 
                            Namanya adalah Ye Lin. Selain Ketua Pembunuh Bayaran dia juga dikenal sebagai Kaisar Pedang Tak Terkalahkan. Dalam ratusan pertarungan yang telah dilalui dia lebih banyak menang dan tak pernah sekalipun menderita kekalahan. 
Namanya begitu disegani, pedangnya sangat dihormati. Namun pria yang terkenal kejam dan tak berperasaan itu pada akhirnya tewas saat berusaha menolong seorang anak muda. 
Dia merasa hidup sangat tidak adil sampai jiwanya malah terjebak ditubuh anak muda yang diselamatkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sayap perak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch - 08 : Bertemu Kenalan Lama
Kembali dari balai pelatihan, Ye Lin pulang ke kediamannya sebelum pergi menemui Xiao Lingzhe.
Kebetulan Huang Mei memiliki urusannya sendiri sehingga dia tidak mengikuti Ye Lin. Ye Lin berjalan dengan santai melewati hutan bambu, tak lama dia sampai di sebuah kediaman yang ada di atas gunung.
Terlihat air terjun yang mengalir ke bawah dengan indah, di terangi sinar bulan, kabut tipis berwarna putih menciptakan suasana yang sejuk.
Memasuki halaman, tidak ada siapapun yang dapat ditanyai. Terpaksa Ye Lin masuk sendiri untuk mencari Xiao Lingzhe.
Kemudian, terdengar suara-suara samar ketika Ye Lin berada di halaman belakang. Dia mendekat, terlihatlah Xiao Lingzhe yang sedang berbicara dengan seorang wanita bergaun merah.
Awalnya tidak ada yang aneh, tetapi telapak tangan Ye Lin mulai berkeringat ketika melihat dengan jelas sosok wanita tersebut.
Langkah kakinya terhenti, tubuhnya mematung. Dia sempat berpikir untuk pergi sebelum akhirnya Xiao Lingzhe berseru memanggil.
"Kau sudah datang? Kemarilah!"
Dengan langkah yang berat Ye Lin mendekat ke saung yang ada di tepi kolam. Tanpa berani mengangkat wajahnya, terlalu kentara menghindari kontak dengan wanita bergaun merah.
Xiao Lingzhe tidak memahami hal ini. Dengan polosnya ingin memperkenalkan mereka berdua, "Kak Hong, dia murid yang kuceritakan. Bakatnya sangat luar biasa, dia calon praktisi pedang legendaris."
Hong Die mulai memperhatikan Ye Lin tetapi tak bisa melihat wajahnya yang terus menunduk.
"Ada apa denganmu? Bukankah kau selalu percaya diri saat kelas? Kenapa malu-malu? Tahukah kau siapa sosok di sebelahmu? Kau yakin tidak ingin berkenalan secara langsung?"
"Dewi Pedang Berkabut."
Suara Ye Lin sangat pelan, tetapi cukup untuk Xiao Lingzhe dan Hong Die mendengarnya.
"Oh! Jadi kau juga tahu Dewi Pedang Berkabut?"
Ye Lin bahkan tak ingin menjawabnya. Tetapi mulutnya bergerak tanpa sadar ketika pikirannya mengenang ingatan-ingatan lama.
"Omong-omong, aku belum tahu siapa namamu. Kau belum menyebutnya, bukan?" ungkap Xiao Lingzhe.
Ye Lin menarik nafas dengan senyum yang agak dipaksakan. Tatapannya mengandung niat membunuh, hampir tak bisa menahan diri untuk menguliti murid satu-satunya itu.
Dia tak pernah menyangka Xiao Lingzhe akan sangat cerewet. Biasanya tidak banyak bicara, sekali bicara terus membuatnya tidak bisa tenang.
"Oh! Ini dia tanda pengenalmu."
Saat Ye Lin tidak begitu memperhatikan Xiao Lingzhe telah menjulurkan tangan meraih tanda pengenal yang menggantung di pinggangnya. Mengamati, lalu terdiam setelah menyadari namanya.
"Ye-Ye Lin?"
Bukan hanya Xiao Lingzhe, Hong Die terlihat menautkan kedua alisnya mendengar nama yang familiar.
"Ye... Keluarga Ye," jelas Ye Lin dengan sedikit penekanan.
Xiao Lingzhe yang sempat berdiri duduk kembali, sementara Hong Die mengembalikan ekspresi wajahnya seperti sebelumnya.
"Jika tidak salah memang aku pernah dengar Tuan Muda Keluarga Ye mendaftar sebagai murid akademi. Ternyata itu kau, Ye Lin ...." Xiao Lingzhe menatap Ye Lin dari atas ke bawah. Hampir saja mengira pemuda di hadapannya adalah sang guru yang sedang menyamar.
Namun setelah dipikir kembali, sangat tidak masuk akal menyamar sampai merubah bentuk tubuh dan suara meski memiliki kemampuan yang hebat.
