Kiki seorang gadis desa yang sederhana memiliki kemauan untuk merubah hidupnya. Ia memutuskan pergi ke ibu kota dengan hanya berbekal tekadnya yang kuat.
Ibu kota dalam bayangannya adalah sebuah tempat yang mampu mengabulkan mimpi setiap orang nyatanya membuatnya harus berkali-kali menelan kekecewaan apalagi semenjak ia dipertemukan dengan seorang lelaki bernama Rio.
Apa yang terjadi dengan kehidupan Kiki dan Rio? apakah keinginginan Kiki akan terwujud?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sephta Syani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 9
Hari itu Kiki bangun pagi sekali. Ia berdandan, memakai pakaian terbaiknya. Meskipun jauh dari kesan mewah namun pakaian itu pantas ia kenakan. Ia mematut wajahnya d cermin. Make up tipis yang selalu ia pakai memberikan kesan segar di wajahnya. Ia bergegas mengambil tas dan beberapa berkas lamaran yang akan ia bawa.
" Bismillah... Aku harus semangat hari ini. " gumamnya.
Lisa nampak sedang sarapan bersama ibu di depan. Kiki segera menghampiri mereka.
" sudah siap nak? " tanya sang ibu.
" insya Allah bu, aku siap. "
" sarapan dulu sebelum berangkat. "
" baik bu. "
Kiki segera menyodok nasi dan sayur. Ia pun makan dengan lahap. Setelah selesai ia bangkit berniat membereskan bekas makan mereka.
" tak usah nak, biar ibu saja. Kau bersiap saja. "
" iya Ki, kita berangkat pagi saja. Aku juga sudah siap ini. "
" maaf ya bu. Ibu harus membereskan ini sendiri. Kiki dan Lisa pergi dulu. Doakan Kiki ya bu. "
" insya alloh nak. Semoga usahamu mendapatkan pekerjaan lancar. "
" aamiin... Assalamualaikum. "
" waalaikumsalam. "
Kiki dan Lisa berjalan pergi meninggalkan rumah. Ibu menatap mereka terharu. Dalam hatinya ia mendoakan yang terbaik untuk sang anak.
Sesampainya di jalan raya Lisa mengajak Kiki menuju halte.
" kita naik bis saja ya Ki. "
" oke. " jawab Kiki. Senyum tak lepas ia sunggingkan.
" kita mulai mencari pekerjaan disekitar mall tempatku bekerja. Disana aku sepertinya melihat ada beberapa lowongan pekerjaan kemarin. Siapa tau masih ada dan cocok untukmu. "
" terima kasih Lisa. Saat ini tak akan banyak pilihan pekerjaan untukku. Aku memang tidak punya pengalaman kerja jadi pasti akan sulit. " kiki menghela nafasnya.
" insya alloh mudah Ki. Jangan pesimis. Tetap semangat ya."
" baiklah Lisa. Demi ibuku aku harus semangat "
Lisa nampak tersenyum memberi semangat pada kiki. Tak lama sebuah bus datang. Mereka naik kendaraan itu.
***
Sepasang mata nampak memperhatikan dua gadis yang sedang berbincang di halte bus. Ketika bus datang dan mereka naik, la pun segera memacu kendaraannya mengikuti bus tersebut.
" rupanya mereka pergi ke pusat kota. " gumamnya.
" dia memang terlihat berbeda dari kebanyakan gadis. Meskipun dari kampung tapi dia memiliki tekad yang kuat. Pantas juragan Marta menyukainya. Sepertinya masih ada sesuatu yang istimewa yang gadis itu sembunyikan sehingga membuat juragan marta sampai melakukan segala hal untuk mendapatkannya. "
Jafar nampak mengikuti terus kemana Kiki dan Lisa pergi. Ia yang sudah di mandati untuk menjaga Kiki oleh juragan marta nampak tak memalingkan pandangannya. Ia tak mau kehilangan Kiki dan Lisa dalam perjalanan.
Ia mengambil benda pipih dari sakunya. Segera ia mengetik pesan kepada juragan marta.
(Aku sedang mengikutinya, dia menuju pusat kota untuk melamar pekerjaan. Dia di temani Lisa naik bus ke tempat itu)
Pesan segara ia kirim. Ia pun kembali fokus pada jalanan dan bus yang di ikutinya. tak berapa lama sebuah notifikasi di telepon genggamnya terdengar nyaring. Diliriknya benda itu. Nampak pesan dari Juragan Marta.
( bagus. Terus awasi dan laporkan padaku. )
Membaca itu ia segera membalasnya?
( baik juragan.)
Setelah selesai berkirim pesan, Jafar nampak memarkir mobilnya tak jauh dari Lisa dan Kiki turun di halte. Merka akan mulai menyusuri pertokoan hingga perusahaan yang ada di jalanan itu.
" Bismillah... " Kiki menenangkan perasaannya yang mulai tak karuan. Ada rasa cemas di hatinya. Ia takut jika ia tak mendapat pekerjaan.
" Ayo kita semangat. Hidup baru menanti di depan " Lisa menggenggam tangan sahabatnya itu. Ia menggandengnya dan berjalan bergenggaman tangan menuju deretan pertokoan didepan mereka