Di tindas dan di hujat dengan tuduhan yang tidak nyata, membuat Errina Devina, sosok istri yang penurut berubah menjadi istri yang pemberontak.
Pernikahan yang mereka bina selama enam tahun harus kandas karena pihak ketiga. Azka Rayanza awalnya sosok suami yang bertanggung jawab, tetapi semua kandas setelah kematian sang papa. 
Tidak terima dengan tuduhan keluarga suami yang mengatakan jika dia telah berselingkuh, maka Erinna memutuskan untuk menjadikan tuduhan keluarga suaminya menjadi nyata. 
"Ibu tuduh aku selingkuh di balik penghianatan putra ibu. Maka! jangan salahkan aku menjadikan tuduhan itu menjadi nyata."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elprida Wati Tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TKS 09
Erinna terdiam menatap mobil yang tiba-tiba berhenti di depannya. Dengan cepat dia mempererat genggaman yang menggenggam tangan mungil Denis, bocah itu juga menatap sang mama dengan bingung. Padahal baru saja wanita itu mengatakan jika mereka akan mencari ojek, tetapi kenapa tiba-tiba ada mobil mewah berhenti di depan mereka.
Erinna merasa jika dia pernah melihat mobil itu, tetapi dia lupa dimana. Hingga akhirnya rasa bingung mereka terlepas ketika melihat Azka turun dari mobil itu sambil mengenakan kaca mata hitam. Penampilan pria itu sungguh berubah dari sebelumnya, sudah seperti bos besar saja. Memang selama seminggu Denis di rawat di rumah sakit, Azka tidak pernah mengunjunginya sama sekali.
"Mas, kamu." Erinna menatap bingung penampilan Azka dari atas sampai bawah.
''Ngak usah banyak tanya. Ayo masuk." Azka menatap ke area sekitar lalu menyuruh Erinna untuk masuk ke mobil dengan tergesa-gesa, dari raut wajahnya saja sudah terlihat jika di merasa malu melihat keadaan Erinna dan Denis yang sudah seperti gelandangan, sangat berbeda dengan penampilannya.
Erinna hanya diam menuruti perintah suaminya itu dan mendudukkan Denis di kursi belakang. Dia terus berusaha mengingat dimana dia pernah melihat mobil itu, hingga akhirnya ingatannya kembali saat di depan rumah sakit. Ya, itu mobil yang dia lihat waktu itu, mobil yang sama hanya saja wanita itu tidak ada di sana..
"Ini mobil siapa, Mas?" akhirnya pertanyaan itu lolos dari bibir Erinna, dia menatap Azka dengan tatapan kosong, seperti sedang menanti sebuah kata manis namun menyimpan kepahitan yang begitu besar.
"Ini mobil bosku,'' jelas Azka singkat.
"Bosmu wanita ya, Mas?" Tanya Erinna tersenyum getir.
Mendengar pertanyaan Erinna, Azka hanya menatap sekilas wanita itu lalu kembali fokus menyetir. Dia mencoba melirik ke kaca spion depan untuk melihat Denis yang sedang menatap pemandangan kota dari jendela mobil. Bocah itu terlihat sangat bersemangat, bahkan senyuman indah terus terukir menghiasi wajah tampannya. Walau tubuhnya semakin kurus, di tambah wajah yang pucat, tetapi aura ketampanan bocah itu masih terpancar dengan jelas.
Dia terus tertawa bahagia di sepanjang perjalanan, dia juga mengeluarkan tangannya untuk menikmati angin yang berhembus kencang. Semua rasa sakit yang dia rasakan, seakan terbayar dengan pengalaman yang selama ini tidak pernah dia rasakan, duduk di mobil mewah dengan begitu leluasa. Tanpa harus berdesak-desakan dengan penumpang lain dan terpaksa duduk di pangkuan sang mama untuk menghemat ongkos.
"Pa, besok kita jalan-jalan naik mobil ini ya." Denis menatap sang papa dengan tatapan penuh harapan.
Melihat tatapan sang putra, Azka langsung menatap Erinna yang duduk di sampingnya. Tubuh kurus di baluti oleh daster kumuh, sendal jepit yang menjadi alas kaki dan juga rambut kusut yang diikat secara asal, membuat wanita itu sangat tidak enak untuk di pandang.
"Uang yang mas kasih kemarin sudah habis?" tanya Azka menatap Erinna dengan ujung ekor matanya.
Pikiran Erinna langsung teringat ke uang dua ratus ribu yang di beri Azka lima hari lalu, biaya untuk makannya saat merawat Denis di rumah sakit. Memang semua biaya pengobatan Denis sudah di bayar oleh Azka secara langsung, sehingga Erinna tidak perlu pusing membeli obat. Dia hanya menggunakan buang itu untuk kebutuhannya saja.
