Kasus pembunuhan yang dirahasiakan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinta dan Darah
John tinggal bersama istrinya di apartemen kecil yang biayanya bisa terjangkau.
John dan istrinya Drew memilih tinggal memisah dengan orang tua mereka setelah memutuskan untuk menikah. Sejatinya pernikahan John dan Drew tidak berjalan mulus karena ada pihak yang keberatan dari masing-masing keluarga.
Tapi karena atas nama cinta John dan Drew tidak lagi mempedulikan omongan orang lain dan lebih memilih kebahagiaan untuk mereka berdua.
Pernikahan mereka baru memasuki usia dua bulan. Pasangan baru itu masih sedang romantis-romantisnya.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup John bekerja sebagai profesional pembersih kaca gedung atau yang disebut spesialis facade cleaning. Karena pekerjaannya itu juga John memilih tinggal di kota besar yang banyak gedung tingginya yang jendelanya berkaca-kaca.
Tidak setiap hari John ada pekerjaan. Tapi ketika sedang ada tugas John bisa sampai berhari-hari melakukannya dengan lembur.
Pekerjaan John rampung tergantung dengan banyaknya permintaan kaca yang mau dibersihkan. Biasanya memakan waktu dua atau tiga hari.
Sedangkan Drew istri John sudah tidak lagi bekerja. Dulu Drew bekerja di toko sepatu dan bertemu John di sana.
Setelah berkenalan dan berpacaran dengan John. Drew memutuskan untuk berhenti bekerja dan melanjutkan mengejar mimpinya. Semua itu karena John mendukungnya. Dari dulu Drew bercita-cita ingin menjadi seorang pemain peran.
Demi mewujudkan mimpinya itu Drew tidak pernah lelah dan bosan untuk selalu berusaha dengan cara ikut berbagai macam casting. Sampai sekarang setelah menjadi istri dari John pun Drew masih melakukannya.
Meskipun belum pernah diterima lolos audisi untuk sebuah peran layar lebar. Tapi Drew tidak pernah patah semangat dan terus mencoba. Drew pernah tampil sebagai ekstra atau figuran di berbagai iklan dan judul serial televisi.
"Aku akan berangkat besok",
"Berapa lama?",
"Dua atau tiga hari",
Besok pagi John akan pergi ke salah satu gedung tertinggi di kota ini. John akan menginap karena lokasinya berada di pusat kota yang jauh dari tempat apartemennya.
"Tidurlah yang nyenyak besok kamu harus bangun pagi-pagi",
Malam ini Drew yang melakukan semuanya tanpa harus membuat suaminya kelelahan.
Keesokan paginya John berangkat setelah subuh. Ia buru-buru supaya tidak terlambat dan mengecewakan yang lainnya.
"Aku akan menjemputmu di hari ketiga John",
"Jangan sampai salah alamat Drew",
"I love you John",
"I love you Drew",
John menghilang setelah berjalan beberapa langkah lalu melewati belokan.
Drew merasa bangga ketika melihat lelakinya pergi untuk berjuang mencari nafkah demi dirinya. Namun akan ada sedih yang datang ketika rindu di waktu malam. Tidur sendiri tanpa belaian.
"Berapa lama dia pergi?",
"John pergi selama tiga hari",
"Itu tidak lama bersabarlah Drew",
"Jika butuh teman bicara datanglah ke tempat ku",
"Terimakasih Paula",
Tetangga apartemen Drew yang bernama Paula menyapanya.
Paula tinggal bersama suaminya yang bernama Dean yang juga harus berangkat pagi-pagi untuk bekerja. Pasangan suami istri yang terlebih dahulu tinggal di apartemen kecil itu bekerja di pasar.
"Kamu mau Drew?",
"Ini bagus untuk dimakan pagi hari",
"Paula membelinya terlalu banyak. Sayang jika dibiarkan tidak dimakan",
Dean menawarkan buah kepada Drew.
