NovelToon NovelToon
Mr. Ibram

Mr. Ibram

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:7.8k
Nilai: 5
Nama Author: Lel

Hidup sebatang kara, dikhianati oleh keluarganya, bahkan diusir dari rumah peninggalan orang tua oleh sang tante, membuat Ayuna Ramadhani terpaksa harus bekerja keras untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah sebanyak mungkin di tengah kesibukkannya kuliah. Ditambah pengkhianatan sang pacar, membuat Ayuna semakin terpuruk.
Namun titik rendahnya inilah yang membuat ia bertemu dengan seorang pengusaha muda, Mr. Ibram, yang baik hati namun memiliki trauma terhadap kisah cinta. Bagaimana kelanjutan kisah Ayuna dan Mr. Ibram, mungkinkah kebahagiaan singgah dalam kehidupan Ayuna?
Selamat membaca
like like yang banyak ya teman-teman
terimakasih

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

LADANG CUAN

"Segera tidur!" ucap Rajendra saat video call dengan Ayuna. Gadisnya terlihat masih segar, padahal satu jam lalu, ia baru pulang kerja.

"Ada jatah 1 jam, Ndra. Buat bikin proposal, nyicil deh, masih 2 minggu deadlinenya."

"Proposal apa lagi?" tanya Rajendra sedikit kesal, sang kekasih begitu semangat mencari cuan, sampai lupa kalau punya pacar dan kesehatannya.

Ayuna pun menceritakan pamflet yang diberikan Ersa tempo hari. Ia berniat ikut, apalagi sesuai dengan bidangnya, manajemen pendidikan. "Dari perusahaan?" tanya Rajendra.

"Iya, kalau lolos nanti akan presentasi di perusahaan dan ikut terlibat dalam pengaplikasiannya."

"Jangan lupai aku kalau sibuk!" ujar Rajendra manja, ia bahkan cemberut setelah mendengar kegiatan baru Ayuna.

Si gadis hanya tertawa saja. Setelah kencan tempo hari, hubungan Rajendra dan Ayuna juga semakin dekat. Rajendra sudah tidak pernah ke kos Ayuna. Kalau pun hendak kencan, mereka janji temu di luar kos atau Ayuna dijemput di kampus. Toh, habis maghrib Ayuna masih ada jadwal tutor privat.

Ersa sendiri jarang nongkrong di kamar Ayuna, mereka hanya bertemu di kelas. Seolah menghindar dari Ayuna. Tak masalah, kalau itu pilihan Ersa, yang penting Ayuna masih menganggapnya sebagai sahabat.

"Ini, Mbak!" ucap Arfan sembari menyodorkan sebuah ATM. Arfan siang ini memaksa Ayuna untuk makan siang bersama di depan kampus, ada hal penting yang harus disampaikan, dan tidak bisa via telepon atau chat.

Ayuna bingung, "ATM siapa, Fan?"

"Ini ATM-ku. Buat, Mbak."

"Maksud kamu, aku kan udah bilang," ocehan Ayuna dipotong Arfan seketika.

"Ini bukan uangku, tapi uang kamu, Mbak." Arfan menghela nafas sejenak, berat untuk mengungkapkannya. "Kedai milik Mbak dijual mama dan Om Yasa!"

"Astaghfirullah!" Ayuna kaget, hanya bisa menutup mulutnya tanpa bisa berkata apapun selain istighfar. Hasil keserakahan bertahan tidak sampai 6 bulan, sedangkan Ayuna malah diberikan kelancaran rizeki meski keluar tenaga ekstra juga. "Kenapa, Fan?"

"Omzetnya turun terus, akhirnya dijual. Pembagiannya gak adil sih buat kamu, dan aku hanya diminta menyampaikan saja."

"Berapa?"

"Sekitar 50 juta." Ayuna tertawa miris. "Harga jual gak mungkin puluhan juta kan, bisa jadi 300 sampai 500 juta kan, Fan?"

Arfan mengangguk. Ia sempat mendengar pembahasan harga jual, tapi sampai akhir dijual ke siapa dan harga pasti Arfan tidak tahu. Ayuna kesal setengah mati, gampang sekali mereka melepas aset orang tuanya.

"Emang udah gila mereka berdua itu, siap-siap aja habis ini gulung tikar beserta keluarganya!"

"Aku jangan dong!" Ayuna melirik adik sepupunya itu, hanya melengos. "Aku udah merasa doa kamu mulai dikabulkan satu demi satu, makanya aku mau ke luar dari lingkungan mama dan om Yasa."

"Maksud kamu?"

"Aku mau kerja ikut temanku di Ausie, semoga visaku segera turun, Mbak. Kalau fix kemungkinan bulan Agustus atau September aku berangkat. Harus sabar sih menunggu beberapa bulan, semoga aja mereka bangkrut setelah aku berangkat ke Ausie!" ucap Arfan kesal. Ayuna tertawa, baru kali ini ada anak yang tidak mendukung keserakahan orang tuanya.

