Queensa tak menyukai pernikahannya dengan Anjasmara. Meskipun pria itu dipilih sendiri oleh sang ayah.
Dijodohkan dengan pria yang dibencinya dengan sifat dingin, pendiam dan tegas bukanlah keinginannya. Sayang ia tak diberi pilihan.
Menikah dengan Anjasmara adalah permintaan terakhir sang ayah sebelum tutup usia.
Anjasmara yang protektif, perhatian, diam, dan selalu berusaha melindunginya tak membuat hati Queensa terbuka untuk suaminya.
Queensa terus mencari cara agar Anjasmara mau menceraikannya. Hingga suatu hari ia mengetahui satu rahasia tentang masa lalu mereka yang Anjasmara simpan rapat selama ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
"Wit, kamu tau nggak cara minta cerai biar dikabulkan sama si Anjas?" Kepergian Anjasmara Queensa manfaatkan untuk menghubungi rekannya Wita.
"Kurang apa Mas Anjasmara, Queen? Dia laki-laki baik yang dipilih oleh ayahmu sendiri, selain baik dia juga mapan."
"Tapi aku nggak cinta, Wit. Aku cintanya sama Affin."
"Jangan gila Queensa! Hidup nggak makan cinta. Kamu butuh duit buat hidup, semua perempuan butuh laki yang duitnya gak berseri. Kamu cukup berusaha mencintai suami mu, hidup terus berjalan, diluar sana jutaan perempuan yang ingin bertukar posisi jadi kamu, jadi istri dari laki-laki seperti suamimu!"
Queensa menatap layar ponselnya dengan nanar. Ia masih belum mencintai Anjasmara. Sebagaimana pun dia berusaha itu sulit, hatinya masih utuh milik Affin.
"Kenapa belum tidur?" Anjasmara baru kembali ke kamar setelah dikiranya Queensa telah tidur. Tetapi ternyata perempuan itu masih terjaga.
Ucapan Anjasmara membuat Queensa terhenyak.
Melihat raut wajah Queensa pria itu tau ada yang tidak beres. "Perutmu sakit lagi?" Queen hanya mengangguk kecil sembari memeluk perutnya sendiri.
Queensa mengakhiri panggilan teleponnya karena tiba-tiba perutnya mendadak sakit, ia sudah berusaha gonta-ganti posisi agar terasa enakan, tapi sama sekali tidak berhasil.
Anjasmara mendekat pelan, meraih kaki istrinya untuk diluruskan. Queensa membiarkan, karena ia juga tidak tahu bagaimana membuat perutnya nyaman.
Laki-laki itu sibuk membuka laci, tidak lama kembali menyusul istrinya.
"Mau apa?" Queensa melotot ketika Anjasmara membuka baju atasannya.
"Saya balur minyak kayu putih biar enakan." rasa hangat dari minyak kayu putih itu terasa di perutnya, usapan tangan Anjasmara juga memberi sensasi tenang sampai membuat Queensa terus menahan napas.
Queensa merasakan tangan pria itu gemetar. Queensa tertegun merasakan getaran lembut itu dipermukaan kulitnya. Anjasmara gugup? Bukankah pria itu sudah menyentuhnya lebih dari ini?
Setelah selesai Anjasmara membenamkan bibirnya di ujung kepala Queensa.
Semua kerinduan yang selama ini terkikis jarak, kini telah terbayarkan. Anjasmara... tidak bisa membiarkan Queensa menjalani harinya penuh penderitaan. Namun, tak bisa berhenti merindukan wanita ini. Queensa tidak pernah tahu seberapa besar cinta Anjasmara untuknya.
Dan seberapa hancur hati pria itu mendengar keluhan istrinya pada orang lain.
Queensa melirik jam di dinding kamar, masih jam dua dini hari. Di luar, kilat-kilat kecil tampak menghiasi langit pagi dan rintik gerimis perlahan turun.
Perempuan itu melirik samping tempat tidurnya yang kosong melompong. Bukankah tadi malam Anjasmara tidur disampingnya?
Semalam Anjasmara berbaring menempel erat padanya dan memeluk tubuhnya dari belakang. Tangan kekarnya terus mengusap perutnya, yang membuat matanya tiba-tiba terasa berat. Ada kenyamanan dan ketenangan yang menjadi pengantar tidur.
Tapi sekarang dimana pria itu?
Queensa menilik ke pintu kamar mandi yang terbuka. Tentu Anjasmara tak di sana.
Perempuan itu membangunkan diri, tiba-tiba ucapan Wita tentang seberapa banyak perempuan yang ingin bertukar posisi dengannya terngiang. Membuat ia penasaran dengan keberadaan suaminya, Queensa membuka pintu kamar ingin melihat apakah Anjasmara tidur di kamar lain, tetapi saat akan melangkah ke kamar tamu dia melihat lampu dapur yang menyala.
Perlahan langkahnya tertuju ke sana. Perempuan itu tertegun saat melihat Anjasmara tertidur di meja makan, di hadapan laki-laki itu ada segelas kopi hitam yang isinya masih setengah.
Queensa mengerjap menahan air mata yang seketika menggenang. Entah mengapa hatinya sakit mendapati suaminya yang enggan tidur dengannya.
Isak kecil lolos dari bibir Queensa yang seketika mengusik tidur Anjasmara.
"Queensa?" suara itu terdengar serak saat menyerukan nama istrinya. Anjasmara bangkit dan mendekati Queensa yang kini tengah menangis, wajah paniknya tak mampu disembunyikan, khawatir jika istrinya kembali sakit perut. " Perutmu sakit lagi?" tanyanya setelah berhasil meraih tangan Queensa.
Baru beberapa menit yang lalu Anjasmara terlelap, sepanjang malam ia terus memantau keadaan istrinya, sibuk memikirkan langkah apa yang akan dia ambil untuk kebahagiaan orang yang paling dia cintai itu.
"Queen, lihat saya! Kamu sakit?" perempuan itu mengangguk kemudian menggeleng.
"Aku masih ngantuk, kamu malah asik tidur di dapur! Dasar nggak peka!"
Anjasmara diam dan menatap istrinya dalam. Suara guntur bersahutan dengan diiringi kilat yang menakutkan.
"Saya hanya ketiduran, tadinya saya bikin kopi biar nggak ngantuk dan bisa jaga kalian,"
Queensa hanya diam sambil menutup telinganya.
"Bilang kalau kamu mau saya temani, kamu takut petir ya?" Anjasmara segera menggendong Queensa memasuki kamar. Mereka kembali berbaring dan siap terlelap. Anjasmara merengkuh Queensa dan membaringkan istrinya dalam pelukannya.
Queensa melingkarkan satu tangannya di pinggang Anjasmara dan menyurukkan wajahnya pada dada bidang pria itu. Usapan lembut tangan Anjasmara pada punggungnya, perlahan menenangkan Queensa dari kecemasan sesaat lalu.
Anjasmara tersenyum sekilas melihat tangan istrinya yang melingkar kuat di pinggangnya. Walaupun ini terjadi karena Queensa takut, tapi dia sama sekali tidak keberatan.
Saya janji akan memberimu kebebasan setelah anak kita lahir.
Batin Anjasmara sembari terus mengusap punggung kecil istrinya.
makanya gak usah sooook...
untung gak dicere
semoga Anjas menemukan perempuan yang tepat dalam hidupnya...
queensa ini gak kapok kapok lho ya ...
haddeuh 🤦♀️