"Terimakasih Dean",
Pasangan John dan Drew dengan pasangan Paula dan Dean sudah saling mengenal dengan baik. Dan akhir-akhir ini hubungan mereka menjadi tambah dekat.
Di apartemen sendirian Drew mengerjakan semua tugas rumahnya. Setelah selesai baru Drew berlatih untuk audisi yang tidak lama lagi akan digelar.
Pekan depan Drew akan mengikuti audisi untuk sebuah pertunjukan opera. Tentang dunia seni peran selama ini Drew hanya mempelajarinya seorang diri. Drew tidak pernah pergi ke tempat pelatihan atau belajar di sekolah yang formal.
"Halo bagaimana perasaan kamu hari ini?",
"Aku senang mendengarnya",
"Bagaimana dengan makanan di tempat kami?",
"Sayang sekali kami tidak memilikinya",
Drew sedang melatih dialognya. Drew memilih peran untuk menjadi seorang pemilik motel.
"Apa kamu tidak apa-apa Drew?",
"Aku dengar kamu berteriak-teriak",
Dean datang ke apartemen Drew yang pintunya memang sengaja dibiarkan sedikit dibuka.
"Oh... aku tidak apa-apa Dean",
"Aku sedang berlatih untuk audisi minggu depan",
Jawab Drew yang sedikit terkejut dengan kemunculan Dean.
Karena biasanya Dean akan pulang sore hari bersama Paula. Dan sekarang waktunya masih siang hari.
"Apa kamu baik-baik saja Dean?",
"Kamu pulang lebih awal",
"Aku sedikit kurang enak badan jadi aku pulang lebih awal dari biasanya",
Hanya sebentar lalu Dean meninggalkan Drew. Kembali ke apartemennya sendiri untuk beristirahat.
Drew pun kembali melatih dialognya demi persiapan audisi sebuah opera. Tapi kali ini Drew memelankan suaranya.
"Halo bagaimana perasaan kamu hari ini?",
"Aku senang mendengarnya",
"Bagaimana dengan makanan di tempat kami?",
"Sayang sekali kami tidak memilikinya",
"Ya tentu saja tuan",
"Hubungi kami jika tuan memerlukan sesuatu",
"Van...!",
"Kamar nomor sembilan sudah dari tadi pagi meminta diperbaiki air panasnya",
"Pergi ke sana!",
"Cepat Van...!",
Setelah selesai berlatih dengan naskah yang lumayan panjang. Drew tertidur.
Drew terbangun di sore hari. Ia lalu menyiapkan makanan untuk dirinya dan juga untuk Dean.
Drew merasa kasihan kepada Dean yang sedang tidak enak badan. Karena tadi sudah menggangunya dengan suaranya yang berisik saat latihan.
Terlebih lagi Drew belum melihat kalau Paula sudah pulang. Pasti Dean yang sedang kurang sehat kesulitan.
"Halo Dean",
Karena pintunya sengaja dibiarkan sedikit dibuka dan tidak ada jawaban. Drew main masuk.
"Drew?",
Dean sedang tidur di sofa ruang tamu. Ia terbangun ketika mendengar ada suara yang masuk.
"Maaf mengganggu mu sebentar Dean",
"Aku memasak sup untuk makan malam",
"Aku membuatnya lebih untuk mu dan Paula",
"Terimakasih banyak Drew",
"Apakah kamu sudah baikan Dean?",
"Ya aku sudah mendingan hanya saja masih sedikit pegal di bagian punggungku",
"Apakah kamu mau membantuku barang sebentar Drew?",
"Ya dengan senang hati Dean",
"Apa yang bisa aku lakukan?",
"Jika kamu tidak keberatan tolong pijat bagian belakang punggungku ini karena aku sulit melakukannya dengan tanganku sendiri",
"Baiklah",
Drew memijat bagian belakang punggung Dean. Drew melakukannya dengan senang hati karena selama ini pasangan Dean dan Paula telah begitu baik kepada Drew dan juga John.
