Lihat, dia kayak hantu!"
"ia dia sangat jelek. Aku yakin sampai besar pun dia akan sejelek ini dan tidak ada yang mau mengadopsinya."
"Pasti ibunya ninggalin dia karena dia kutukan."
"Coba lihat matanya, kayak orang kesurupan!"
"iya ibunya membuangnya Karena pembawa sial." berbagai macam cacian dan olokan dari teman-temannya,yang harusnya mereka saling mengerti betapa sakitnya di buang tetapi entah mengapa mereka malah membenci Ayla.
Mereka menyembunyikan sendalnya, menyiramkan air sabun ke tempat tidurnya, menyobek bukunya, bahkan pernah mengurungnya di kamar mandi hingga tengah malam. Tapi Ayla hanya diam,menahan,menyimpan dan menelan semua dengan pahit yang lama-lama menjadi biasa.
Yang paling menyakitkan adalah bahwa tidak ada satu pun orang dewasa di panti yang benar-benar peduli. Mereka hanya melihat Ayla sebagai anak yang terlalu pasrah. Kalau ia dibully, itu pasti karena ia sendiri yang terlalu lemah.
Di sekolah, semuanya lebih buruk lagi..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widya saputri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jejak yang Terbuka
Rani yang dulunya di adopsi oleh keluarga Surya, pasangan pengusaha butik ternama di kota. Rumah itu indah dan tertata rapi, tapi baginya tetap terasa asing. Di balik kesuksesannya mereka merasa sepi dan hampa karena mereka tidak mempunyai anak. Makanya mereka mengadopsi Rani. Bu Mira, selalu berusaha membuat Rani merasa diterima membelikan pakaian baru, mengajaknya makan di restoran, bahkan mendorongnya untuk melanjutkan kuliah.
Namun di malam hari, Rani sering termenung di kamar. Foto Ayla yang ia simpan di laci menjadi pengingat bahwa kebahagiaan yang ia rasakan belum utuh.
"Aku bahagia di sini tapi Ayla masih berjuang dan pasti masih ketakutan." batinnya.
Bu Mira sempat bertanya
"Rani, kenapa kamu sering melamun?”
"Cuma kangen sama teman lama, Bu.” Rani hanya tersenyum menanggapi pertanyaan ibu angkatnya itu
"Kalau ada masalah cerita ya. Sudah beberapa tahun kamu disini tapi kamu seperti menyembunyikan sesuatu."
"Iya Bu,suatu saat aku akan cerita ya,jadi ibu tidak usah khawatir."
"Baiklah sayang kalau begitu kamu istirahat ya. Besok kan mau kuliah."
Setelah kepergian Bu Mira,Rani lalu merebahkan tubuhnya berusaha untuk tidur.
***
Sama halnya dengan Nina yang diadopsi oleh keluarga Adrian, sahabat lama orang tuanya sebelum mereka meninggal. Keluarga Adrian baru mengetahui tentang Nina setelah membaca surat yang di tinggalkan orang tua Nina beberapa tahun lalu yang disimpannya di dalam kotak kecil. Mereka sudah lama mencari Nina dan akhirnya menemukannya di panti asuhan,karena dititipkan oleh bibinya. Rumah keluarga Adrian besar, penuh dengan buku dan aroma kayu manis dari dapur. Pak Darmawan sosok ayah yang hangat, sedangkan istrinya, Bu Ratih, sangat perhatian. Pak Adrian mempunyai anak laki-laki yang beda 3 tahun dengan Nina.
Meski hidupnya kini aman, Nina masih sering terbangun di tengah malam karena mimpi buruk tentang panti tentang malam ketika Sari meninggal. Ia pernah mencoba bercerita pada Bu Claudia tapi kata-katanya selalu terhenti di tengah.
"Nanti kalau aku sudah siap, aku akan cerita semuanya."pikir Nina.
Meski tinggal di rumah berbeda, Rani dan Nina tetap berkomunikasi lewat telepon. Setiap akhir pekan, mereka saling bercerita tentang keluarga angkat, sekolah, dan kadang, tentang masa lalu yang ingin mereka lupakan tapi tak bisa.
Suatu malam, Nina menelepon Rani dengan suara bergetar.
"Aku mimpi Sari lagi, Ran dia bilang dia kedinginan dan ketakutan."
Rani terdiam, menahan air mata.
"Kita nggak boleh biarin ini dilupain, Nin. Suatu saat, semua orang harus tahu apa yang terjadi di panti."
"Kamu benar,kita tidak boleh tinggal diam."
Beberapa hari kemudian mereka berdua mendengar kabar kalau ada anak panti yang meninggal dan ternyata itu Sari.
