Kehidupan yang di alami orang sekitarnya, terutama kakak nya sendiri membuat Harfa tak mau menjalani yang namanya pernikahan.
Apalagi, setelah Biru, membatalkan pernikahan mereka. Membuat hati Harfa begitu dingin akan yang namanya cinta. Mengunci hati hingga sulit di tembus.
Perubahan Harfa membuat kedua orang tuanya merasa sedih. Apalagi usia Harfa tak lagi mudah.
"Nak, menikahlah. Usia kamu sudah matang?"
"Tidak. Aku gak mau menikah, Ummah."
Jawab tegas Harfa membuat hati umma Sinta teriris.
yuk ikuti kisah nya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rahma qolayuby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 Pergi jauh
Kini, kedua wanita cantik itu duduk saling berhadapan di sebuah cafe.
Dokter Harfa memutuskan mengajak bicara Zahira di cafe saja karena tak nyaman jika harus bicara di taman rumah sakit.
"Maaf jika saya menggangu waktu dokter. Saya jadi merasa tak enak hati."
"Santai saja. Kebetulan waktu saya tidak terlalu padat."
Zahira terdiam sejenak. Sangat kagum akan ketenangan dokter Harfa. Bahkan tutur katanya juga tidak ketus hanya sedikit dingin saja. Itu hal wajar bagi orang yang tak saling kenal sebelumnya.
"Apa yang ingin anda bicarakan? Katakan saja?"
Tanya dokter Harfa to the point. Dokter Harfa bukan orang yang suka basa basi dengan siapapun.
"Saya mau minta maaf."
"Untuk!"
Potong dokter Harfa merasa sedikit tak suka akan kata minta maaf itu.
"Menjadi benteng hubungan dokter dan mas Bumi."
"Cukup!"
Zahira tercekat, ia merasa tak enak. Seperti nya ia salah bicara. Terbukti dengan perubahan ruat wajah dokter Harfa yang berubah.
"Jika anda hanya bicara omong kosong saya pergi."
"Tunggu!"
Mohon Zahira menahan kedua lengan dokter Harfa agar tetap duduk. Zahira tak menyangka jika dokter Harfa akan semarah itu.
"Saya benar-benar minta maaf. Tapi saya tak tahu harus bicara sama siapa lagi selain dari pada dokter. Saya tak sanggup dan menyerah."
Terdengar putus asa dan juga pilu membuat dokter Harfa menahan nafas berat. Apa sebenarnya mau Zahira, dokter Harfa benar-benar tak habis pikir.
"Saya tahu saya salah, tak seharusnya saya berbicara lancang sama dokter. Tapi saya perlu bicara ini. Saya mohon dengarkan saya."
Hati dokter Harfa mulai melunak apalagi melihat Zahira yang menangis. Dokter Harfa tak tahu sebenarnya apa yang di alami Zahira sampai seperti ini.
Dokter Harfa bukan apa-apa. Hanya saja ia tak ingin menjadi benalu di dalam pernikahan orang lain. Iya sudah cukup tersiksa sendirian karena harus berjuang mengikhlaskan Bumi.
Kenapa Zahira malah datang mengguncang perasaan Dokter Harfa sendiri.
"Apa yang harus saya lakukan agar saya bisa membuang bayangan dokter di hati dan pikiran mas Bumi?"
Terdengar kejam namun Zahira hanya ingin menjadi pemenang hati suaminya sendiri. Zahira tak peduli dengan pandangan dokter Harfa. Yang jelas di sini Zahira berhak mempertahankan rumah tangganya.
"Saya sedih saya kecewa dengan apa yang terjadi. Saya hanya tak ingin membuat mas Bumi terus tersiksa karena merindukan kamu. Setiap detik setiap saat bayangan kamu selalu menghalang langkah kami. Andai saya bisa mundur saya akan mundur tapi sekarang saya tak bisa, saya sudah jatuh cinta pada nya. Tolong katakan, apa yang harus saya lakukan agar mendapatkan hatinya?"
Zahira sudah tak peduli lagi akan harga dirinya. Zahira pikir hanya ini yang bisa ia lakukan.
Apalagi kedua mertuanya menuntut ia agar segera hamil membuat pikiran Zahira bertambah pusing.
Dokter Harfa termangu, apakah ia harus senang atau sedih. Di dalam hati kecil dokter Harfa mungkin terasa senang mendengar jika dirinya masih pemenang Bumi. Bumi tak melupakannya, Bumi masih milik hatinya. Tapi, di sisi lain, sebagai seorang perempuan tentu dokter Harfa faham betul dengan apa yang terjadi. Tak seharusnya Bumi seperti ini. Bumi harus maju, Bumi harus melangkah jauh darinya. Dokter Harfa tak ingin dirinya menjadi alasan rasa sakitnya hati wanita lain.
Apalagi dokter Harfa bisa melihat jika Zahira tertekan oleh keadaan. Dokter Harfa tak menyalahkan sikap lancang Zahira. Setiap istri pasti akan seperti itu. Siapa yang ingin suaminya mencintai wanita lain.
Andai saja dokter Harfa sudah mati, mungkin Zahira tidak akan frustasi ini.
