Terjebak dalam sebuah pernikahan yang tidak pernah dia impikan membuat kehidupan Anik Saraswati menjadi rumit.
Pernikahannya dengan seorang dokter tampan yang bernama Langit Biru Prabaswara adalah sebuah keterpaksaan.
Anik yang terpaksa menjadi mempelai wanita dan Dokter Langit pun tak ada pilihan lain, kecuali menerima pengasuh putrinya untuk menjadi mempelai wanita untuknya membuat pernikahan sebuah masalah.
Pernikahan yang terpaksa mereka jalani membuat keduanya tersiksa. Hingga akhirnya keduanya memutuskan untuk mengakhiri pernikahan mereka.
Jika ingin membaca latar belakang tokoh bisa mampir di Hasrat Cinta Alexander. Novel ini adalah sekuel dari Hasrat Cinta Alexander
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kirana Putri761, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permintaan Anik
Saat menidurkan Ana, Anik sempat ketiduran. Dia pun langsung tergagap saat melihat jam menunjukkan pukul sembilan malam.
Gegas dia langsung membenarkan tampilannya saat akan keluar dari kamar Ana. Dia berharap, Langit tidak marah karena dia tidak ikut menyambut dan menemui teman-temannya. Dengan langkah tergesa dia berjalan menuju ruang dimana tadi para tamunya berada.
Deg. Seketika Anik menghentikan langkahnya saat melihat dua orang dewasa itu berdiri dengan begitu intim di depan pintu utama.
Keduanya pun menoleh dan terlihat kikuk ketika melihat kehadiran Anik yang tiba-tiba. Entah apa yang baru saja mereka lakukan, Anik sendiri berusaha tak ingin tahu dan menghapus bayangan dua sejoli itu.
Tanpa berkata apapun, dia pun langsung melangkah ke dapur, mencari keberadaan cucian piring sudah menumpuk.
"Aku pulang dulu, Lang." Terdengar suara Niki berpamitan. Dan tak lama suara deru mobil milik wanita itu keluar dari halaman rumah.
Sesekali Anik mengusap air matanya. Mata itu terus saja memanas, perasaannya terluka, tapi satu sisi dia teringat Ana yang terisak saat dia akan pergi.
Terdengar pintu terkunci, kemudian sebuah langkah kaki yang mendekat ke arah dapur. Secepatnya, Anik mengusap air mata yang sempat menetes. Seharusnya tidak ada alasan untuk dia menangis, tapi kenapa hatinya terasa sakit.
"Jika sudah lelah, kamu bisa mengerjakannya besok." Suara Langit membuat Anik menghentikan aktifitasnya.
Mungkin bagi orang lain, kalimat itu adalah hal biasa, tapi bagi Anik yang selalu mendengar kalimat dingin Langit. Itu adalah sebuah perhatian.
"Aku tadi sempat tertidur di kamar Ana." jawab Anik tanpa menoleh ke arah Langit yang memilih duduk di meja makan.
"Bisa membuatkan aku kopi?" tanya Langit dengan suara datar.
"Sebentar..." Anik segera menghentikan mencuci piring dan segera membuatkan Langit secangkir kopi. Seperti biasa Anik selalu sigap melayani Langit.
Suara detak jam terdengar diantara kebungkaman sepasang suami istri yang hanya sebatas status.
Anik meletakkan cangkir kopi yang masih mengepulkan panas di depan Langit. Sementara Langit melirik sekilas wajah wanita yang berada disampingnya. Wajah yang sempat mendapatkan beberapa pujian dari teman-temannya.
"Besok, saat weekend rumah sakit ada gathering family. Aku sudah berjanji pada Niki jika hanya akan mengajak Ana." ucap Langit membuat Anik hanya menghela nafas panjang. Meskipun begitu, dia tidak menghentikan aktifitasnya agar bisa sesegera mungkin masuk ke dalam kamar.
"Niki bilang dia ingin dekat dengan Ana." lanjut Langit.
"Kamu tidak masalah, kan?" cecar Langit yang masih belum mendapatkan reaksi dari Anik.
Anik mengusap tangan basahnya dengan kain serbet. Wanita yang dadanya ingin meledak itu pun berjalan menghampiri Langit.
"Aku memang tidak seharusnya mempermasalahkan itu." jawab Anik
"Kapan kita bercerai, Mas Langit!"
Satu kalimat yang tak pernah Langit sangka keluar dari mulut Anik. Pria itu terhenyak kaget hingga hanya mampu mematung menoleh ke arah wanita yang berdiri tegak di depannya.
"Jika sudah tidak dibutuhkan, bisakah melepaskan aku secepatnya." lanjut Anik, matanya menatap mata sayu Langit. Tidak ada yang dia takutkan lagi, karena hatinya sudah mati rasa.
"Maksudmu? Kamu ingin berpisah secepatnya?" tanya Langit kembali meyakinkan kalimat Anik.
Anik hanya terdiam. Dia sendiri bimbang, yang dia pikirkan hanya Ana, bisakah Ana menerima dokter cantik itu?
"Aku butuh waktu agar Ana bisa terbiasa dengan Nikita." jawab Langit.
