidan Hernandez, pria datar, kejam dan arrogan, Dia CEO ZH, Crops, yang juga Paman Javier, dan pria yang tidak sengaja tidur dengan Alexa.
Sampai suatu saat, Alexa salah mengenali, Zaidan sebagai tunangannya dan Javier sebagai CEO ZH, Crops.
Kisah mereka pun dimulai, antara Alexa, Zaidan dan Javier yang salah target.
Bianca, adik sepupu dari Javier, musuh dalam selimut Alexa.
Bianca orang yang hidup kembali, jadi Dia tahu cerita selanjutnya, yang selalu berusaha untuk membunuh Alexa agar bisa menjadi Nyonya besar Hernadez.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vhiy08, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 Fitnah Arleta
"Alexa!!!" Teriak Arleta sambil berlari mendekati yang tampak mengenakan langkahnya mendengar panggilan Arleta.
"Ternyata penglihatan gue enggak salah, itu memang Lo..." Ucap Arleta sambil tersenyum cerah lalu melangkah lebih dekat dan menggapai tangan Alexa.
"Kak, sudah 4 hari ini Kakak tidak pulang kerumah, apakah Kakak tahu, Daddy dan Mommy sangat khawatir, pulanglah Kak, kasihan mereka," Ucap Arleta dengan suara yang lembut dan keras.
"Apa yang mereka ucapkan itu benar, mereka hanya ingin yang terbaik, jangan hanya menuruti ego kakak saja, ini berbeda dengan desa tempat kakak berada, jangan terhanyut dalam pergaulan yang menyesatkan..." Ucap Arleta lagi dengan mata yang berkaca-kaca.
"Sudah...?" Tanya Alexa datar sambil mengangkat tangannya yang dicengkeram kuat oleh Arleta.
"Hei! Jalang murahan... Lo itu gak tahu terima kasih! Sudah benar adek Lo ngingetin Lo...!" Ucap Belva sambil menunjuk Alexa yang tampak tenang dihadapan para siswa yang berkumpul menonton mereka.
"Iya... Lo itu ke kota buat menuntut ilmu, bukan buat menjalang!" Sarkas Erica kesal.
"Emang susah kalau berhadapan sama orang udik, mereka pasti kaget lihat suasana kota..." Ucap Hana sambil tertawa sinis.
"Iya.... Mestinya Lo itu punya sedikit saja kebaikan Arleta, selain baik hati Dia juga pintar, Lo bikin nama keluarga Lo hancur! Sedangkan Arleta mengharumkan nya dengan susah payah, Lo enggak tahu! Jika Arleta bahkan mewakili sekolah untuk mengikuti olimpiade matematika." Ucap Belva membuat Arleta langsung melambung dan tersenyum malu-malu.
"Apa sih yang kalian bicarakan?" ucap Arleta malu-malu.
"Oh ya... Lo mau ikut kejuaraan itu ya, ada baiknya Lo belajar dengan keras, dari pada Lo ngurusin hidup gue." Ucap Alexa yang tiba-tiba tersenyum misterius mendengar kata olimpiade matematika.
"Arleta enggak perlu belajar lagi, Dia mang anak yang jenius, tidak seperti beberapa orang yang hidupnya enggak jelas dan jadi sampah," Ucap Erica sambil menyindir Alexa.
Tak lama kemudian, ramai suara dentingan notifikasi ponsel, dan mereka semua hag berada disana kompak langsung memeriksa ponsel masing-masing.
Setelah itu, semua orang disana memasang raut wajah yang tidak suka dan menatap Alexa dengan sorot mata jijik.
"Pantas saja kelakuannya begitu, di desa kan tidak ada bar," mulai terdengar suara-suara sumbang.
"Cantik... Seksi.... Lo dibayar berapa sama Om-om itu?! Dari pada sama yang tua, mending sama gue Lo pasti gue bikin puas... Lo tinggal bilang saja, berapa tarif Lo per malam...?!" Ucap yang lain dengan diiringi tawa mengejek.
"Gak nyangka gue... Kirain lugu gak tahu nya suhu!" Ucap yang lain diiringi dengan tawa renyah oleh yang lainnya.
"Jangan dekat-dekat, entar tertular penyakit," Sambung yang lain.
Alexa hanya mengangkat ujung alisnya, dan dengan santai mengeluarkan ponselnya lalu membuka notifikasi yang masuk.
Dan bibirnya tertarik membentuk segaris senyuman tipis, lalu, memasukan kembali ponselnya kedalam tasnya dengan tanpa beban.
"Lo kata apa? Bokap Ama nyokap Lo merindukan dan khawatir sama gue? Lo gak salah?" Tanya Alexa datar.
"Lo sangat tahu alasan gue apa, dan mengapa gue enggak pulang?" Ucap Alexa sambil menggoyangkan tangan Arleta yang masih mencengkeram erat lengannya.