"Tolong bantu saya."
"Maaf, itu di luar kehendak saya. Saya bukan siapa-siapa nya lagi suami anda. Perihal hati, bukankah anda harus meminta pada sang pemilik hati. Agar hati suami anda bisa anda miliki sepenuhnya."
Hati Zahira begitu tertohok oleh ucapan dokter Harfa. Harusnya memang Zahira meminta pada Allah agar hati Bumi berpaling padanya. Bukan mengemis permohonan pada dokter Harfa.
Bukan hanya Zahira saja yang tersiksa di sini. Dokter Harfa juga sama. Sama-sama tersiksa akan keadaan ini.
"Saya tak bisa membantu lebih. Saya harus pergi."
Tanpa menunggu jawaban Zahira, dokter Harfa langsung pergi dari hadapan Zahira. Bahkan minuman yang dokter Harfa pesan tak sedikitpun berkurang.
Zahira menatap nanar kepergian dokter Harfa. Helaan nafas berat terdengar. Zahira menegakan tubuhnya. Bibirnya terdiam memikirkan sesuatu.
"Kini aku mengerti kenapa mas Bumi sangat mencintai dokter. Anda wanita hebat, bawaan tenang dan juga spesial."
Gumam Zahira. Zahira mengagumi kepribadian dokter Harfa yang sejak tadi tenang. Bahkan raut wajahnya begitu datar tak menunjukan ekspresi apapun.
Sebagai seorang pengacara, tentu Zahira faham betul gestur seseorang.
Seketika bibir Zahira tersenyum, entah senyuman apa. Yang jelas hanya Zahira sendiri yang tahu.
"Kalian memang layak bersama. Tak seharusnya aku ada. Tapi, aku tak menyesal dengan takdir ku ini."
....
Semenjak bertemu dengan Zahira, perasaan dokter Harfa malah tak tenang. Dokter Harfa merasa bersalah atas semua yang terjadi.
Ini tak benar dan harus di luruskan. Bukankah Bumi sudah janji tidak akan menyakiti hati istrinya kenapa Bumi melanggar janji nya.
Dokter Harfa jadi merasa kasihan pada Zahira. Walau Dokter Harfa senang karena Bumi masih mencintainya. Dokter Harfa sadar jika itu salah.
Seperti nya Dokter Harfa harus menemui Bumi. Hal ini harus ia lakukan agar hatinya tenang. Dokter Harfa tak ingin egois dalam hal ini. Iya sudah cukup membuat hati Bumi menderita. Dokter Harfa tak ingin membuat semakin sengsara. Bukankah mereka sudah sepakat untuk saling ikhlas. Kenapa sekarang harus merasa paling tersakiti satu sama lain.
Karena pikiran dokter Harfa menjadi semakin runyam dokter Harfa tidak terlalu fokus akan tugasnya. Untung saja tugas dokter Harfa hari ini tidak terlalu berat.
"Hari ini aku ada jadwal bertemu Sky."
Tugas di rumah sakit selesai tapi bukan berarti tugas lain selesai juga. Dokter Harfa harus datang ke kediaman Sky untuk memeriksa keadaan neneknya.
Suasana rumah sederhana itu tidak terlalu menegangkan seperti sebelum nya. Kali ini hanya ada beberapa penjaga saja yang terlihat tidak banyak seperti sebelumnya.
Dokter Harfa melihat nenek Sky sedang duduk santai di atas kursi goyang. Sambil menatap akuarium besar yang di dalamnya terdapat banyak macam ikan hias.
"Assalamualaikum, nenek."
Sang nenek menoleh ketika mendengar suara yang sudah tak asing lagi baginya.
"Waalaikumsalam."
Terdengar datar namun cukup hangat kali ini.
"Bagaimana kabar nenek hari ini?"
"Baik."
"Alhamdulillah, boleh Harfa pegang lengan nenek?"
"Hm."
Dokter Harfa tersenyum lembut meraih lengan sang nenek lalu menciumnya.
Sang nenek menatap dalam dokter Harfa. Namun sang nenek tak mengatakan apapun.
"Harfa tak melihat Sky, dimana dia, Nek?"
Raut wajah sang nenek sedikit berubah. Membuat dokter Harfa sedikit khawatir sang nenek akan marah seperti sebelumnya.
"Pergi jauh."
Suara sang nenek berubah gemetar membuat dokter Harfa menautkan kedua alisnya.
"Anak-anak saya pergi, cucu saya juga pergi. Semua pergi meninggalkan saya. Semua salah saya, saya yang salah..,"
"Dia pergi hiks ..,"
Dokter Harfa langsung memeluk sang nenek. Yang tiba-tiba malah menangis. Sambil terus menyalahkan dirinya sendiri atas kepergian semua orang.
"Sky gak pergi nek, dia ada."
"Tidak, cucu saya pergi..,"
"Galaxy di sini, nek."
"Cucuku,"
Teriak sang nenek memeluk Sky yang berdiri. Mata Sky memerah membalas pelukan sang nenek. Pelukan hangat ini, pelukan yang sangat Sky rindukan. Kini, pelukan itu telah kembali.
Bersambung ...
Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih ...