NovelToon NovelToon
Lentera Jelita

Lentera Jelita

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Anak Genius / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Dokter Genius / Romansa / Penyelamat
Popularitas:698
Nilai: 5
Nama Author: Alfianita

Meminta Jodoh Di Jabal Rahmah?
Bertemu Jodoh Di Kota Jakarta?


Ahtar Fauzan Atmajaya tidak menyangka jika ia akan jatuh cinta pada seorang wanita yang hanya ia temui di dalam mimpinya saja.


“Saya tidak hanya sekedar memberi alasan, melainkan kenyataan. Hati saya merasa yakin jika Anda tak lain adalah jodoh saya.”


“Atas dasar apa hati Anda merasa yakin, Tuan? Sedangkan kita baru saja bertemu. Bahkan kita pun berbeda... jauh berbeda. Islam Agama Anda dan Kristen agama saya.”

Ahtar tersenyum, lalu...

“Biarkan takdir yang menjalankan perannya. Biarkan do'a yang berperang di langit. Dan jika nama saya bersanding dengan nama Anda di lauhul mahfudz-Nya, lantas kita bisa apa?”


Seketika perempuan itu tak menyangka dengan jawaban Ahtar. Tapi, kira-kira apa yang membuat Ahtar benar-benar merasa yakin? Lalu bagaimana kisah mereka selanjutnya? Akankah mereka bisa bersatu?


#1Dokter
#1goodboy
#hijrah
#Religi

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfianita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hatiku Hancur Lebur

...Jika jodoh yang Engkau pilihkan itu memang lah Humaira, maka dekatkan lah kami dengan cara yang mulia. Tetapi jika bukan dia, maka jauhkan lah kami dari fitnah yang keji. ...

...****************...

Arjuna mendengarkan penjelasan Bunda Khadijah. Dan ada sedikit rasa kecewa dalam diri Arjuna karena sudah membela Humaira tadi, setelah menyadari jika terjadi salah paham pada sikap kasar Akhtar tadi.

"Itu berarti Humaira sendiri yang memiliki keinginan tak terpuji. Keinginan yang sengaja mau menemui Akhtar tanpa meminta persetujuan darinya. Apa sih yang ada dalam pikiran perempuan itu? Tak bisakah dia tahan sedikit saja gejolak rasa... Sukanya."

Dengan langkah cepat Arjuna menuju ke ruangan Akhtar, ia berniat untuk mengucapkan permohonan maaf pada sang adik. Namun, ruangan itu nampak kosong, tapi Arjuna bisa melihat jika tas dan snelli Akhtar masih bertengger di kursi kerjanya, menandakan jika Akhtar memang belum pulang.

"Ruangannya kosong. Sepertinya Dia masih ada di ruang operasi," ucap Arjuna. "Tak apa lah, kalau begitu aku akan menunggunya." Arjuna memutuskan untuk duduk di kursi tunggu—yang ada di depan ruangan Akhtar.

Sambil menunggu Arjuna mengotak-atik benda pipih yang dalam genggamannya. Sesekali jarinya sibuk mengetik, memberikan balasan dari asisten pribadinya.

[Baiklah! Katakan pada Ibu itu jika operasi caesarnya akan dilakukan jam lima sore nanti. Dan kamu siapkan apa yang diperlukan.] Ketik Arjuna pada asisten pribadinya.

Setelah mengirim balasan pada asistennya, Arjuna kembali mengirim pesan pada sang istri.

[Assalamu'alaikum, Bunda sayang. Nanti Ayah pulangnya malam, karena jam lima sore Ayah ada jadwal operasi dan juga harus melakukan visite pada ibu-ibu yang kemarin melakukan operasi caesar. Bunda jangan terlalu lelah! Ayah sayang Bunda.] Ketik Arjuna yang diakhiri dengan emoji kiss love.

Hampir dua jam lamanya Arjuna menunggu kedatangan Akhtar, tapi sampai saat itu juga Akhtar tak kunjung datang. Ujung lorong pun tak ada tanda laki-laki bertubuh tinggi itu berjalan dari arah sana.

"Sudah jam tiga, tapi kenapa belum juga keluar dari ruang operasi ya? Apa kali ini operasinya berat?" Arjuna mengernyitkan keningnya.

