NovelToon NovelToon
Obsesiku Tawananku

Obsesiku Tawananku

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Playboy / Hamil di luar nikah / Percintaan Konglomerat / Obsesi / Fantasi Wanita
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Dewi Adra

Meira, gadis muda dari keluarga berantakan, hanya punya satu pelarian dalam hidupnya yaitu Kevin, vokalis tampan berdarah Italia yang digilai jutaan penggemar. Hidup Meira berantakan, kamarnya penuh foto Kevin, pikirannya hanya dipenuhi fantasi.

Ketika Kevin memutuskan me:ninggalkan panggung demi masa depan di Inggris, obsesi Meira berubah menjadi kegilaan. Rasa cinta yang fana menjelma menjadi rencana kelam. Kevin harus tetap miliknya, dengan cara apa pun.

Tapi obsesi selalu menuntut harga yang mahal.
Dan harga itu bisa jadi adalah... nyawa.



Ig: deemar38

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Adra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

OT 9

Acara berlanjut dengan sesi paling ditunggu: “Seharian Bersama Silverdawn”. Lima peserta yang terpilih tampak begitu antusias. Nama-nama personel diundi secara acak untuk dipasangkan dengan para peserta. Suasana riuh rendah penuh sorak sorai penonton memenuhi studio.

Ketika nama dipanggil, Meira menahan napas. Ia berharap penuh pada satu nama, Kevin. Namun, ternyata nasib berkata lain. Meira mendapat pasangan salah satu personel lain. Wajahnya tetap ia usahakan ramah, meski dalam hati sedikit kecewa.

Di tengah keriuhan, telinganya menangkap percakapan samar. Kevin yang duduk tak jauh darinya sempat menoleh ke arah rekannya dan berkata dengan logat bule yang kental,

"Too bad, I was hoping to pair up with that girl... I like her simple style, not too much but still pretty."

Hatinya langsung berdetak lebih cepat. Ia tahu jelas siapa yang dimaksud Kevin.

‘Gue? Masa sih? Oh Tuhan... jangan GR dulu, Mei,’ gumamnya dalam hati, menunduk cepat-cepat supaya tidak terlihat wajahnya yang tiba-tiba memerah.

Bibirnya tak bisa menahan sedikit senyum. Ada perasaan hangat menyeruak, campuran antara tidak percaya dan berbunga-bunga. Padahal, ia juga sadar, mungkin Kevin hanya memberi komentar biasa, bukan pertanda apa-apa.

Tetapi untuk Meira komentar singkat itu sudah cukup membuatnya merasa istimewa di antara ribuan penggemar yang memuja.

Mobil besar itu melaju, membawa Silverdawn bersama kelima peserta menuju studio pribadi mereka. Studio itu megah, tapi hangat dengan suasana artistik dindingnya penuh poster konser lama, koleksi gitar tergantung rapi, dan ada grand piano di sudut ruangan.

Di sana, peserta diberi kesempatan untuk melihat secara langsung bagaimana Silverdawn bekerja di balik layar. Personel band mulai memperkenalkan ruang rekaman, memperlihatkan alat musik kesayangan mereka, bahkan sesekali memainkan beberapa nada untuk mencairkan suasana.

Meira berusaha mengikuti personel yang menjadi pasangannya, tapi matanya sesekali tak bisa lepas dari Kevin. Ketika Kevin tertawa saat memperlihatkan gitar kesayangannya, Meira tanpa sadar ikut tersenyum.

Lalu, salah satu kru mengumumkan bahwa peserta akan mendapat tantangan kecil: masing-masing harus berkolaborasi singkat dengan personel pasangannya entah itu mencoba menyanyi bersama, memainkan instrumen sederhana, atau sekadar membantu menciptakan lirik.

Interaksi antar pasangan mulai terlihat semakin natural. Dari yang tadinya kaku, kini masing-masing sudah bisa menyesuaikan diri dengan personel Silverdawn. Tawa dan canda ringan mulai tercipta di antara mereka.

Kevin pun tak terkecuali. Ia terlihat makin akrab dengan pasangannya, cewek cantik yang memang punya pesona anggun. Kevin sering kali tertawa kecil dengan komentar pasangannya, bahkan sesekali keduanya saling bertukar pandang sambil tersenyum. Kamera yang mengabadikan momen itu tentu tak melewatkan interaksi manis mereka.

Meira yang duduk tak jauh dari Kevin, hanya bisa memperhatikan dari balik senyum tipisnya. Matanya mengikuti gerak Kevin yang begitu mudah melebur dalam percakapan bersama cewek itu. Ada sensasi panas yang merambat di dadanya. Hatinya seakan tertohok tiap kali melihat tawa Kevin yang tulus untuk orang lain.

"Kenapa sih harus sama dia..." gumam Meira dalam hati, berusaha menahan ekspresi agar tak terbaca kamera.

Sejujurnya, Meira sendiri tak tahu kenapa ia begitu terusik. Padahal Kevin hanya sedang menjalankan acara. Tapi semakin lama ia melihat chemistry Kevin dan pasangannya, semakin terasa sesak di dadanya.

Acara dilanjutkan dengan Istirahat. Sesi istirahat itu terasa cukup panjang, tapi bagi Meira, detik demi detik berjalan lambat. Matanya tak pernah lepas dari sosok Kevin. Ia menyadari Kevin tiba-tiba memisahkan diri dari kerumunan, lalu duduk di sudut ruangan dengan tatapan kosong, seolah ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.

Meira memperhatikan lekat-lekat, bahkan napasnya terasa menahan, mencoba menebak isi kepala pria itu.

Tiba-tiba, seorang wanita tinggi semampai mendekat. Wajahnya familiar, ya... Meira mengenalnya. Model majalah yang sedang naik daun, sering muncul di sampul-sampul glossy. Wanita itu tanpa sungkan langsung merangkul Kevin dari belakang.

Kevin terlihat kaget, raut wajahnya menegang. Ia jelas tak suka. Dengan cepat Kevin mengelak, bahkan sempat terlihat mengucapkan sesuatu dengan nada keras, membuat ekspresi wanita itu berubah canggung. Dari jauh, Meira bisa membaca bahasa tubuh mereka Kevin menolak, wanita itu memaksa.

Hati Meira mendidih.

"Berani banget lo deketin Kevin gue. Apalagi sampe lo nyakitin dia... sumpah gak bakal gue biarin .”

Tatapan Meira makin tajam, seperti predator yang mengintai mangsa. Ia menunggu, mengamati setiap langkah wanita itu.

Kesempatan datang lebih cepat dari yang ia bayangkan. Saat jeda berakhir, wanita itu menuju toilet. Kebetulan suasana sepi, hanya beberapa kru lalu-lalang jauh di koridor. Meira mengikuti diam-diam, langkahnya ringan, wajahnya tetap datar.

Begitu wanita itu masuk ke dalam toilet, Meira melihat ke kanan-kiri memastikan keadaan aman. Lalu dengan cekatan entah bagaimana caranya tangan Meira bergerak lincah, dan klik! pintu toilet itu terkunci rapat dari luar.

Sesaat kemudian terdengar suara gagang pintu digoyang dari dalam. Suara panik samar-samar memanggil, "Hei! Tolong! Kenapa ini nggak bisa dibuka?"

Meira hanya tersenyum sinis, bibirnya melengkung penuh kemenangan. Ia berbalik pergi, langkahnya ringan seakan baru saja menyelesaikan sebuah misi kecil.

Kevin nggak boleh diganggu siapapun. Dia hanya milik gue.

Sementara keempat peserta lain asik bercakap-cakap, tertawa, dan saling mengenal lebih dekat, Meira justru memilih menyendiri di sudut ruangan. Ia menunduk, jemarinya sibuk menggulir layar ponsel, seolah-olah dunia luar tidak ada artinya.

