Siapa yang menyangka permohonan yang berada di ujung nyawanya terkabulkan. Arum, gadis cantik yang merupakan salah satu gundik gubernur jenderal Belanda kembali ke masa lalu.
"Aku tidak mau mati dalam keadaan mengenaskan! Dicampakkan dan kehilangan anakku! Terlebih, kepada mereka!"
Mampukah Arum merubah masa depan nya? Apakah semuanya berjalan seperti yang diharapkan nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nilam Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyapu Ala Arum
Suara khas dengan erangan kenikmatan itu menembus pintu yang tidak tertutup sempurna itu. Tentu saja Arum sang pelaku nya, dia sengaja memberikan sedikit ruang untuk Caroline mendengarkan suara pertempuran nya dengan Frans.
"Nyonya....." Panggil Lucy pelan, dia sudah mulai gemetar melihat ekspresi nyonya nya yang ada dihadapannya saat ini.
Tanpa suara, tapi Lucy dapat melihat kepalan tangan yang sudah terbentuk dan suara napas memburu yang terdengar.
"Yes! Ohhh!" Tubuh Caroline seolah membatu saat ini. Telinganya mendengar suara erangan suaminya yang tengah beradu kasih dengan wanita yang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan nya. Ingin sekali Caroline mendobrak pintu itu dan memaksa masuk. Tapi, dia ingat kata-kata suaminya.
'Kau tidak berhak menganggu maupun mengatur ku saat bersama dengan Nyai! Dengar?' matanya terpejam mengingat kata-kata itu.
"Kita pergi!" Ucapnya, dia sudah tidak tahan lagi untuk berdiri disini.
Tubuh Arum ambruk dan dipeluk oleh lengan kekar dengan yang mengkilap itu. Suara napas mereka saling bertautan. "Luar biasa! Aku sangat puas!" Ucapnya dengan napas yang masih tersengal-sengal.
"Aku senang, Tuan merasa puas."
"Ya, aku sangat puas!" Manik Arum membola saat merasakan kecupan di kening nya. Rasa tidak percaya mengisi dirinya. Apa ini? Bukan ini yang seharusnya terjadi, meskipun Arum merubah sikapnya menjadi patuh dan melayani pria blonde ini. Tetap saja terasa aneh.
'Dia mengecup kening ku?'
'Tidak-tidak! Aku tidak boleh terlena. Ini belum apa-apa nya. Semuanya masih panjang! Perjuangan dan pembalasan ku belum dimulai sepenuhnya.' Arum segera memberikan tameng untuk membentengi dirinya.
Beberapa saat kemudian.....
"Ayo, kita makan siang. Perutmu pasti lapar bukan? Apalagi melayani ku semalaman." Jelas Frans sambil memakai pakaiannya.
"Iya, tapi .... Apakah ....."
"Kenapa? Tidak ada yang menolak perintah ku. Jangan khawatir! Ayo!" Arum mengangguk.
Cat dinding putih itu menghiasi ruangan kediaman itu. Suara langkah kaki itu seolah sudah ditunggu-tunggu oleh sosok yang ada di meja makan.
"Suamiku. Aku menunggu." Ucapnya.
"Aku juga sudah menghangatkan makanan yang kau sukai."
"Ya. Aku sudah lapar. Ayo Arum!" Ucap Frans.
"Dia ..... " Mata Caroline membulat saat melihat kehadiran Arum bersama suaminya.
"Iya, kenapa? Ada masalah? Dia akan ikut makan."
"Tapi, ini bukan meja makan untuk nya! Dia berada di ruangan nya tersendiri dengan Nyai lain." Jelas Caroline menahan kesal.
"Tapi aku yang memiliki aturan di rumah ini! Kaos, lakukan apa yang aku katakan. Atau kau sudah kenyang dan pergilah dari sini!" Jelas Frans, kata-kata itu bagai pengusiran untuk Caroline.
"Aku menunggu mu, mana mungkin aku makan lebih dulu. Baiklah, jika dia bisa menjaga sikapnya, dia bisa bergabung. Kali ini." Arum tersenyum samar mendengar nya.
"Terimakasih, nyonya." Ujar Arum yang duduk di sebelah Frans. Mata Caroline mengikuti Arum dengan tatapan nyalang, tapi Arum seolah tidak peduli. Dia justru suka, dia ingin melihat bagaimana wanita ini bertahan.
"Aku pergi." Caroline mengangguk, Frans tersenyum menatap Arum.
"Hati-hati tuan." Arum menatap kepergian Frans dengan pakaian kebesaran nya dalam bekerja serta memperlihatkan statusnya sebagai kolonial.
Setelah kendaraan itu meninggalkan kediaman, Caroline langsung membalikkan tubuhnya dengan tatapan mematikan. "Nyai Arum! Kau mau kemana?"
"Kembali ke kamarku."
"Enak sekali! Kau harus tau tugasmu disini!" Tidak bisa menahan lagi, Caroline menarik tangan Arum dan tidak ada yang bisa menghalanginya.
Arum menahan dirinya dengan memegang meja. "Disini! Lihatlah! Kau harus berkerja disini! Membersihkan ruangan ini bersama mereka!" Jelas Caroline sambil menunjuk-nunjuk wanita yang bernasib sama dengan Arum.
"Lihatlah! Wanita ini adalah anggota baru kalian. Dia seperti kalian!" Lanjut Caroline.
"Kenapa kau masih diam! Ambil sapu dan mulai menyapu!" Tapi Arum masih tidak bergeming.
"Lucy!"
"Iya nyonya." Seolah mengerti dengan yang diinginkan oleh sang nyonya. Lucy dibantu dengan babu lain mendekati Arum.
"Ambil sapu ini....!"
"Aghh!" Semuanya terkejut melihat tindakan itu.
"Aku lakukan, ambil sapunya kan?"
"Dan singkirkan debu nya!" Ucap Arum dengan senyuman manis sambil menatap Lucy yang terjengkang karena ulahnya.
Bersambung......
Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiahnya ya terimakasih banyak 🥰 🙏 🙏