Bahkan sampai jam empat sore pun Akhtar belum terlihat, "Aku rasa hari ini hari terberat untuknya. Maafkan Abang, Dek. Abang mau minta maaf sama kamu secara langsung, tapi sekarang Abang harus mempersiapkan jadwal operasi caesar. Dan kamu pun juga masih sibuk."

Hingga akhirnya Arjuna pun memutuskan untuk pergi dari tempat itu, ia pun beranjak dari kursi tunggu yang kosong. Dengan alis yang saling bertaut Arjuna menatap ruangan kosong itu. Sesaat dia berdiri di depan pintu ruangan Akhtar sambil mengepalkan jemarinya.

"Umi, Abang minta maaf karena tak becus menjaga adik. Abang akan memperbaiki salah paham yang tercipta ini. Abang akan minta maaf padanya." Arjuna tersenyum ketir.

...****************...

Akhtar bernapas lega, setelah hampir lima jama lamanya berdiri dengan fokus yang harus tetap dijaga, dan akhirnya operasi itu pun selesai jua.

"Operasi telah selesai. Terima kasih atas kerja keras dan kerjasama kita bersama. Sekarang, suster Talia_"

"Saya akan ambil alih," ucap suster Talia yang mengerti ucapan Akhtar.

Akhtar tersenyum sambil mengangguk pelan. Lalu, ia pun mundur beberapa langkah dan membiarkan suster Talia melanjutkan tugasnya. Setelah berada di ruang ganti akhtar melepaskan sarung tangannya dan dibuangnya ke tempat sampah.

Gluk! Gluk! Gluk!

Akhtar meneguk sebotol air minum untuk mengisi kerongkongannya yang terasa kering sesudah mencuci tangannya. Kedua matanya terpejam sesaat, "Alhamdulillah!" ungkapnya merasa lega.

"Sudah jam lima sore, tapi... Aku harus apa sekarang? Pulang? Ah, pasti di rumah ada Humaira. Jika orang rumah tahu bagaimana sikapku padanya, pasti nanti akan menimbulkan rasa curiga. Dan hal itu sangat mudah diketahui oleh Hafizha," ujar Akhtar, lalu menghela napas panjang. "Pantai? Mungkin menyenangkan."

Akhtar memacu laju kendaraannya membelah jalanan kota Edinburgh menuju ke pantai Portobello. Saat ini kepalanya yang penuh dengan problema membutuhkan ketenangan, walaupun hanya sebentar saja.

"Humaira... Dengan gadis itu... Ya Allah, sebenarnya siapa jodohku di antara keduanya?"

“Jika jodoh yang Engkau pilihkan itu memang lah Humaira, maka dekatkan lah kami dengan cara yang mulia. Tetapi jika bukan dia, maka jauhkan lah kami dari fitnah yang keji. Aamiin.”

Untuk menenangkan pikirannya yang terasa penuh keruwetan Akhtar mencoba menarik napas dalam_menghirup udara sore hari di pantai itu dengan senja yang menghiasi sang cakrawala.

Drrrtttt....

Akhtar merasa saku celana kainnya bergetar. Ia ingat jika sedari tadi ia belum merubah mode getar pada handphone nya dengan mengeraskan volume. Dan setelah melihat nama kontak di layar handphone nya itu Akhtar pun tersenyum.

"Assalamu'alaikum, Dek. Ada apa nih, tumben telpon."

"Wa'alaikumsalam_"

"Dek, kamu... Menangis?"

'Bang... Aku takut bertanya padamu, aku takut akan kenyataan itu benar, aku sungguh takut semua itu terjadi. Tapi... Aku tidak mau dibayangi dengan rasa penasaran.'

Hening...

"Dek, kamu dengar suara Abang 'kan?" tanya Akhtar memperjelas suaranya.

"Iya, aku dengar kok," Nada bicara Hafizha terdengar rendah dan lambat. "Aku ingin bertanya sama Bang Akhtar, tapi Bang Akhtar harus menjawabnya dengan jujur."

"Tinggal apa dulu pertanyaannya," ucap Akhtar, ia takut salah memberi jawaban sebelum pertanyaan itu didengarnya secara langsung. "Katakan dulu apa yang ingin kamu tanyakan pada, Dek."

"Apa... Sebenarnya aku bukan anak kandung Abi dan Umi? Dan aku..." Air matanya luruh. "Aku anak kandung Bunda dengan laki-laki lain."