"Hei... Apa yang sebenarnya sedang terjadi?" Ucap satu siswa berbisik pada gadis yang berdiri disebelahnya.
"Entahlah, tapi, entah mengapa dari kata-kata Alexa gue jadi ngerasa Arleta seperti sedang menyembunyikan sesuatu." Sahut temannya yang lain.
"Benar... Apakah benar gosip yang sedang berkembang itu, jika sebenarnya Arleta lah yang anak haram, dan Alexa yang putri sah..." Bisik yang lainnya.
"Ya... Gue juga ngerasa, jika selama ini Arleta lah yang selalu mencoba memprovokasi Alexa, dan Alexa selalu terlihat tenang," Sahut yang lain.
"Bener juga bisa saja begitu, setiap kali Alexa dipanggil dengan sebutan anak haram, Dia selalu terlihat tenang dan nampak tidak terpengaruh, tapi, saat Alexa ingin membalas ada saja satu kejadian yang dapat mengehentikan penjelasan Alexa," Timpal yang lain.
"Iya, lihatlah Arleta tampak tidak tenang dan gugup?" Lanjut yang lain.
Arleta yang mendengar ucapan para siswa itu menjadi emosi, tapi sebisa mungkin, dirinya menekan dan mengendalikan diri nya, dengan mencengkram erat tangan Alexa yang masih dalam genggamannya.
Setelah melihat Alexa mengucapkan kata lepas, Arleta langsung memanfaatkan ucapan itu, dirinya segera mengendurkan cengkraman tangannya dan melemparkan diri ketangga.
lalu, dengan sengaja dirinya agak menarik tangan Alexa, lalu menggoyangkan dirinya kesamping hingga menyenggol Belva yang berad disisi kirinya.
Dan akibat dari senggolan Arleta pada bahunya yang memunggungi Alexa dan Arleta membuat dirinya yang dalam posisi tidak siap.
Dan saat tersenggol tubuh Belva langsung tersungkur kerah tangga dan berguling beberapa kali sebelum sampai lantai bawah, semua orang hanya melihat dengan mulut yang terbuka, mereka semua seolah terhipnotis dan terpaku melihat kejadian yang sangat tiba-tiba itu.
"Asataga... Belva...!!! Alexa!!! Apa yang sudah kau lakukan!!!?" Teriak Arleta sambil berbalik menatap Alexa yang tampak santai dan tidak perduli itu.
"Kak, apa salah Belva?! Walaupun apa yang Dia ucapkan tadi sangatlah kasar, tapi Belva hanya ingin Kak Lexa sadar, jika itu dapat mencoreng hanga diri Kakak dan sekolah!" Ucap Arleta sambil mengusap air mata yang turun di pipinya yang mulus.
"Kak Lexa, Kau benar-benar mengecewakan." Lanjut Arleta lagi dengan nada yang seolah-olah benar-benar kecewa.
"Auntie... Tolong cepatlah datang ke sekolah, Belva kecelakaan terjatuh dari tangga, dan saat ini banyak mengeluarkan darah," Ucap Arleta dengan suara yang sangat sedih dan memprovokasi.
"Belva!!!" Teriak Arleta setelah memutuskan sambungan telepon pada orang tua Belva yang terkenal sangat keras dan pandai dalam menyesatkan orang.
"Arleta... Kepala gue pusing banget, darah?! Akh... Kepala gue berdarah!!!?" Teriak Belva sambil menyentuh kepala bagian belakang dan dahinya, saat Belva melihat terdapat darah segar ditangannya Belva langsung berteriak histeris, dan sesaat kemudian tubuh Belva lemas dan kembali jatuh tersungkur kelantai.
"Belva!!! Belva!!! Tolong!!! Belva pingsan!" Teriak Arleta panik sambil menggoyang-goyangkan tubuh Belva dan terus menangis ketakutan.
"Teman-teman... ! Tolong bantu bawa Belva ke UKS!" Teriak Arleta lagi dengan wajah yang terlihat sangat terkejut.
Sedangkan Alexa hanya tersenyum miring melihat sikap Arleta, seperti yang diharapkan, Arleta tidak pernah gagal dalam aktingnya.
*
*
*
"Alexa! Apa yang sudah kau lakukan!" Teriak Dina, guru TU yang sangat membenci Alexa.
"Dasar gadis liar! Walau mau dipoles bagaimana pun, tetaplah liar...!" Ucapnya lagi dengan tatapan yang puas.
'Dengan ini, gue bisa menyingkirkan jalang murahan ini dari sekolah ini, jadi gue enggak perlu lagi khawatir jika David akan tergoda dengan nya.' Ucap Dina dalam hatinya dengan senyum yang mengejek.
"Apa yang terjadi pada putriku!" Teriak Amanda, ibu Belva yang juga bekerja sebagai manager disalah satu perusahaan ternama dikota itu, Amanda datang bersama Beni, putra tunggal keluarga Martinez.