"Uang tabungan kamu udah ada buat minimal hidup di sana?"

Arfan mengangguk, "Ada, mbak. Udah lama kan aku menjadi freelance, cukuplah untuk berangkat ke sana!"

"Sebenarnya kamu gak harus pergi ke sana kali, Fan. Cukup pindah aja keluar kota."

Arfan menggeleng, "Mama akan terus mengejar aku, Mbak, dengan segala drama. Capek loh hidup bersama mama dan papaku. Gaya hidup mewah sampai berhutang. Selain itu kalau mereka memang bangkrut, setidaknya nanti aku hanya bisa kirim uang semampuku tanpa didatangi. Gak mungkin kan minta uang sampai ke Ausie. Palingan juga telepon."

"Iya betul juga sih, terus mereka tahu rencana ini?"

Arfan menggeleng, "Apa yang terjadi sama aku, aku keep dari mereka. Biar saja kelihatan aku lihat tv, main hp, tiduran di rumah kayak gak kerja. Diomelin biar segera kerja juga gak aku gubris. Aku hanya bilang, punya mama kaya kenapa harus kerja banting tulang. Sayang dong!"

"Terus mereka gimana?"

"Mama ngomel lah, laki-laki harus begini, harus begitu, harus punya uang banyak. Biar bisa bantu keluarga, apalagi kalau hutang keluarga banyak. Pertanda kan bakal jadi sandwich generation."

"Sabar, Fan."

"Aku sih mau aja bantu keluarga, tapi jangan sampai hidup untuk hutang. Beli barang mewah dengan hutang, beli motor hutang, gadain SK, gadai BPKB."

"Buat kuliah kamu?"

"Dari ayah kamu, Mbak!"

Deg.

"Baru tahu ya?"

Ayuna mengangguk.

"Pak Poh selalu bayar UKT-ku, Mbak, sampai semester berapa ya, 4 kalau gak 5 gitu. Terus aku menolak, karena freelance ku mulai menghasilkan."

"Jadi mereka?"

"Foya-foya! Makanya aku lebih baik lepas saja. Sudah capek nasehatin, sudah capek mendengar pertengkaran kalau jatuh tempo. Toxic."

"Aku yakin kamu akan belajar banyak dari kehidupan kedua orang tuamu, Fan. Kita pasti belajar dari mereka."

"Pasti. Oh ya, uang ini lebih baik buat usaha, Mbak. Aku lihat prospek jualan skincare, Mbak, baik tuh."

"Iya tapi promosinya jarang banget, dan asal-asalan."

"Menurutku, lepasin deh les privatnya. Ambil satu aja, cukup Joyce, dan fokus ke jualan. Biar gak terlalu capek."

"Pengen sih. Apalagi semester depan juga PKL. Ntar deh aku pikir lagi."

"Habis UAS kan liburan Mbak, fokus ke jualan aja deh, pakai modal ini."

Ayuna mengangguk, "Kamu gak ambil uang ini, Fan? Yakin kamu kasih ke aku semua?"

Arfan mengangguk tegas. "Kata mama, kasihkan Ayuna."

Ayuna tertawa ngakak, "Gak mungkin mama kamu panggil aku Ayuna!"

Arfan meringis, "Kok tau?"

"Hem. Hem," Ayuna berdehem, siap menirukan sang tante. "Kasihkan uang ini ke anak yatim itu!"

Giliran Arfan yang menutup mulut dan melotot, kaget, "Persis banget, Mbak!" Keduanya pun tertawa.

"Nanti kalau ke Ausie, jaga diri baik-baik ya, Mbak. Udah gak ada aku buat bantuin kamu."

"Tenang aja, kan ada." Sekali lagi ucapan Ayuna dipotong Arfan.

"Please jangan bilang ada Rajendra, aku harap Mbak segera putus."

"Kamu kenapa sih, sensi banget sama dia?"

Arfan mengedikkan bahu, "Feeling sebagai laki-laki aja!"

"Gak pvao(ercaya kamu punya feeling, hayo ngaku kamu pernah pergoki Rajendra ya?"

Arfan diam, menatap Ayuna seksama. "Belum punya bukti, just feeling aja. Suer!"

"Semoga feeling kamu kali ini salah, sejauh ini dia baik dan sangat menjagaku, Fan! Dibanding keluarga, aku masih sangat percaya sama dia."

Arfan mengangguk, tak mendebat berlebih, karena ia sendiri belum punya bukti kuat untuk memutus hubungan mereka. Perkara ngobrol dengan Ersa juga tidak bisa dijadikan patokan Rajendra selingkuh. Saat ini, Arfan hanya menunjukkan ketidak sukaan pada Rajendra saja. Mempengaruhi Ayuna memang sulit, dia dilahirkan sebagai perempuan berprinsip. Butuh bukti kuat untuk mempengaruhi prinsipnya.

1
Lestari Setiasih
bagus ceritanya
Rian Moontero
qu mampir kak authoor,,semangat up yach💪💪🤩🤸🤸
Lel: terimakasih dukungannya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!