Xiao Lingzhe menggelengkan. Merasa sangat konyol tentang apa yang ada di pikirannya.
"Xiao Lingzhe, sepertinya aku tidak bisa berlama-lama. Aku harus kembali." Hong Die mengalihkan pandangannya memperhatikan Ye Lin, sekilas.
"Akan lebih jika bukan hanya namanya yang sama," gumam Hong Die sebelum perlahan melangkahkan kakinya pergi.
Ye Lin mendengar gumaman itu. Tak dipungkiri hatinya bergetar, tetapi tetap tidak berani mengatakan apapun.
"Kak Hong tenang saja. Aku pasti akan memberi tahu jika ada kabar tentang guru."
Hong Die berjalan tanpa memperlambat langkah kakinya. Dalam sekejap, wanita empat puluh tiga tahun itu menghilang dari pandangannya.
Xiao Lingzhe menghela nafas. Dia mengambil secawan arak lalu menenggaknya hingga habis tak bersisa. "Ye Lin, kau tahu siapa guruku?"
"..."
Melihat Ye Lin tidak menjawab Xiao Lingzhe berpikir Ye Lin tidak mengetahuinya.
"Guruku dikenal sebagai Kaisar Pedang Tak Terkalahkan. Dia sangat hebat hingga tak sekalipun pernah kalah dalam pertarungan. Aku sangat mengaguminya, tapi dia sangat payah dalam urusan hati."
Ye Lin yang baru saja merasa besar kepala langsung terjatuh dari atas langit mendengar kalimat yang cukup pahit. Tangannya terkepal, sungguh tak pernah menyangka kata-kata seperti itu akan keluar dari mulut Xiao Lingzhe.
"Murid sialan ini, di belakang bahkan berani memaki gurunya ...."
"Ye Lin... Namamu ini sungguh mirip dengan nama guruku. Tapi dia bukan berasal dari Keluarga Ye. Dia tak punya keluarga, bahkan tidak tahu siapa orang tuanya. Hidupnya sudah susah sejak kecil, tetapi dia berhasil menjadi praktisi pedang yang sangat disegani."
"Dia orang yang hebat, juga guru yang baik. Aku yakin dia punya alasan untuk masalah dengan Kakak Hong."
Hati Ye Lin kembali bergetar ketika Xiao Lingzhe menyebut Hong Die. Namun dia tidak mungkin menunjukkannya secara nyata dihadapan Xiao Lingzhe.
"Guru Xiao, sepertinya kau sudah tidak sadar. Lebih baik kita lanjutkan pembicaraan di lain waktu."
Xiao Lingzhe bergumam tidak jelas. Entah berapa banyak arak yang diminum, dia bahkan sudah tidak mampu menopang kepalanya sendiri.
Ye Lin berusaha membawanya masuk ke dalam kediaman, tetapi baru saja Ye Lin menyentuh pakaiannya Xiao Lingzhe segera menepisnya menjauh.
"Aku masih sadar, aku bahkan bisa minum lebih banyak."
"..."
Ye Lin berdecak. Karena tidak bisa membawanya masuk dengan cara baik-baik, Ye Lin terpaksa harus memikirkan alternatif.
Diam sambil mengelus janggutnya, senyum Ye Lin mengembang membayangkan sesuatu. Ketika tertawa, suara tawanya mirip dengan penyihir jahat.
"Xiao Lingzhe, jangan salahkan guru karena tidak berperasaan. Guru bahkan tidak menghukummu saat kau memaki, kau harus menjadi murid yang lebih pengertian."
Ye Lin mengambil sebuah tali dari sudut saung, mengikat ujungnya ke pergelangan tangan Xiao Lingzhe sementara ujung lainnya dipegang. Masih dengan senyum usil di wajahnya, Ye Lin kemudian menarik Xiao Lingzhe dan menyeretnya masuk ke kediaman.
Bahkan ketika pakaian di punggungnya terus menipis bergesekan dengan tanah, Xiao Lingzhe masih tidak bangun dan hanya bergumam tidak jelas.
Bruk!
Terakhir, Ye Lin melempar Xiao Lingzhe ke tempat tidur. Menyadari punggung muridnya sedikit terekspos, dia terdiam cukup lama sebelum mengambil gunting dan menggunting pakaian Xiao Lingzhe hingga menyisakan bagian bawahnya saja.
"Dengan begini, seharusnya dia tidak akan kepanasan, bukan?" gumam Ye Lin.
Sempat terpikir juga untuk melepas pakaian bagian bawahnya. Tapi akan sangat gawat jika ada murid yang mencarinya. Apalagi murid wanita, bisa-bisa kehilangan kesucian mata mereka.
"Baiklah. Waktunya pulang,"
menantu dewa roh gmn ga berlanjut ksh