"Tinggal lima puluh ribu, Mas." Erinna mengeluarkan dompetnya dan mengeluarkan satu lembar uang lima puluh ribu di dalamnya.
"Ini uang bulananmu. Bawa Denis jalan-jalan dan belikan buah untuknya." Azka memberikan sebuah amplop yang berisi uang tiga juta rupiah di dalamnya.
Melihat jumlah uang itu, Erinna menatap pria itu dengan bingung. Kerasukan malaikat dari mana dia? Sehingga dengan mudah memberikan uang sebanyak itu kepadanya. Biasanya pria itu sangat perhitungan, biaya rumah sakit juga, pria itu sudah membereskannya tanpa banyak bicara. Tidak ada drama ngeluh nyari uang itu sulit, ataupun takut jika uang yang dia berikan habis sia-sia tanpa ada kejelasan.
Tidak ingin pria itu berubah pikiran, Erina dengan cepat mengambil uang itu dan menyimpannya di tas ransel yang dia bawa untuk tempat pakaiannya.
"Terima kasih, Mas,'' ucap Erinna menatap kagum ketampanan suaminya itu yang semakin lama semakin terpancar.
Wajahnya semakin terawat, tubuh pria itu juga semakin berisi, di tambah lagi dengan pakaian bagus yang melekat di tubuhnya, membuat Erinna semakin terpesona. Wanita itu terus menatap kagum suaminya itu, seperti melihat pria itu saat pertemuan mereka yang pertama kali. Azka hanya fokus mengemudikan mobil tanpa memperdulikan tatapan Erinna, jujur dia merasa risih dengan penampilan Erinna yang semakin hari semakin tidak terurus. Sebagai seorang pria, dia juga ingin mendapatkan pemandangan yang indah dari wanitanya. Namun, dia juga tidak pernah memberikan modal untuk istrinya itu melakukan perawatan.
"Kita sudah sampai! Maaf, mas harus pergi ke luar kota. Kalian turun lalu istirahat ya," ucap Azka tanpa turun dari mobil.
"Tapi, Pa. Kapan kita jalan-jalan? Denis juga ingin jalan-jalan naik mobil. Jadi Denis ngak perlu duduk berhimpit-himpitan dengan orang lain.'' Denis memasang wajah lesu, di ikuti dengan tatapan penuh harapan.
Azka membuang napas kasar mendengar ucapan putranya itu. Dia mencoba menatap ke belakang dan melihat sang putra duduk menunduk, tidak lupa dengan wajah sedih yang terpancar di wajahnya.
''Maaf, Sayang. Papa ada pekerjaan penting. Nanti jika pekerjaan papa selesai, kita jalan-jalan ya. Papa juga sudah memberikan uang ke mama, jadi sebelum papa pulang, kalian bisa jalan-jalan naik taksi dulu." Azka mencoba untuk membujuk putranya itu.
"Benar, Pa? jadi Denis dan Mama bisa jalan-jalan naik taksi besok?" tanya bocah itu dengan senyuman penuh kebahagiaan.
"Ia, Sayang. Kalian jalan-jalan dulu tanpa papa ya. Nanti jika papa pulang kita jalan-jalan lagi. Sekarang kamu masuk dan istirahat dulu, biar besok kamu punya tenaga untuk jalan-jalan bersama mama.'
"Hore ... Denis langsung tidur ya, Pa. Besok mau jalan-jalan sama mama."
Denis langsung turun dari mobil dengan penuh semangat, dia bergegas ke kamar lalu membersihkan tubuhnya tanpa menunggu perintah dari sang mama. Melihat semangat putranya itu, Erinna hanya tersenyum kecil lalu menurunkan barang-barangnya dari mobil dan membawanya ke rumah satu persatu.
"Erinna ini ponsel untukmu. Ponselmu sudah rusak 'kan?" tiba-tiba Azka memberikan sebuah ponsel baru kepada istrinya itu.
Memang ponsel Erinna sudah sangat lama, itu adalah ponselnya saat masih gadis dulu dan masih tetap menemaninya sampai sekarang. Dia hanya memiliki ponsel itu walau sudah terbilang tidak layak dipakai karena sudah sebagian layar pecah dan tidak bisa digunakan lagi.
"Kamu dapat uang dari mana, Mas?" Tanya Erinna menatap heran suaminya itu.
"Nanti juga kamu tau. Aku hanya ingin memberikan kalian yang terbaik."
Bersambung.....
si Azka serakah kamu sakit hati merasa dikhianati terus gimana dengan Erina sendiri saat kamu bilang mau nikah lagi perasaanmu sekarang gak bedanya dengan apa yang Erina rasakan cowok begooooo ... gemes 😬😬
tapi ternyata semua di luar ekspektasi 😜😜