Kedua matanya menatap tajam Anik yang mulai menundukkan pandangan, sedangkan tangan pria itu memegang erat tangkai cangkir kopi yang baru saja di sesap isinya. Entah kenapa tiba-tiba jantungnya berdetak lebih kencang ketika membahas perpisahan dengan Anik.
"Tepatnya berapa lama lagi? Aku juga butuh menyiapkan semuanya." Menjadi janda untuk kedua kalinya membuat mental dan pemikirannya tidak lagi baik-baik saja. Dia butuh waktu dan tempat untuk menenangkan diri.
"Kenapa? Apa kamu tidak sabar untuk menjebak pria lain?" Kalimat sinis Langit begitu menusuk hati Anik.
"Jangan khawatir, aku tidak akan menahan dirimu dalam waktu lama." lanjut Langit kemudian meninggalkan Anik yang masih duduk di meja makan.
Anik terdiam, kedua tangannya meremas kedua sisi rok yang kini dia kenakan. Entah kenapa dia selalu salah di mata suaminya.
###
Setelah keluar dari ruang operasi, Langit berjalan menuju ruangannya. Sejak Anik bertanya tentang perpisahan mereka, Langit merasa harus memikirkan banyak hal hingga menjadikan emosinya sulit terkontrol.
" Ceklek..."
Saat membuka pintu ruangan, dia sempat terkejut, Nikita sudah berada di dalam ruangannya. Wanita itu langsung berdiri dan menghampiri Langit yang tengah membuka baju operasinya.
"Sayang, aku merindukanmu." ucap Nikita dengan memeluk tubuh tinggi atletis itu. Kekaguman wanita itu tidak pernah pudar sedikit pun.
Sudah beberapa minggu dari acara syukuran rumah baru. Keduanya belum bertemu lagi.
"Apa kabarmu, Sayang?" lanjut Nikita mengikuti langkah Langit yang kemudian duduk di kursi kebesarannya.
Gadis itu langsung duduk di atas pangkuan Langit dengan sangat agresif hingga pria itu tersenyum tipis dengan memegang pinggang rampingnya. Inilah yang diinginkan Niki sejak dulu, dia sudah mencintai Langit sejak lama, tapi pria itu baru menyambut perasaannya setelah tragedi pernikahannya.
"Aku baik." jawab Langit singkat dengan menatap wajah berdagu lancip itu.
"Apa kamu tidak merindukanku?" goda Niki dengan mengalungkan tangannya di leher dokter tampan itu.
"Tentu." jawab Langit tak lama kemudian jawab itu berbalas dengan sebuah kecupan di bibirnya. Niki mencium bibir tebal pria itu.
"Aku mencintaimu, Lang. Kapan kamu berpisah dengan wanita itu?" ucap Niki dengan tatapan menggodanya. Tapi tak ada tanggapan dari pria tampan bermata coklat itu.
"Kenapa, Sayang? Apa kamu mulai tertarik dengannya? Apa seleramu sudah berubah?" cecar Niki dengan wajah manjanya.
Hanya pertanyaan retoris karena dari dulu dia tahu selera si play boy pada masanya itu, semua mantan dokter tampan itu bukan gadis-gadis sembarangan.
"Mana mungkin aku tertarik pada wanita itu. Tidak ada yang menarik darinya. Aku hanya memikirkan Ana." jelas Langit. Jika terlihat pikiran dan perasaan Langit saat ini begitu acak-acakan.
"Kenapa tidak membiarkan Ana ikut dengan wanita itu. Bukankah dia yang membawanya." sambut Niki yang berfikir jika sebenarnya Langit tidak ada hubungan apapun dengan gadis kecil itu.
"Dia anaku. Bukankah aku sudah pernah mengatakan jika menikah denganku kamu harus menerima Ana." jawab Langit, dia memang harus berterus terang pada kekasihnya itu.
"Maksud kamu ,Lang?" tanya Niki dengan menatap penuh selidik pada Langit. Dia mengira selama ini cerita tentang Ana hanya sebuah candaan.
"Dia anakku. Dulu, saat pesta yang kamu adakan ketik kamu mendapatkan gelar dokter, ada seseorang yang mencampurkan sesuatu diminumanku." jelas Langit membuat Niki langsung beranjak dari duduknya, wanita itu merasa tidak nyaman mendengarnya.
"Aku segera keluar dari pesta dalam keadaan tidak bisa mengendalikan diriku. Dan tragisnya lagi aku melampiaskan perbuatan bejatku pada seorang gadis yang aku tidak kenal." jelas Langit yang seketika membuat Nikita terkejut.
"Dimana mamanya Ana?" tanya Niki dengan rasa penasaran.
"Buruknya lagi, saat aku terbangun gadis itu sudah menghilang. Gadis itu pergi tanpa jejak. Hingga akhirnya aku bertemu Ana dan panjang ceritanya hingga aku melakukan tes DNA. Dan hasilnya positif." jelas Langit sampai saat ini belum ada yang tahu rahasia tentang dirinya dan Ana kecuali dirinya dan Kirey.
"Aku akan berusaha membuat Ana dekat denganku, Sayang. Aku akan menerima apapun tentangmu, karena aku sangat mencintaimu." ucap Niki dengan melabuhkan kembali ciumannya yang lebih dalam hingga pria itu membalasnya dengan lebih.