NovelToon NovelToon
Keluarga Lecit

Keluarga Lecit

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Dunia Lain / Pusaka Ajaib / Iblis
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rika komalia

Entah wanita dari mana yang di ambil kakak ku sebagai calon istrinya, aroma tubuh dan mulutnya sungguh sangat berbeda dari manusia normal. Bahkan, yang lebih gongnya hanya aku satu-satunya yang bisa mencium aroma itu. Lama-lama bisa mati berdiri kalau seperti ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rika komalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sah

"tok... Tok.. Tok."

Aku yang tengah terdiam di kejutkan dengan suara ketukan dari jendela, sama seperti waktu itu. Entah siapa yang ada di luar sana, namun aku yakin itu pasti makhluk yang sama.

"Laras.... Oh Laras...."

"pergilah, aku tidak ada urusannya dengan mu." ceplosku.

" Laras... Laras... " panggil nya dengan suara serak basah.

Aku yang sudah kepalang tanggung, segera beranjak dan menyibakkan gorden jendela milik ku dan seketika aku terperanjat bagaimana tidak makhluk berbadan kodok berkepala lele tersebut tengah berdiri di depan ku.

Menyeringai, bahkan giginya sangat tajam. Jangan lupakan lendir hijau juga turut menetes dari mulutnya.

"Laras... Laras..."

Segera ku tutup, jantungku berdetak tak karuan. Astaga, ternyata makhluk itu mengikuti ku sampai ke rumah ini.

Ku telan saliva ini, mau melihat lagi takut rasanya. Tapi suara seraknya masih terdengar di telinga.

"Laras... Laras... Ayo ikut dengan ku."

Tak ku hiraukan perkataan makhluk aneh itu, segera aku naik ke atas ranjang menutupi tubuhku dengan selimut.

"Ya Allah, lindungi aku." batinku. Cukup lama aku berada di dalam selimut, hingga akhirnya tanpa ku duga suara ayam berkokok menandakan waktu sudah menjelang pagi.

Ku tatap sekitar kamarku, sepi. Ku coba mendekat lagi ke jendela, mengintip dari sela gorden ternyata dia tak ada lagi.

"sebaiknya aku sholat dulu." batinku. Segera aku beranjak keluar, ternyata ibu juga belum bangun. Lekas aku mengambil wudhu dan kembali lagi ke kamar.

Jam terus berputar, ya hari ini adalah hari pernikahan mas Rama. Aku yang masih terdiam di depan merias mencoba membuang nafas dengan kesal. Sementara di luar sana, sudah ada beberapa warga yang ikut menemani kami ke rumah mempelai perempuan.

"loh, kamu belum siap Laras?" ucap ibu yang tiba-tiba masuk kedalam kamarku.

"buk, bisa tidak pernikahan mas Rama di batalkan saja."

Ibu lantas melihat ku dari ranjang yang matanya bertemu dengan mata ku lewat cermin yang memang pas menghadap ke meja rias.

"kau tau sendiri bukan siapa mas mu itu, dia tidak akan percaya dengan kita Laras. Bahkan kau sendiri juga dengarkan, dengan atau tanpa persetujuan kita berdua dia akan tetap menikahi Sinta."

Ku buang nafas ini dengan kesal, dasar degil. Perlahan aku mulai mengaplikasikan makeup di pipi mulus ku, jika boleh memilih aku lebih baik tak ikut, tapi bagaimana dengan ibuku di sana nanti. Aku tak mungkin. Membiarkannya sendiri.

Tak butuh waktu lama, akhirnya makeup ala diriku selesai,. Tak menor tapi cukup elegan. Walau aku tinggal di perkampungan, tapi aku memiliki keahlian dalam bermake-up. Belajar otodidak tanpa seorang guru.

"ayo buk,"

Ibuku mengangguk, kemudian kami bersamaan keliar. Dan saat mataku melihat mas Rama, tampak di sana raut bahagia.

"ayo, kita sudah terlambat."

Terlambat apa, wong acaranya juga jam sepuluh. Sementara ini masih jam setengah sembilan.

Iring-iringan pengantin memenuhi jalan, aku yang berboncengan dengan ibu melaju dengan perlahan, dan akhirnya tibalah kami di rumah mbak Sinta si mempelai wanita.

Tapi, apa ini mengapa semuanya berwarna hijau. Dari mulai tenda meja kursi bahkan pelaminan semuanya berwarna hijau.

"kayak hutan," bisik-bisik warga yang ikut datang bersama kami.

"lah, malah adem to. Dari pada warna-warni malah buat panas."