Deg!

"Ngomong apa sih kamu, Dek? Jangan ngawur! Siapa juga yang bilang begitu padamu? Kamu pun tahu 'kan apa yang sebenarnya terjadi? Sudahlah, jangan berpikir aneh-aneh!"

Akhtar mengerutkan keningnya setelah mendengar pengucapan sang adik. Rahasia yang seharusnya masih disimpan dan ditutup rapat, entah bagaimana bisa bocor begitu saja hingga sampai ke telinga Hafizha.

"Tolong jangan berbohong, Bang! Jika tidak bisa mengatakan yang sejujurnya, tak apa kok. Aku akan tanya langsung sama Abi dan Bunda," putus Hafizha saat itu juga.

"Dek, buat apa sih? Tolong nggak usah tanya apapun sama Abi ataupun Bunda," larang Akhtar.

"Maafkan, Izha."

Tut, tut, tut,

Rupanya keputusan Hafizha tidak main-main. Dia tidak mempedulikan larangan Akhtar. Akhtar pun mengusap wajahnya gusar, belum kelar masalahnya dengan Humaira dan gadis itu, kini justru muncul masalah baru yang membuat dirinya harus tegar, kuat dan akan menjadi garda terdepan untuk merengkuh tubuh sang adik jika kehancuran harus dihadapi oleh Hafizha.

"Ternyata Dia... Sudah pulang."

Akhtar pun tidak mau tinggal diam. Dia segera menaiki motornya. lalu memacu laju kendaraannya itu dengan kecepatan tinggi. Tatapan Akhtar tak bisa dijelaskan, bahkan tenggorokannya terasa seret—ludah pun rasanya seakan susah untuk ditelan.

Setelah sampai di rumahnya Akhtar segera mencari keberadaan Abi dan Bunda nya. Dengan langkah cepat Akhtar menuju ke ruang keluarga, berharap orang yang dicarinya ada di sana.

Namun...

“Hiks..., hiks..., hiks...”

Terdengar suara lirih tangis dari Bunda Khadijah. Hal itu membuat Akhtar semakin mempercepat langkah kakinya.

“Abi... Bunda...” Panggil Akhtar dengan alis berkerut. “Ada apa?”

Akhtar berharap jika Hafizha belum bertanya apapun pada mereka.

“Hafizha sudah tau semuanya. Tanpa sengaja dia mendengar obrolan Abi dan Bunda. Dan sekarang Dia sedang kalut, Dia berlari keluar tanpa mendengar penjelasan dari Abi dan Bunda,” jawab Abi Yulian dengan tatapan sedih.

“Apa?” pekik Akhtar dengan kedua bola matanya yang terbelalak lebar. “Bukan, Akhtar rasa dia sudah tahu semua itu. Hanya saja... Dia tidak percaya. Dan untuk memastikan kenyataan itu Dia pulang untuk bertanya pada Abi dan Bunda.”

Bunda Khadijah menghamburkan tubuhnya pada Akhtar. Dengan isak tangis kesedihan Bunda Khadijah meminta pada Akhtar untuk mencari keberadaan Hafizha.

“Tolong, Nak! Tolong Bunda! Carilah adikmu itu,” pinta Bunda Khadijah.

Akhtar merasa hatinya semakin diremas kala ia mendengar jerit tangis dari seorang ibu yang ada di hadapannya itu.

‘Tolong jangan menangis seperti ini di hadapan ku Bun. Sungguh, hatiku hancur lebur mendengar tangismu.'

Akhtar membalas dekapan Bunda nya, diusapnya lembut punggung yang terasa bergetar karena menangis.

“Bun... Jangan menangis! Akhtar janji akan temukan Hafizha dan membawanya kembali dengan segera.”

“Abi, tenangkan Bunda!” pinta Akhtar dengan gurat wajah khawatir. “Akhtar akan pergi sekarang untuk mencari Hafizha.”

Abi Yulian mengangguk—setuju. Tanpa menunggu waktu lama Akhtar segera berlari keluar. Saat berada di depan halaman rumahnya, Akhtar mengedarkan pandangannya—mencari keberadaan Hafizha jika saja gadis itu masih berada di sekitar sana.

“Tidak ada dimana-mana. Kamu berlari kemana, Dek? Abang khawatir padamu.”

Bersambung...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!