"Siapa yang sudah berani menyakiti putri ku!!!?" Teriak Amanda sambil menatap tajam pada kepala sekolah itu yang tampak sibuk mengusap keringat di pelipis dan dahinya.
"Dia! Dia! auntie... Dia yang sudah mendorong Belva dari atas tangga!" Ucap Arleta dengan keras sambil memapah Belva yang sudah sadar dan menunjuk Alexa yang sudah dibawa menghadap kepala sekolah..
"Astaga, Sayang... Mengapa kau begini?" Tanya Amanda dengan suara yang bergetar sambil meraba perban yang tampak melingkari dikepala Belva, dan ada beberapa plester yang menempel di tangan dan lututnya.
Plakkkk
"Kau jalang sialan!!! Murahan breng sekk! Beraninya kau menyakiti putriku! Kau itu siapa?! Hanya seonggok sampah kotor dan aib dari keluarga Alvarez! Beraninya Kau menyentuh tubuh berlian putri ku!" Ucap Amanda sambil melayangkan tangannya pada pipi mulus Alexa, dan dua tamparan mendarat mulus di pipi Alexa.
Alexa hanya diam dan kepala yang masih menghadap kesamping, lalu saat Dia kembali kedalam posisi semula, Amanda tanpa sadar memundurkan langkahnya, tatapan mata Alexa yang sangat datar dan tajam menusuk membuatnya sangat tertekan.
"Kau selaku kepala sekolah, aku meminta keadilan untuk putriku! Aku tidak perduli, pokoknya aku hanya ingin dia dihukum berat dan dikeluarkan dari sekolah ini!!! Kau tahu kan siapa aku!" Ucap Amanda dengan mata yang semakin memerah sambil menggebrak meja kerja kepala sekolah dengan keras.
"Tidak bisa begitu Nyonya... Semua harus sesuai dengan prosedur yang berlaku, kita tunggu dulu para wali mereka datang, dan juga mendengarkan penjelasan mereka." Sahut kepala sekolah sambil terus mengusap keringat yang mengucur deras di dahi dan pelipis nya.
"Aku tidak perduli itu! Yang aku mau jalang ini dihukum berat dan Dia memberikan kompensasi atas luka ditubuh maupun beban mental untuk putri ku! Lalu setelah itu aku ingin Dia diusir dari sekolah ini! Ingat kepala sekolah aku ini siapa...? Bahkan sekolah ini saja mampu aku ratakan." Ucap Amanda dengan arogan.
"Arleta!!! Sayang!" Teriak Serly sambil mendorong pintu masuk lalu berjalan dengan tergesa-gesa menuju Arleta yang berdiri disamping Belva.
"Apa kau baik-baik saja Sayang... Ada yang terluka?" Tanya Serly dengan khawatir sedangkan Alexa hanya menatap datar pada mereka.
"Leta... Baik-baik saja Mom... Hanya saja Belva terluka karena Alexa mendorong nya dari atas tangga." Ucap Arleta sambil menoleh pada Belva yang duduk bersandar di sofa sampingnya.
"Ya ampun Belva! Apa yang terjadi!?" Tanya Serly sambil menutup mulutnya dengan tangan kanannya dan tangan yang satu lagi meraba luka yang terdapat ditangan serta Kepala Belva.
"Dia yang menyebabkan aku begini, jadi jangan salahkan aku jika putri mu itu sampai aku penjarakan," Sahut Amanda sambil mengambil ponsel dalam tas mahalnya itu.
"Aku tidak akan menghalanginya, jika memang itu yang terbaik..." Sahut Serly sambil tersenyum.
"Lagi pula, mungkin dengan begitu Alexa akan banyak belajar dan berhenti membuat masalah dan menyusahkan keluarga Alvarez." Sambungnya lagi sambil tersenyum sinis menatap Alexa yang tampak sedang berusaha mengontrol emosinya.
"Dasar anak yang tidak punya ibu, jadi etikanya tidak ada, tidak ada yang mengajarinya kan, jadi wajar saja dia tumbuh menjadi gadis yang kasar dan liar, tidak mungkin kan Dia akan belajar pada makam ibunya..." Ucap Amanda lagi sambil tertawa mengejek Dan binar di wajah Dina yang sangat jelas tampak sangat puas
Alexa mengeratkan genggaman tangannya, mendengar ucapan Amanda yang menyebut ibunya.
Kepala Alexa langsung berdenyut nyeri dan dengan cepat Alexa bersandar pada dinding tanpa ada yang menyadarinya.
"Pengawal! Bawa Dia pergi!" Teriak Amanda lagi, lalu ada dua pria kekar masuk dan langsung menuju pada Alexa, tapi sebelum sempat dua pria itu menyentuh tangan Alexa, sebuah suara bariton menghentikannya.
"Tunggu!!!"