Drew memijat bagian belakang punggung Dean cukup lama sampai Dean sendiri yang meminta menghentikannya.
"Sudah cukup terimakasih sekali Drew... ",
"Pijatanmu sangat enak sepertinya kedua tanganmu berbakat",
"Terimakasih Dean... John yang mengajariku",
"Bagaimana kalau sekarang aku yang gantian memijat kamu Drew?",
"Sebagai balasan rasa terimakasih ku",
"Kamu pasti lelah karena suamimu sedang tidak ada di rumah",
"Apalagi John pergi selama tiga hari pasti kamu butuh tubuhmu kembali bugar untuk besok",
"Bagaimana Drew?",
"Jika kamu keberatan aku tidak akan memaksanya",
Drew sempat malu mendengar penawaran Dean. Tapi tidak ada salahnya juga karena memang Drew merasa kecapekan di bagian kaki setelah seharian mengurus pekerjaan rumah sendirian. Lagi pula Drew yakin kalau Dean suami Paula itu tidak ada maksud yang lain.
"Ya boleh kebetulan kakiku pegal-pegal",
"Kalau begitu tiduran lah di sofa aku akan memijat kakimu dengan sangat hati-hati",
Drew mau menurutinya. Ia tidur tengkurap di sofa ruang tamu.
Dean duduk bersimpuh di lantai sambil memulai memijat kaki Drew pelan-pelan.
"Keras sekali kakimu",
"Aku akan memijatnya lebih lama jika diperbolehkan",
"Ya silahkan",
Dean memijat kaki Drew dengan sangat lembut. Tekanan yang diberikan disesuaikan.
"Darimana kamu belajar melakukannya Dean?",
"Kebetulan dulu aku pernah bekerja sebagai seorang terapi pijat",
"Pantas saja",
"Aku juga pertama kali berkenalan dengan istriku ketika Paula datang ke tempatku bekerja untuk meminta dipijat",
"Paula pasti sangat senang bisa memiliki mu",
"Bagaimana dengan mu Drew?",
"Bagaimana kamu dan John pertama kali bertemu?",
"Aku dan John teman satu sekolah",
"Sejak pertama kali berkenalan kami tidak pernah terpisah",
Percakapan seru itu membawa kedua tangan Dean bergerak bebas di atas kaki-kaki Drew yang dikeluhkannya pegal-pegal.
Tidak terasa pijatan tangan Dean yang sudah sangat terlatih dan berpengalaman membuat Drew keenakan dan lupa waktu.
Di antara dua bagian belakang yang menonjol Dean memijat sembari menyentuh tipis bibir bagian dalam yang tersembunyi.
........
Suara berdesah yang sangat lirih.
"Apakah ini tidak apa-apa Dean?",
"Aku rasa itu terlalu berlebih",
"Tidak apa-apa Drew ini bagian dari pijat terapi",
"Malam ini pasti kamu akan bisa tidur dengan sangat nyenyak",
"Bolehkah aku melanjutkannya?",
"Baiklah tapi jangan terlalu dalam",
Dean terlihat sudah sangat ahli tentang apa yang sedang ia lakukan kepada Drew.
Perlahan-lahan Dean menyentuh bibir bagian dalam yang tersembunyi. Diulang-ulang semakin melebar masuk semakin ke dalam.
Drew pun tidak kuasa untuk menahan rasanya sampai harus menahan untuk tidak mengeluarkan suara.
........
Suara berdesah yang sangat lirih.
"Aku rasa ini sudah cukup Dean",
"Kamu terlalu jauh",
"Sebentar lagi Drew",
Dean dengan terang-terangan menyentuhnya berulang-ulang.
........
........
Suara berdesah yang sangat lirih yang lebih lama.
"Sekarang sudah Drew... ",
Drew segera berdiri lalu meninggalkan rumah tetangganya itu.
"Tolong jangan sampai John dan Paula tahu",
"Tenang saja Drew aku tidak akan bilang kepada siapapun",
"Rahasia mu aman bersama ku",