NovelToon NovelToon
Panduan Tokoh Numpang Lewat

Panduan Tokoh Numpang Lewat

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Romansa Fantasi / Sistem / Menjadi NPC / Mengubah Takdir / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Najwa Aaliyah Thoati

Su Runa hanya ingin hidup tenang, bekerja santai, dan rebahan damai di apartemen kecilnya. Tapi siapa sangka, setelah satu malam penuh deadline dan mie instan, hidupnya malah “di-upload” ke dunia kolosal sebagai… tokoh numpang lewat?!

Kini dengan nama Yun Ruona, ia mendapati dirinya bukan putri bangsawan, bukan tokoh utama, bahkan bukan penjahat kelas kakap—melainkan karakter sampingan yang kalau muncul, biasanya cuma jadi latar pemandangan.

Awalnya, hidupnya berjalan damai. Sistem hanya memberi satu misi: “Bertahan Hidup.” Tidak ada skenario aneh, tidak ada takdir tragis, tidak ada paksaan ikut alur novel. Ia tumbuh sebagai gadis biasa, menjalani kehidupan versinya sendiri—bebas dan santai.

…sampai takdir iseng mempertemukannya dengan seorang pria misterius. Sejak saat itu, hidup Yun Ruona yang tenang berubah jadi drama tak terduga, penuh salah paham kocak dan situasi yang bikin geleng-geleng kepala.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Najwa Aaliyah Thoati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9: Rumah yang Kembali Hangat

Tanggal 12 bulan 4 tahun 475, Dunia Xuanyu — musim semi, di Kota Yunshan, Dinasti Hanxu.

Langit sore memudar perlahan, menumpahkan warna lembayung ke atap rumah keluarga Yun. Angin musim semi membawa aroma tanah basah dan bunga aprikot yang baru merekah di halaman depan. Suara roda kereta berhenti di luar gerbang, diiringi langkah-langkah kaki yang menapak tanah dengan ritme ringan namun teratur — seolah setiap langkah adalah denyut waktu yang pulang ke pangkuan asalnya.

“Zhen’er ...?”

Su Yulan berlari kecil menuruni anak tangga, suaranya bergetar, matanya nyaris tak percaya. Di bawah cahaya senja, Yun Zhen berdiri dengan senyum tenang, sedikit lebih tinggi, garis wajahnya matang, dan mata yang menyimpan keteduhan baru.

Ia menunduk memberi hormat. “Niangqin, Zhen’er sudah pulang.”

Sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya, Su Yulan sudah memeluknya erat — tak peduli debu perjalanan yang menempel di jubah biru keabuannya.

“Syukurlah ... akhirnya Zhen'er pulang juga,” ucapnya dengan napas terputus, “rumah ini terasa terlalu sunyi tanpa langkahmu.”

Yun Haoran menyusul keluar, dengan senyum samar yang berusaha menahan rasa haru. Ia menepuk pundak putranya pelan. “Kau pulang dengan mata yang lebih dewasa daripada waktu pergi, Zhen'er. Itu pertanda baik.”

“Diedie ...,” suara Yun Zhen bergetar ringan. Ia menunduk sedikit — bukan karena takut, tapi karena dadanya terlalu penuh oleh perasaan yang tak terucap. Dalam diam itu, waktu seakan berhenti. Di halaman, bunga aprikot berguguran seperti menyambut kepulangan yang telah lama dinanti.

Senja kian turun. Suara burung camar dari arah danau terdengar jauh di angin. Su Yulan menatap wajah putranya sekali lagi, lalu tersenyum lega.

“Ayo masuk. Supnya sudah hampir matang. Setelah perjalanan panjang, Zhen'er pasti lapar.”

Yun Zhen mengangguk. Ia menoleh sejenak ke halaman, menatap langit yang mulai berwarna keunguan, lalu melangkah mengikuti orang tuanya masuk ke dalam rumah yang hangat, tempat aroma kayu manis dan jamur menguar dari dapur.

Kini, ketika semangkuk besar sup di bawa keluar dari dapur, aromanya ikut terbawa hingga masuk ke ruang makan. Sungguh aroma yang menggugah selera siapapun yang menciumnya.

Di ruang dalam, aroma sup ayam jamur memenuhi udara. Su Yulan sibuk menyiapkan hidangan kesukaan putranya, sesekali menatap ke arah ruang utama tempat ayah dan anak itu berbincang.