" iya, tapi gak hijau juga semuanya kali."

Kasak-kusuk yang lainnya terdengar jelas ditelinga, aku sih udah gak mood terserah saja.

Semua tamu undangan yang ikut menyaksikan pernikahan mas Rama di persilahkan untuk duduk, sementara aku dan ibu duduk pas di belakang mas Rama. Tak lama kemudian mbak Sinta dengan di bantu oleh para sayangnya keluar dari rumah.

"mantennya kok mirip siluman." bisik mereka.

" makeup nya aja itu, lagian gak masalah sih."

Kini mbak Sinta sudah duduk bersebelahan dengan mas Rama, ku perhatikan dengan detail baju pengantin mbak Sinta, agak aneh menurutku.

Ku perhatikan dengan tajam, berusaha menikmati bisikan hati bahwa ada lendir yang mengalir di sana.

"kamu lihat apa sih?" bisik ibu.

"baju pengantin mbak Sinta buk, perhatikan lah ada lendir yang menetes buk."

Ibu yang terkejut seketika mengalihkan matanya pada pakaian yang dikenakan calon menantunya itu.

"mana sih?"

"itu loh buk dekat bagian keteknya."

Ibu ku terus memindai, tapi sepertinya dia tak melihat juga.

"tidak ada loh,"

Masa sih, ku perhatikan dengan seksama. Ada kok, bahkan sekarang tercium amis.

Aku yang fokus memperhatikan baju mbak Sinta sampai tak sadar jika ijab kabul sudah selesai. Terakhir terdengar hanya kata sah, dari para saksi.

Serangkai acara pun di lakukan, sama seperti pada umumnya, hanya saja semuanya berwarna hijau.

Kini tibalah waktunya makan-makan, aku yang tak berselera memilih duduk menjauh dari kerumunan.

Angin sepoi-sepoi menemani ku sembari melihat area sekitar.

"kakak gak makan," ucap seseorang yang langsung membuat leherku mendongak.

Ternyata adik mbak Sinta, mau apa di kesini. Lalu apa yang tengah di makannya itu? Krenyes-krenyes.

"tidak, belum selera."

"padahal semua lauknya enak lok kak, sayang banget kalau kakak gak makan." tutur nya sembari mendaratkan bokong di sebelah ku.

Tak ku hiraukan ocehan bocah tersebut, mataku terlalu sibuk melihat semua ke anehan ini.

"kakak mau!" ucapnya sembari menyodorkan kripik yang yang ada di dalam plastik tersebut.

"apa itu?"

"oh, ini kripik bunga bangkai kak. Jarang-jarang aku bisa makan makanan lezat seperti ini. Kalaupun makan, pas ada pesta atau acara tertentu."

Keningku mengerut, bunga bangkai di buat kripik? Astaga, makin aneh aja mereka ini. Ku tatap anak lelaki yang masih asyik mengunyah ini, sepintas tak ada yang mencurigakan, tapi jika perhatikan betul-betul akan terlihat jelas perbedaan antara manusia normal dengannya.

"apa kalian keturunan siluman?" ceplosku.

Dia seketika terdiam, bahkan mengunyah pun langsung berhenti. Lalu menatapku dengan intens.

"jangan asal bicara kak," ketusnya.

"aku buka asal bicara, tapi dari cara kalianlah makanya aku bisa menyimpulkan begitu." balasku.

" jika ibu tau kakak berbicara seperti itu, aku tidak dapat memastikan hukuman apa yang bakal kaka terima." ketusnya.

Aku tersenyum tipis, dia kita dengan berkata begitu nyaliku langsung ciut begitu, justru rasa penasaran ku ini semakin bertambah.

"berarti tebakan ku benar kan, kalau kalian keturunan siluman. Tidak usah berkilah, karena aku sudah menciumnya sejak beberapa hari yang lalu.Bahkan ibumu juga sudah mengultimatum ku, tapi apa menurutmu aku takut? Jawabannya tidak."

Dia mendengkus kasar, dia kira aku akan takut begitu, kau salah besar adik kecil justru aku akan semakin gencar mencari kebenaran yang sebenarnya.

1
Rika Lia
terimakasih 😍
Its just a lunch
seru..seru kaka...,tetap semangat lanjutkan kisah nya ya,jangan kau gantung cintaku😍👍💪
Rika Lia
terimakasih 😍💪
Its just a lunch
ceroboh ya si laras...,malah pro siluman nya aku jadinya🤣
Its just a lunch
seru kak,msh banyak typo nya,tetap semangat ya..💪👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!