Kematian Sari menjadi titik balik banyak anak panti. Ia meninggal karena dihukum tanpa ampun, dikurung semalaman di gudang gelap tanpa makan dan minum. Semua anak tahu Sari hanya mengambil receh untuk membeli permen bagi anak-anak kecil, tapi Bu Ratna menuduhnya mencuri uang besar.
Keesokan harinya, tubuh Sari ditemukan membiru. Berita itu tak pernah keluar dari dinding panti Bu Ratna menyebarkan kabar bahwa Sari meninggal karena penyakit.
Bagi Nina, wajah pucat Sari adalah alasan utamanya kabur. Bagi Rani, kematian itu menjadi api yang tak pernah padam di hatinya. Ada orang panti yang mengirimkan foto mayat sari pada Nina. Dia adalah orang yang dulunya selalu menolong Ayla diam-diam.
Di panti, situasi semakin memanas. Beberapa anak yang tersisa mulai memberontak, bahkan ada yang nekat kabur. Bu Ratna panik bukan karena kehilangan mereka, tapi karena takut rahasia panti terbongkar.
Ketika seorang pria jalanan membawa kabar bahwa Rani kini tinggal di rumah keluarga kaya, Bu Ratna melihat peluang. Dulunya Bu Ratna tidak tahu kalau yang mengadopsi Rani adalah keluarga yang sangat kaya,dia hanya tahu kalau keluarga Rani berkecukupan.
"Kalau aku temukan Rani maka aku akan temukan Ayla." Kata Bu Ratna dengan senyum liciknya.
Ia mengutus dua orang untuk menguntit Rani.
Suatu sore, saat Rani berjalan pulang dari kampus, dua pria itu mengikutinya dari kejauhan. Mereka mencatat setiap langkahnya hingga ke depan rumah keluarga Surya.
Keesokan harinya, mereka menyamar sebagai tukang kirim paket untuk masuk berbicara dengan salah satu pembantu. Dengan sedikit rayuan dan uang tip, pembantu itu bercerita bahwa Rani sering mengirim surat ke Bu Marni di sebuah desa kecil yang lumayan jauh dari kota.
Itulah celah yang mereka cari. Dalam waktu singkat, informasi itu sudah sampai ke telinga Bu Ratna.
"Bagus,kerjaan kalian sangat bagus. Jangan tunggu lama lagi,segera kesana dan cari keberadaan anak itu!"Bu Ratna terlihat sangat puas dan bahagia sekarang.
Malam itu, Rani mendapat firasat buruk. Ia langsung menelepon Ayla.
"Ly, mereka mungkin sudah tahu kamu tinggal sama Bu Marni. Hati-hati. Jangan sendirian.”
"Mereka tahu darimana?" Ayla tampak penasaran
"Ternyata orang suruhan panti mengawasi aku dan mereka mendapat tempat tinggal ku. mereka datang dan menemui salah seorang pembantu di rumahku dan memberinya uang maka dari itu dia dapat cerita kalau aku sering mengirim surat pada Bu marni dan kamu."
Rani menceritakan bagaimana orang itu tahu tentang dia. Dia tidak sengaja mendengar percakapan pembantunya saat kurir paket itu pergi,Rani ingin bertanya pada pembantunya tapi dia malah dapat info lain.
"Aku sudah salah karena memberikan info penting pada tukang kurir tadi." Kata pembantu A
"Kamu bilang apa?"
"Dia bertanya tentang nona dan temannya ya g namanya Ayla,awalnya aku tidak mau bicara tapi dia memberiku uang jadi aku bilang kalau nona Rani sering mengirim surat ke salah satu desa."
"Astaga.. Jangan sampai dia orang jahat." Pembantu B kesal pada temannya itu karena demi uang dia memberikan informasi tanpa persetujuan Rani.
"Jadi tadi itu orang yang datang mencari informasi tentang Ayla?" Tanya Rani tiba-tiba muncul di balik lemari.
"Nona Rani!" Mereka berdua kaget terlebih lagi pembantu A yang kini sudah pucat
"Maafkan saya non,saya benar-benar tidak tahu kalau dia orang jahat." Dia tampak ketakutan.
"Lain kali jangan pernah memberi info pada sembarang orang!" Rani yang tampak marah dan kesal pergi meninggalkan mereka berdua.
Di ujung telepon, Ayla terdiam lama mendengar cerita Rani. lalu menjawab lirih,
"Aku nggak mau Bu Marni terluka. Kalau mereka datang aku akan siap."
"Kamu jangan melawannya sendiri,minta bantuan warga disitu." Rani sangat khawatir dengan kehidupan Ayla
"Kamu tenang aja."
"Segera hubungi aku kalau ada apa-apa."
"Iya."
Namun di hati kecilnya, Ayla tahu, badai besar sedang menuju hidupnya. Dia harus siap dengan kemungkinan terbesarnya.
Bersambung...