“Akademi mengajarkan banyak hal,” ujar Yun Haoran sambil menuangkan teh, “tapi yang terpenting adalah bagaimana Zhen'er menjaga hatimu di antara banyak suara.”

Yun Zhen mengangguk. “Zhen'er belajar, Diedie ... bahwa ilmu tanpa belas kasih hanya akan membuat seseorang kehilangan arah.”

Yun Haoran menatap anaknya dalam-dalam, lalu tersenyum samar. “Kata-kata itu ... sudah lebih dari cukup untuk membuat kami bangga.”

Dari sisi lain, suara langkah kecil terdengar mendekat. Yun Ruona, begitu mereka memanggilnya di rumah — muncul dari balik pilar, membawa pot bunga mungil di tangannya. Wajahnya bersinar karena matahari sore, rambutnya yang agak panjang bergoyang lembut mengikuti gerak tubuh.

Ia menatap pemuda di hadapannya dengan rasa ingin tahu yang polos. “Gege ... sudah pulang?”

Yun Zhen terdiam sesaat. Hatinya seolah dipenuhi sesuatu yang hangat dan rapuh bersamaan. Ia menurunkan tubuhnya sejajar dengan sang adik kecil, tersenyum.

"Meimei ... masih ingat Gege?" Alisnya terangkat, ia bingung sekaligus takjub dengan memori Yun Ruona yang sudah kuat di usia yang masih belia.

"Tentu saja," ucapnya dengan semangat sembari menganggukkan kepala. Ia terlihat menggemaskan saat melakukan itu.

"Bagaimana bisa lupa, tubuhku saja yang anak kecil. Jiwaku ini orang dewasa tahu!" imbuh Yun Ruona dalam hati.

Untuk sesaat, kenangan tentang salah satu temannya di akademi melintas di benak Yun Zhen — temannya yang mengeluh pahit karena adik kecilnya lupa wajah sang kakak setelah bertahun-tahun berpisah. Ia sempat takut hal serupa terjadi padanya. Namun begitu mendengar suara lembut adiknya, seluruh kekhawatiran itu lenyap. Ia merasakan kehangatan aneh menjalar dari dada ke ujung jemari, seperti musim semi yang menembus dinginnya hati yang lama menunggu.

Yun Zhen tertawa pelan melihat tingkah lucu adiknya itu. “Meimei. Gege sudah pulang.”

Yun Ruona semakin melebarkan senyumnya, "selamat datang kembali di rumah, Gege ...."

Meski belum terdengar sempurna pelafalannya, tapi itu sudah cukup untuk membuat seluruh orang di sekitar Yun Ruona terpukau.

Bagaimana tidak terpukau? Anak sekecil itu sudah bisa mengatakan kalimat panjang untuk menyambut kehadiran seseorang. Kalau diingat-ingat lagi, tidak ada yang mengajarkannya. Ia hanya belajar kata ayah, ibu, kakak, nama para pelayan yang menjaganya, nama benda di sekitarnya, dan nama tentang alam beserta tumbuhan yang ada di sekitar kediaman.

Ia hanya diajari beberapa kata dasar untuk diucapkan. Juga kalimat sederhana seperti 'aku mau makan', 'aku mau tidur', 'aku mau mandi', dan beberapa kalimat sederhana lainnya.

"Suamiku, Nana kita kapan belajar kalimat itu?" tanya Su Yulan setengah berbisik.

"Kukira kamu sudah mengajarkan padanya, istriku," balas Yun Haoran yang ikutan berbisik pula.

"Tidak," ujar Su Yulan sembari menggelengkan kepala pelan. "Apa mungkin tidak sengaja mendengarnya dari orang lain ...?"

“Bisa jadi,” Yun Haoran mengusap janggut pendeknya sambil berpikir. Lalu ia tersenyum lembut. “Tampaknya putri kecil kita ini punya ingatan tajam seperti Gege-nya.”

Su Yulan terkekeh kecil. “Kurasa begitu. Tapi ... Yulan hanya berharap ia bisa tumbuh seperti gadis kecil kebanyakan. Jangan terlalu cepat dewasa. Yulan tak mau melepasnya terlalu cepat.”

