Bercerita tentang seorang pekerja kantoran bernama Akagami Rio. Ia selalu pulang larut karena ingin menyelesaikan semua pekerjaannya hingga tuntas. Namun, takdir berkata lain. Ia meninggal dunia karena kelelahan, dan direinkarnasi ke dunia lain sebagai Assassin terkuat dalam sejarah.
Mari baca novelku, meskipun aku hanya menulis dengan imajinasi yang masih sederhana ~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KHAI SENPAI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pertarungan yang belum selesai
Rio masih berdiri, tubuhnya penuh luka dan nafasnya tersengal. Keringat membasahi wajahnya, namun matanya tetap menyala dengan semangat pantang menyerah.
"Jadi... ini kekuatan ayah yang sebenarnya?" gumam Rio dalam hati.
Ayahnya, Akagami Zero, perlahan melangkah maju dengan aura dingin dan membara.
“Jangan lengah, Rio!” ucap Zero tajam.
Tiba-tiba....Whoosh!....Zero menghilang dari pandangan.
Rio terkejut namun segera bereaksi. Eyes of Light [Lv.2] aktif seketika, matanya menyala. Dia memutar badannya dan menahan serangan ayahnya secara refleks. Mereka bertabrakan, dan Rio memanfaatkan momentum untuk melayangkan tendangan kuat...hingga keduanya terlempar menjauh.
Debu beterbangan.
Rio berdiri perlahan, tangan kanannya mulai mengumpulkan mana. Nafasnya masih berat, tapi matanya tajam.
“Kalau aku tidak bisa menang sekarang… aku tak akan pernah bisa menyaingi ayah!” batinnya.
Zero tersenyum tipis melihat tekad anaknya, lalu berseru:
“Bagus, Rio… Sekarang lihat ini!”
Zero mengeluarkan Shadow Cutter Fang...skill andalannya...dan aura hitam mulai membungkus tubuhnya.
Rio langsung membalas dengan skill kombinasi: Eyes of Light + Mana Burst, tangannya menyala terang, tekanan energinya membuat tanah di bawahnya retak.
“AKU… AKAN MENANG KALI INI, AYAH!!!” teriak Rio penuh semangat.
Mereka berdua melesat bersamaan...ZRAAAM!!....beradu kekuatan dan kecepatan dengan begitu dahsyat hingga angin memutar dan langit mulai menggelap, diselimuti aura duel yang begitu mencekam.
Tebasan mereka bertabrakan di udara, cahaya putih dan hitam membelah langit. Di tengah kehancuran dan aura pekat, tekad Rio bersinar paling terang.
Tiba-tiba...BOOOM!...semburan energi meledak ke udara. Sosok Akagami Zero terhempas jauh, menabrak pohon besar hingga batangnya retak.
Rio masih berdiri dengan napas terengah-engah, tubuhnya bergetar, tapi auranya masih menyala terang. Ia menggenggam tangan penuh energi, lalu melesat maju tanpa ragu.
“Akhirnya... sekarang aku bisa mengalahkan ayah!!”
Rio menyerang dengan kekuatan penuh—ZRAKK!!—namun saat pukulannya mendarat, tubuh ayahnya hancur menjadi kabut bayangan.
“A-apa...!? Klon?!”
Rio langsung terkejut, tubuhnya kaku menahan keterkejutan.
Tiba-tiba, dari belakang...
“Stealth... Hellth...” suara tenang terdengar tepat di telinganya.
Mata Rio membelalak. Ia tak sempat bereaksi.
Tapi... tidak ada serangan.
Ayahnya, Akagami Zero, berdiri di belakangnya dengan tenang. Tangannya justru mengelus kepala Rio dengan penuh bangga.
“Kau memang putraku, Rio…”
Rio menoleh perlahan. Sorot matanya yang tegang berubah menjadi lega. Senyuman kecil muncul di wajahnya.
“Heh… aku berhasil bikin ayah serius…” ucapnya pelan.
Tubuhnya lemah, dan bruk! Rio pun jatuh ke tanah dengan senyum di wajahnya....pingsan karena kelelahan, tapi puas.
Awan gelap perlahan sirna. Di bawah langit biru yang mulai cerah, Akagami Zero berdiri menatap anaknya yang terbaring dengan bangga.
“Kau sudah tumbuh sejauh ini, Rio…”
Akagami Zero menatap putranya yang terbaring tak sadarkan diri di atas tanah. Tubuh Rio dipenuhi luka ringan dan peluh, tapi di wajahnya terlukis senyuman puas, senyuman seorang anak yang telah memberi segalanya.
Zero perlahan membungkuk, mengangkat tubuh Rio ke dalam pelukannya. Dengan langkah mantap dan penuh kehormatan, ia membawa Rio masuk ke dalam rumah.
"Kau semakin kuat, Rio... Tapi kau tetap anakku." gumamnya dalam hati.
Setibanya di kamar, Zero membuka pintu perlahan dan meletakkan Rio di atas ranjang. Wajah putranya masih tertidur lelap dengan nafas teratur, masih ada senyuman kecil di bibirnya.
Zero duduk sebentar di samping ranjang, menatap wajah anaknya penuh kasih.
“Tidurlah, Rio. Perjalananmu masih panjang…”
Ia mengelus kepala Rio sekali lagi, lalu perlahan berdiri dan berjalan keluar kamar. Sebelum menutup pintu, Zero menatapnya sekali lagi, matanya serius, tapi ada sedikit kebanggaan yang tak bisa disembunyikan.
Klik.
Pintu kamar tertutup perlahan. Cahaya matahari menyelinap melalui jendela, menyinari wajah Rio yang tertidur dengan damai.
Maaf kalau ada komentar yang kurang sreg.
Misal kalau dia adalah orang yang dulunya OP dan ingin membangkitkan kembali kekuatannya untuk balas dendam. itu bisa dimengerti dibanding dia yang dulunya hanya kerja kantoran aja udah repot dan banyak mengeluh.
Dia pasti motivasinya bisa hidup lebih santai menikmati dibanding sebelumnya yang terlalu sibuk bekerja.