Tiba-tiba, suara notifikasi WhatsApp berbunyi. Meira menoleh cepat, membuka pesan itu dengan jantung berdegup tak tenang.

Pesan itu dari nomor yang sudah sangat ia kenal orang suruhan ayahnya.

"Ibumu sudah menyerah. Dia benar-benar tidak peduli lagi padamu. Itu artinya, ayahmu juga tidak akan melanjutkan kiriman uang untukmu mulai hari ini."

Meira menatap layar ponselnya lama sekali. Pandangannya mengeras, seperti menahan amarah sekaligus rasa kecewa yang dalam. Bibirnya tertarik kaku, senyum sinis muncul begitu saja.

“Bagus...,” gumamnya lirih. “Kalau mereka pikir gue bisa jatuh tanpa uang mereka, mereka salah besar.”

Ia mengetik cepat sesuatu di ponselnya, lalu menguncinya kembali. Tatapannya kembali tajam, kali ini lebih dingin. Semua yang dilakukannya mulai saat ini hanya untuk dirinya sendiri dan tidak ada lagi yang bisa menghalangi.

Meira merasa terpojok dengan pesan itu. Tangannya bergetar, wajahnya memerah menahan emosi. Tanpa pikir panjang, ia langsung membalas dengan kata-kata kasar.

"Kasih tau sama bos lo itu," tulisnya cepat, "jangan cuma bisa bikin anak doang. Kalo nggak bisa urus anak lo sendiri, mending minggir sekalian dari hidup gue! Gue bakal kasih perhitungan, dan lo siap-siap aja kalo semua rahasia busuknya gue bocorin ke luar!"

Pesan itu terkirim. Meira menutup layar ponselnya dengan kasar, jemarinya mengepal erat sampai buku-bukunya memutih. Napasnya memburu. Ia mencoba menyembunyikan amarah dengan pura-pura fokus pada layar ponsel, padahal pikirannya berantakan.

1
Aquarius97 🕊️
Meira kah vin.? jika iya, hmm...diam2 kamu memperhatikan yaa
Aquarius97 🕊️
yaiyalah mei... lu siapa emangnya wkwk
Aksara_Dee
periksa sama aku aja, rahasia aman 😅
Aksara_Dee
emang kalau udah penyakit hati susah ya
Aksara_Dee
semoga bukan kevin ya
Aksara_Dee
tapii... crush nya Kenji naksirnya kamu, Kev
Aksara_Dee: ❤️❤️❤️❤️
total 8 replies
D. A. Rara
kalo Kevin aku rasa dia mau ngk tau Kenji
Aquarius97 🕊️
wah parah juga lu Mei...
Aquarius97 🕊️
tahan Meira, jangan ngamuk yaa 🤣
Aksara_Dee
like plus mawar untuk kaka
Dee: yeeeaa... makasih Kakak🥰
total 1 replies
Aksara_Dee
yups mantap kata²nya cukup menampol bibir kenji
Aksara_Dee
owalaahh aku gemess sama Kenji
Aksara_Dee
kenji pengen bgt tampil nih kayaknya
Aksara_Dee
duuhh dia capek banget itu, pengen peluk kevin 🥺
Dee: Merasa tertekan
total 1 replies
Aksara_Dee
diam-diam dia ingin tampil sebagai tokoh di head line
Dee: Mulai ketauan aslinya
total 1 replies
Aksara_Dee
jeli bangen si wartawan
Aquarius97 🕊️
tabok dulu wajah kau mei hhh
Aquarius97 🕊️
selmattt Meiraa 💪😵
Aquarius97 🕊️
apal bgttt.. orang si kevin dunia meira
Aquarius97 🕊️
wuahhh.. kalau aku jadi Meira bakalan kayang trus jungkir balik tuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!