Yun Haoran menatap istrinya dengan hangat. “Anak-anak selalu tumbuh lebih cepat dari yang kita duga, istriku. Tapi selama rumah ini masih menyimpan tawa mereka, kita tak benar-benar kehilangan apa pun. Yang penting, mereka tahu tempat untuk kembali.”

Su Yulan menatap suaminya lama, sebelum akhirnya tersenyum. “Kau benar, suamiku. Selama mereka tahu jalan pulang, tak ada yang perlu Yulan takuti.”

Sementara kedua orang tua itu saling bertukar senyum di meja makan, Yun Zhen dan Yun Ruona sudah terhanyut dalam dunia kecil mereka sendiri. Yun Zhen menunjukkan bunga kering yang dibawanya dari perjalanan — katanya, bunga itu tumbuh di tebing tempat para murid sering berlatih meditasi. Yun Ruona memandanginya dengan mata berbinar, jemarinya yang mungil menyentuh kelopak kering itu seolah sedang menyentuh benda berharga.

“Cantik sekali ... seperti awan yang jatuh,” ucapnya pelan, membuat Yun Zhen tertawa kecil.

“Kalau begitu, nanti Gege ajak kamu lihat bunga aslinya. Tapi kamu harus tumbuh sedikit lagi dulu, ya.”

“Janji?”

“Janji.”

Suara tawa kecil mereka menyatu dengan gemerisik angin yang masuk dari jendela. Su Yulan menatap pemandangan itu dengan mata lembut — seolah takut kedamaian kecil itu lenyap jika disentuh. Yun Haoran hanya menambahkan arang di tungku, lalu berkata pelan, “Sudah cukup hangat. Mari kita makan.”

Keempatnya pun duduk bersama. Di atas meja, uap sup mengepul, melingkupi ruang dengan aroma lembut yang menenangkan. Dan di luar, langit malam perlahan berganti perak — seolah memberkati rumah kecil itu dengan cahaya damai dari bulan yang baru naik.

✨ Bersambung ✨

1
Fitri R
semangat upnya thor
Fitri R
semangat thor upnya
Fitri R
lanjut
Fitri R
semangat thor upnya...
Ravenel Whitly
Ceritanya seru, menarik.

Tentang reinkarnasi jadi bayi, trus tetiba ada sistem. Tapi sistemnya bukan membantu si FL punya kehidupan lebih baik. Lebih ke sistem yang menghubungkan perasaan atau ikatan hubungan gitu. Ini sistem yang baru sih.

Dari judulnya Panduan Tokoh Numpang Lewat. sempet di sebutkan bentar di bab 1 & 4 tentang novel dan ingatan FL. Tapi masih belum di temukan. Ini sangat pas, berarti tokoh numpang lewat itu beneran lewat aja di buku tanpa ada yang kenal dan sadar akan keberadaannya.

Sepertinya dari 24 bab ini masih pembuka cerita. belum masuk ke intinya. Mungkin semakin ke tengah, akan semakin terbuka alur-alur tersembunyi lainnya.

Good job Author. Aku suka gaya pikirmu. Lanjutkan! aku dukung .... /Joyful//Determined//Applaud//Rose//Heart//Good/
Aisyah Suyuti
menarik
Fitri R
lanjut upnya thor...semangat
Fitri R
lanjut upnya thor....semangat
Fitri R
lanjut
DJSH _ Tutul
Ceritanya seru, gak bosen, ringan, tapi misterius.

bikin nagih deh. ditunggu bab berikutnya, ya!

/Good/
Kinara Wening
Sebagai penulis novel ini, cukup menguras otak. kadang sampai begadang buat mikir outline dan istilah lainnya. padahal belum nulis satu bab pun. perjuangan awal nulis cerita ini gak mudah. aku ingin cerita ini tidak hanya menghibur, tapi membekas dihati kalian.

dengan berkat dukungan dan cinta kalian, aku bisa tetap ada di sini dan tetap melanjutkan kisah ini, meski gak mudah.

makasih semuanya! love U All ....
/Rose//Heart//Pray/
Yourali
Karya yang bagus. ada lucunya, ada seriusnya, ada tema keluarganya, ada sistemnya. Belum tahu gimana romansa cerita ini karena masih kecil FL-nya.

Kutunggu dewasamu, Nana!

alurnya mulus bgt. gak kerasa kepaksa alurnya, kayak lagi naik rollercoaster!

pokok sukak bgt!!!!
semangat mamathor!
/Drool//Angry//Determined/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!